Layar ponsel Aldi berkedip-kedip menampilkan seseorang menelfonnya.”Halo, Sayang? Ya, aku udah selesai. Tunggu di sana, ya.” Kemudian sambungan telepon mati. Aldi berdiri setelah sebelumnya memandang wajah ayu Rena sebentar sebelum mematikan ponsel miliknya.”Jika aku diberi satu kesempatan lagi oleh Allah, aku ingin kita sama-sama lagi, Ren,” gumam Aldi dalam hati. Kemudian lelaki itu melangkah menuju calon istri yang tengah menunggu di lobby.”Kamu udah selesai?” Rose mengangguk sambil menunjukkan paper bag yang dibawanya. Aldi melajukan mobil milik Rosalind membelah jalanan kembali menuju rumah milik Rose. ”Sayang, sayang, berhenti,” ucap Rose mendadak membuat Aldi menepikan mobilnya. ”Ada baju anak itu di situ, lucu. Aku mau beliin buat Katya nggak pa-pa ya?” pinta Rose dengan wajah memohon.Senyum Aldi terbit karena itu artinya dirinya akan bertemu dengan Rena. Rose pasti akan merengek untuk memberikan baju itu langsung pada Katya.”Aku tunggu di mobil aja, ya.”Rose mengiyaka
”Rose! Tolong jaga sikapmu.” Haris mundur beberapa langkah kemudian menghampiri istrinya yang baru selesai dari toilet yang tak jauh di dapur. Haris segera menggandeng Rena membuat Rosalind yang melihatnya kesal.Aldi melihat kelakuan Rose dan mengernyit, sebenarnya Aldi memang sudah sedikit curiga jika Rose itu menyukai Haris. Saat acara pembukaan cafe miliknya pun ia melihat tatapan Rose yang dalam pada Haris, bahkan ia juga mendengar saat Rose meminta maaf pada Rena.Aldi bertanya-tanya, sebenarnya apa yang tidak ia ketahui?”Ris, Ren, sebaiknya aku dan Rose pergi sekarang. Cafe baru saja dibuka dan aku ingin melihat bagaimana kinerja para karyawanku di sana.” Aldi berdiri menyalami Haris dan Rena.Rosalind memberikan Katya pada Mbok Nah, dan terakhir Aldi mengecup pipi gembul putrinya. ”Papa pergi dulu ya.” Kemudian kembali menyapa Haris dan mantan istrinya seraya membawa Rosalind keluar.”Kamu kenapa, Mas?” tanya Rena begitu melihat tamunya pergi dengan janggal. Aldi terkesan bur
Wulan menunduk, matanya berkaca-kaca. Lelaki di hadapannya tersenyum sendu merindukan wanita di hadapannya. Ibu dari anaknya.”Dari dulu, dari sejak kita pacaran dan sampai sekarang, rasa itu masih sama, Lan. Pulanglah, kasihan Kresna,” papar Fais. Wulan mendongak menatap lelaki di hadapannya, wajahnya memerah karena tangis. Bahkan sekian lama ia pergi meninggalkan Kresnaldi, ia tidak berusaha menjalin komunikasi.Bahkan sekarang, Wulan justru ragu apa Kresnaldi akan bahagia bila bertemu dengannya? Atau apakah putranya itu justru membencinya karena memiliki ibu payah sepertinya, memilih lelaki lain hanya demi kesenangannya sendiri.Wulan menangis, benar-benar isak tangis yang keluar bersamaan dengan berbagai beban berat di hatinya. Ia tak lagi menghiraukan lalu lalang orang memasuki restoran atau justru memandangnya heran.Fais tetap diam di tempatnya karena untuk merangkul Wulan sepertinya tidak mungkin karena mereka sudah bercerai. Selama mengenal Wulan, ini adalah kali pertama Fais
”Nolong sampai harus digendong begini?!” Rena membanting ponselnya ke kasur dan menatap nyalang suaminya.(”Pel4cur! Pel4cur! Pel4cur!”) Suara seorang gadis yang berada di rekaman video ini memperlihatkan Wulan yang tengah di tampar. Rena mengambil kembali ponselnya dan melihat video itu sampai habis. Dadanya naik turun karena emosi.”Aku nolong dia atas dasar kemanusiaan aja, Re. Sesalah apapun dia, nggak seharusnya dia diperlakukan seperti itu. Sekarang dia ada di Klinik Pelita,” papar Haris. ”Kamu boleh benci orang, tapi jangan tutup hati kamu juga, Yang. Lagipula, kamu sama Aldi sudah cerai, buat apa kamu masih mendam dendam begini?” Haris mencoba menasehati.”Aku begini karena takut ular berbisa itu rebut kamu, Ris! Kamu paham nggak sih?!”Haris memeluk Rena mencoba meyakinkan jika dirinya tidak seperti Aldi. Sebenarnya Haris sudah tahu perihal video itu karena grup kantor miliknya pun ramai membahas perlakuan Haris pada Wulan. Bahkan beberapa pesan WA masuk ke ponsel Rena, tapi
Wulan merasakan panas karena ada beberapa cabai halus masuk ke hidung. Seluruh wajahnya memerah dan terasa panas. Fais segera melompat dari kursinya untuk menyelamatkan Wulan karena dari belakang Rena sudah bersiap akan menjambak rambut pirang mantan istrinya.Haris segera memegangi kedua tangan istrinya karena berusaha mencakar wajah Wulan yang tengah meraba-raba mencari air tanpa mengindahkannya ucapan Fais. Rena segera berdiri dan menyiram wajah Wulan dengan jeruk hangat yang dipesan olehnya tepat ke wajah Wulan.”Panas! Panas!” Wulan berjingkat beberapa kali dan berhenti sambil mengusap wajahnya dengan kaos yang ia pakai.Haris mencoba menenangkan Rena, tapi sepertinya tidak mempan karena terlihat napas Rena begitu memburu dengan tatapan tajam masih mengarah ke Wulan yang sedang digiring oleh Fais ke motor.Jari tengah Wulan mengacung ke arah Rena dan berteriak, ”Gue nggak akan tinggal diam, Anj1ng!”Sedangkan semua orang berbisik-bisik, ada yang menggunjing Rena adalah istri sah
Keesokan harinya, Rena terbangun dengan mata sedikit bengkak karena menangis semalam. Saat Haris pergi bahkan tidak mengatakan apapun akan ke mana, Rena merasa diabaikan. Dengan langkah sempoyongan, Rena menuju kamar mandi masih tidak menyadari di sekelilingnya.Bahkan Rena masih terkantuk-kantuk saat memutar kenop pintu kamar mandi. Ia hanya merasakan kakinya ada sesuatu yang ia tabrak tapi enggan untuk melihat. Ia mengira mungkin selimut yang jatuh. Sedangkan Haris yang sudah bangun dari pagi buta hanya gregetan karena suprise yang ia buat belum terlihat.Begitu di kamar mandi Rena menyalakan water heater, matanya mulai terbuka saat guyuran air membasahi wajah. ”Bentar ... kok ada yang aneh? Kenapa lampu kamar mandi gue remang-remang?” gumamnya. Rena mengitari kamar mandi dengan kening berkerut. Kemudian membekap mulut karena kamar mandi miliknya sekarang sudah berubah menjadi kebun bunga mawar yang sangat indah disertai kerlip lampu dan lilin aromaterapi.”Risjaaad!” Rena segera
”Apa nggak bisa gitu sehari gue bahagia tanpa ada yang bikin onar?!” sungut Rena setelah mendengar pekerjanya mengatakan ada yang mengamuk di restoran. Mobil yang hendak melaju ke supermarket, kini bertolak ke restoran. Di perjalanan, dari kaca mobilnya Rena melihat Rose tengah menyeka keringat di dahi Aldi. Hatinya ikut senang jika Rose benar-benar menyukai mantan suaminya. 10 menit kemudian, Rena sudah memarkir mobil dan terkejut melihat mobil Mita sudah ada di sana.Begitu ke dalam, semuanya tidak ada bekas kekacauan, bahkan rapi dan bersih seperti biasanya. Rena memanggil semua karyawan untuk berdiri di depannya dan menanyai apa maksud ucapan di telepon.”Tadi ada mantannya Pak Fais kemari, Bu.” Salah-seorang dari mereka angkat bicara.”Sekarang di mana dia,” tanya Rena lantang. Hatinya bak disiram timah panas lagi-lagi Wulan menyalakan genderang perang padanya.”Nggak usah diurusin. Udah diurus sama Lexy,” timpal Mita.”Ya udah, kalian kembali bekerja.”Semua pelayan dan koki se
Mita benar-benar berdebar karena Adisana tengah di antar kemari oleh beberapa pelayan. Tak begitu jauh, telinganya sudah mendengar derak langkah secara beramai-ramai. Mita menggenggam tangan sahabatnya, sedangkan Wulan terbahak melihat wajah Mita yang semula mengintimidasi kini berubah seperti kucing peliharaan.”Dasar orang kaya sin ting,” maki Wulan sambil meludah.Rena memiringkan kepala, mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Wulan. ”Sekarang lo bisa ketawa, tunggu sebentar lagi,” ucap Rena pelan kemudian menyeringai.”Dia sudah datang, kan, Lex?” tanya Rena pada Lexy. Lelaki tampan dengan tubuh tegap itu mengangguk. Di saat itu, pintu terbuka membuat mata Wulan melotot dan berusaha melepas tali yang menjerat, bahkan ia pun menggigitnya.Saat sepasang sepatu heels itu mendekat, Wulan semakin frustasi memikirkan bagaimana ia nanti. Kemungkinan-kemungkinan terburuk saling berlalu lalang di kepalanya seperti kaset rusak. Kedua pemilik heels itu berdiri di depan Wulan sambil bersed