Share

Bab 18 : Kekalutan

"Bi, sebaiknya kita masuk. Gak enak dilihat warga ini," tutur Mas Wahyu, "Ayo Nay, kita masuk," ajaknya.

Aku pun bangkit dengan masih terus terisak. Lalu duduk di kursi ruang tamu. Bi Eli juga turut mendaratkan bokongnya di sampingku.

"Kalau benar apa yang dikatakan si Rizal itu, bisa gawat!" cetus Bi Eli. Bibiku tentu tahu siapa Tuan Steven. Tidak pernah ada yang berani menentangnya selama ini.

"Aku harus bagaimana, Bi?" tanyaku dengan air mata yang masih mengalir deras, "aku gak mau nikah dengan dia."

"Steven Arnold, tuan tanah yang terkenal itu ya?" tanya Mas Wahyu memastikan.

Aku hanya bisa menganggukkan kepala pelan. Mas Wahyu mungkin tidak begitu mengenal siapa Tuan Steven, sebab ia hanya pendatang di desa ini.

"Kamu kok, gak bilang-bilang Bibi kalau Tuan Steven naksir sama kamu, Nay?" tanya Bi Eli lagi.

Aku hanya bisa tertunduk. Aku juga tidak mengerti, mengapa lelaki blasteran tersebut sangat terobsesi menikahiku.

"Eemm ... kamu kenapa ga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status