Share

GUS AGAM

Hari semakin petang, tetapi aku masih setia duduk di depan Masjid Agung Lamongan menatap dua gentong yang berdampingan. Pikiran mulai kembali teringat Mbak Hasna, ia sedang apa? Apa dia baik-baik saja? Perasaan khawatir mulai menyelimuti, tetapi saat kembali mengingat ucapan Agam, hatiku sakit, sakit sekali. Aku tidak ingin kembali.

Ponsel tak kubawa, lalu bagaimana aku akan memesan grab atau taksi online? Aku terlalu gegabah, meninggalkan benda itu tanpa pikir panjang, rutukku dalam hati.

“Loh Nduk Halwa.”

Aku menoleh melihat sumber suara.

“Kang Hanan? Nggih Kang,” jawabku ramah.

Kang Hanan santri kesayangan abi, ia seniorku. Selalu mengajari aku dan Mbak Hasna saat kami belajar di rumah, perangainya seperti kakak bagi kami. Sudah lama kami tidak bertemu saat beliau memilih mengajar di pesantren milik keluarganya di daerah Gresik, dekat dengan rumah Mbah Putri.

“Nduk Halwa ngapain di sini? Kok sendirian?”

“Emm… anu Kang, sedang pengen keluar saja?” jawabku sedikit ragu.

Melihat dari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status