Share

BAB 2 MENGETAHUI

Di sebuah mansion megah di Singapura, seorang pria yang merupakan asisten membawa tumpukan surat yang banyak kepada Tuannya, sebab Tuan dan Nyonyanya baru datang dari luar negeri selama 2 bulan berada disana.

TOK TOK

"Masuk."

"Maaf Tuan, saya membawa surat dari Indonesia" ucap Seno sambil menyerahkan setumpuk surat di atas meja.

"Surat sebanyak ini ?" tanya Smit yang tak lain adalah kakek Azela.

"Iya Tuan, sejak 2 bulan ini" jawab Seno.

Kemudian Smit membuka satu surat yang paling atas dan melihat pengirim surat dari Indonesia bertuliskan alamat rumah anak dan menantunya yang sekarang ditinggali oleh cucunya yaitu Azela bersama Tantenya. Smit membaca pelan-pelan sampai sekitka wajahnya menjadi merah padam dan langsung menatap tajam asistennya.

"Kenapa kau baru menyampaikan kepadaku mengenai surat ini ?" tanya Smit dengan tajam.

"Maaf Tuan saya sudah mau menyampaikan kala itu tapi saya urungkan karena melihat nyonya masuk rumah sakit." jawab Seno dengan menunduk. Ia tidak tau kalau surat itu sangatlah penting bagi tuannya.

"Siapkan jet pribadi kita berangkat besok pagi ke Indonesia" ucap Smitlalu melanjutkan membaca surat-surat yang belum dia baca semua.

"Baik Tuan, saya permisi." jawab Seno membungkuk lalu berjalan keluar.

"Hmm"

Setelah Seno keluar, tiba-tiba Smit menggebrak meja dengan tangan keriputnya dia sangat marah saat membaca isi-isi surat itu. Dia tidak menyangka Salsa adik angkat dari Bara sangat jahat kepada keponankannya sendiri hanya karena harta kekayaan kakaknya sendiri yang begitu melimpah yang ingin dia kuasai bersama suaminya.

Smit akan menjemput cucunya dan akan membalaskan semua perbuatan mereka pada Azela dan tentunya dengan Azela juga. Lalu Smit beranjak keluar dari ruang kerjanya menuju ke kamar untuk menemui istri tercintanya.

"Sayang" panggil Smit kepada istrinya setelah masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya melihat foto cucunya yaitu Azela.

"Kamu lagi apa ?" tanya Smit duduk disebelah istrinya.

"Aku kangen sama Azela, kita sudah lama tidak menjenguknya selama kecelakaan itu terjadi." jawab Nada nenek Azela dengan wajah sendu.

"Aku akan menjemput Azela besok dan tinggal bersama kita disini sayang." ucap Smit sambil memeluk bahu sang istri.

"Benarkah ?" tanya Nada dengan senang.

"Iya sayang" jawab Smit.

"Tapi kenapa menjemput Azela dan tinggal bersama kita, bukankah Azela tinggal bersama Tantenya di mansion itu ?" tanya Nada dengan heran melihat wajah sang suami seperti sesuatu terjadi.

"Azela diperlakukan tidak baik oleh mereka bahkan mereka memutuskan sekolah Azela dan menjadikan Azela pembantu." jawab Smit.

"Keterlaluan sekali mereka." ucap Nada dengan kaget mendengar cerita sang suami. Nada langsung menangis dalam pelukan Smit.

"Kenapa mereka jahat sekali pada Azela, ya tuhan cucu kesayanganku sangat malang." lirih Nada sambil menangis. Smit hanya diam memeluk istrinya, dia sangat tau kalau istrinya sangat menyayangi Azela sama seperti dirinya.

"Sayang kamu harus mengambil semua milik Azela dari mereka." ucap Nada.

"Iya sayang aku akan melakukan semua itu tapi tidak sekarang, aku hanya akan mengambil Azela dulu agar kirana bisa keluar dari mansion itu." ucap Smit.

"Kenapa ?" tanya Nada

"Aku mau Azela yang mengambil semuanya dengan sendiri, mengusir mereka dari mansion Azela. Aku akan melatih Azela menjadi gadis yang tangguh. Biarkan mereka bersenang-senang dulu menikmati harta Azela" jawab Smit sambil mengelus punggung sang istri.

"Tapi bagaimana dengan semua berkas pemilikan asetnya dan Tamara juga punya beberapa aset butik dan restoran sayang." ujar Nada.

"Semua berkas aset Bara dan Tamara aman di tangan pembatunya sayang." jawab Smit.

"Tapi bagaimana bisa? Kenapa Bibi Sumi memegang berkas itu ?" tanya Nada lagi.

"Sebelum Bara dan Tamara berangkat ke luar kota waktu itu, Bara menyerahkan semua berkas pemilikannya yang sudah dia pindahkan ke atas nama Azela kepada Bibi Sumi beserta berkas pemilikan Tamara juga sayang." jawab Smit

"Bara juga menitipkan pesan kepada Nibi Sumi untuk menjaga Azela dan memberikan semua berkas itu ke Azela pada saat umur Azela sudah 17 tahun. Mereka tidak mengetahui aset Tamara sayang karena Tamara memang bekerja di balik layar. Meraka hanya mengetahui aset-aset Bara" lanjut Smit.

"Syukurlah harta mereka aman. Aku tidak menyangka Salsa bisa begitu jahat kepada Azela padahal sebelumnya dia terlihat menyayangi Azela" ucap Nada.

"Itu semua karena harta kekayaan Bara yang banyak ingin dia kuasai, dia adalah wanita iblis." ucap Smit dengan wajah merah padam. Dia sangat murka.

"Aku ikut menjemput Azela sayang." ucap Nada

"Biar aku saja sayang, kamu istirahat yaa." ucap Smit sambil memeluk sang istri kembali.

Smit kembali ke ruang kerjanya setelah sang istri tertidur. Dia duduk di kursi kerjanya lalu membuka laci mengambil sebuah bingkai foto keluarga.

Smit meneteskan air mata. Di dalam lubuk hatinya dia sangat merindukan putrinya yaitu Tamara. Dia sangat terpukul waktu mendengar Tamara kecelakaan bersama Bara menuju luar kota. Dia sering keluar negeri bersama sang istri untuk menghibur dirinya yang kehilangan putri kesayangannya.

Dia sempat beberapa bulan setelah kejadian itu masih berkomunikasi dengan Azela setelah itu tidak ada lagi. Dia selalu menelpon Azela tapi kontaknya selalu tidak aktif. Dia sempat heran tapi karena sang istri sakit dia melupakan sementara Azela. Sekarang dia menyesal kenapa tidak mencari langsung ketika kontak Azela tidak aktif.

Keesokan harinya Smit sudah siap untuk berangkat ke Indonesia.

"Sayang aku pergi dulu." ucap Smit sambil mencium kening sang istri.

"Hati-hati di jalan." ucap Nada. Smit hanya mengangguk lalu masuk kedalam mobil.

Mobil Smit jalan menuju ke bandara bersama sang asisten yang mengemudikan mobil.

"Apakah semuanya sudah siap ?" ucap Smit kepada asistennya.

"Iya Tuan. Saya sudah memesan hotel terdekat dari mansion Nona Azela Tuan." ujar Seno beritahu.

"Batalkan. Kita akan langsung ke mansion Azela. Aku sudah tidak sabar menjemput Azela" jawabnya menggebu, Seno mengerti kenapa Tuannya begitu.

Dia juga akan melakukan dengan sama Tuannya ketika anak atau cucunya di perlakukan tidak baik. Seno juga menyesal kenapa tidak langsung memberitahukan Tuannya tentang surat-surat itu. Dia hanya berharap Nona Azela disana baik-baik saja "batinnya"

"Bagaimana dengan perusahaan Bara dan butik serta restoran Tamara ?" tanya Smit. Dia sudah memberikan tugas Seno untuk menyelidiki sebelumnya.

"Perusahaan Tuan Bara di ambil ahli oleh Tuan Fadil Tuan. Butik dan restoran nyonya Tamara dijalankan oleh asisten Nyonya Tamara Tuan" jawab Seno.

"Apakah asisten Tamara mengetahui keadaan Azela ?" tanya Smit.

"Gia mengetahuinya Tuan, tapi dia tidak pernah punya kesempatan ketemu dengan Nona Azela sebab Nona Azela tidak pernah keluar dari mansion Tuan. Gia mengetahuinya dari Bibi Sumi ketika mereka ketemu di luar Tuan." jawab Seno. Smit hanya diam mendengarkan.

Mobil tiba di bandara, Smit berserta asistennya langsung menuju jet pribadi. Mereka terbang dengan berdoa keselamatan dan berharap Azela baik-baik saja ketika mereka sampai disana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status