Share

Bab 62

Mas Lian buru-buru keluar sambil menggendong Ataya. Aku sendiri ingin sekali menangis, mengingat banyak sekali kejadian-kejadian yang kualami beberapa bulan terakhir ini.

"Kenapa, Dek?"

"Mas, Bu Romlah belanja totalnya empat puluh dua ribu, tapi ia cuma ngasih dua puluh lima ribu. Ngomongnya ga bakal ngutang, taunya ngibulin."

"Ya sudah lah, Dek, besok tinggal ditagih aja. Jangan teriak-teriak, kasian Ataya tadi sudah mau tidur, jadi melek lagi, kan," ucapnya.

Aku memicingkan mata, tak menyukai dengan omongan Mas Lian barusan. Apa dia membela Bu Romlah?

"Kamu ngebela dia, Mas? Kenapa? Mau sama anaknya?"

"Lah, kok gitu?"

"Tau, ah!"

Aku pun masuk ke dalam kamar, merebahkan tubuh di atas ranjang. Kuhela napas seraya beristighfar. Kenapa aku jadi aneh begini? Kenapa aku jadi susah untuk mengendalikan emosi?

--

Sore hari.

Aku melihat Mas Helmi datang dengan Mbak Ambar, mungkin untuk menjemput Naura karena memang seharian ini di sini. Kuambil ponsel dan mengirimkan pesan pada Mbak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status