Share

Apa Arti Maaf?

Selama perjalan aku hanya diam membisu, menyandarkan kepala di jok mobil, menutup wajah dengan bantal yang memang tersedia di mobil. Menyembunyikan tangisku dari lelaki yang sama sekali tak memiliki rasa bersalah meski sudah menusuk hati dengan pisau beracun, membuat detak cinta ini berubah kekecewaan, cinta yang baru saja tumbuh seperti layu karena tercabut paksa.

Kami sampai di rumah, umik berada di gazebo depan bersama Mbak Hasna menungguku, di susul abah dan Gus Azam yang berjalan beriringan menyambut kami.

“Ya Allah Nduk, dari mana kamu?” Umik meraih tubuhku dalam pelukannya.

“Ngapunten Umik, sampun buat cemas, Halwa cuma jalan-jalan sebentar,” kilahku.

“Kenapa ndak bilang, Umik tak nelpon Amimu dulu, ini mesti Amimu marah sama Umik, kalian ini dibawa kesini kok malah Umik nelpon sana kamu ndak ada,”

“Agam, ikut Abah,” ucap abah kepada Agam dan berlalu pergi diikuti Agam.

“Nduk kalau ada masalah bilang,jangan pergi sendiri,” sambung umik.

“Umik ini ngomong apa, wong Halwa cuma ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status