Share

Bab 20

Ibu menggeleng.

"Biarkan saja semuanya menjadi masa lalu. Yang terpenting, sekarang Ibu sudah tenang sama kamu. Terima kasih ya, Nduk, sudah mau Ibu susahkan. Padahal dulunya...."

"Sudah! Jangan lagi bahas masa lalu. Insya Allah, Fira ikhlas merawat Ibu. Fira bersyukur banget masih memiliki waktu untuk berbakti di masa tua Ibu. Bersyukur pula memiliki suami sehebat dan sebaik Mas lian. Jika saja ia tak ridho, mungkin sekarang ini, Ibu masih tersiksa di bawah terik matahari ... Bersama Mas Helmi."

Aku tak sanggup menuntaskan kata-kata terakhir. Terlalu menyakitkan. Bahkan sampai sekarang tak terbayang lagi bagaimana perasaanku semasa melihat Ibu tengah terduduk di pinggir trotoar dengan satu kaki terikat. Astaghfirullah.

"Fira, beli!"

"Sebentar ya, Bu, ada yang beli."

Ibu mengangguk kemudian menyuruhku untuk kembali ke depan.

"Mau beli apa, Bu Ati?" tanyaku padanya, si biang gosip.

"Beras dua kilo, telur setengah, sama gula sekilo."

Aku pun mulai menimbang. Di sini memang takaran beras
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status