Share

BAB 3 MEMBAWA AZELA

Kedatangan Smit ke mansion tidak ada yang mengetahuinya itu membuat Fadil dan Salsa sangat terkejut dan ketakutan ketahuan akan semua perbuatan mereka ke Azela. Smit langsung di terima dan di bukakan langsung pagar yang menjulang tinggi oleh satpan. Mobil memasuki halaman mansion lalu Smit turun dari mobil setelah asistennya membukakan pintu mobil.

"Silahkan Tuan" ucap Seno mempersilahkan Smit melangkah. Dengan gerakan cepat menutup mobil dan langsung menyusul Smit. Seno menekan bel dan pintupun terbuka.

"Selamat pagi Bibi Sumi" ucap Seno.

"Selamat pagi, syukurlah Tuan Smit datang." ucapnya dengan pelan seakan takut suaranya kedengaran sambil melihat ke belakang.

"Apa Azela baik-baik saja Bi ?" tanya Smit.

"Nona Azela baik-baik saja Tuan tapi..." jawab Bibi sum sambil memperhatikan kebelakang.

"Tapi apa bi ?" tanya Smit keheranan.

"Silahkan Tuan masuk dulu nanti Tuan bisa lihat sendiri saya tidak bisa banyak bicara karena saya takut nanti ketahuan Tuan." jawab Bibi Sumi dengan suara yang kecil.

"Baiklah." ucap Smit langsung melangkah masuk ke dalam.

Melihat Smit dan asistennya masuk Bibi Sumi buru-buru melangkah masuk duluan dan menghampiri Fadil dan Salsa yang sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton.

"Permisi Tuan dan Nyonya, ada Tuan Smit datang." ucap Bibi Sumi.

"Dimana dia ? Jangan sampai dia melihat Azela" ucap Fadil dengan wajah terkejut dan ketakutan, begitupun dengan Salsa

"Aku disini." ucap Smit datang tiba-tiba.

"T-uan Smit apa kabar ? Silahkan duduk." ucap Fadil dengan terbata. Sedangkan Salsa langsung mengubah ekspresi wajahnya.

"Tidak basi-basi, aku mau menjemput Azela. Dimana dia ? " ucap Smit menyicingkan matanya ke Fadil dan Salsa.

"Azela ada di dalam Tuan." jawab Salsa.

"Aku mau ke kamarnya." ucap Smit dan langsung berdiri.

"Eh Tuan, Nona Azela lagi sibuk, di-a dia lagi kerjakan tugas. Sebentar aku masuk dulu melihatnya." ujar Salsa langsung berdiri dan mulai melangkah.

"Tidak usah aku akan datang ke kamarnya sekarang." ucap Smit sekitika langkah kaki Salsa berhenti. Smit langsung menuju lantai 2. Dia tau kalau Salsa sedang berbohong. Sedangkan Fadil dan Salsa tidak bisa berkutik. Mereka pun menyusul Smit

CEKLEK

"Azela sayang kakek datang." ucap Smit sambil melangkah masuk kedalam kamar Azela yang sekarang di tempati oleh Rena. Ketika sampai di dekat ranjang Smit mengernyit melihat Rena yang tidur di atas ranjang bukan Azela.

"T-uan ?" ucap Fadil ketika masuk dalam kamar.

"Dimana Azela, kenapa anakmu yang tidur di kamar Azela ? " ucap Smit dengan tajam.

"Azela ada di bawah Tuan. Azela tidak mau tidur di kamar ini." jawab Fadil berbohong dengan ketakutan. Sedangkan Salsa membangunkan Rena dengan pelan-pelan.

"Terus Azela tidur di kamar mana ? bukan kah kamar bawah hanya ada kamar pembantu? " tanya Smit dengan masih menatap tajam.

"Kamar Azela di lantai 2 tlTuan, hanya saja Azela suka ke kamar pembantu." jawab Fadil berbohong lagi. Smit mendengarnya jelas tidak percaya. Melihat sekeliling kamar Azela yang sedikit berubah. Azela pasti di usir di kamarnya "batin Smit"

"Mami aku masih mengantuk." teriak Rena tidak sadar keberadaan orang lain di dalam kamar.

"Hey bangun, ada kakeknya Azela datang, ayo cepat." ucap Salsa depan surah pelan-pelan sambil mencubit lengan Rena.

"Aakkhhh sakit mi." teriak lagi Rena. Setelah melihat keliling dia langsung mentup mulutnya dengan tangan. Rena langsung memperbaiki duduknya.

"Kakek Smit" ucap Rena dengan tersenyum.

"Aku bukan kakekmu." jawab ketus Smit. Rena langsung mencelos. Sedangkan kedua orang tuanya menatapnya dengan tajam. Rena seakan linglung melihat semuanya mungkin karena kesadarannya belum pulih semuanya.

Sedangkan Azela di belakang dapur sedang mencuci pakaian dengan tangan padahal ada mesin cuci. Mereka memang sengaja menyuruh Azela mencuci dengan tangan. Tubuh Azela sangat lemas sekali apalagi dia belum makan. Dia di bangunkan pagi sekali dan langsung di suruh mencuci dengan semua pakaian kotor mereka yang banyak sekali. Bibi sumi belum sempat memberikannya makan karena dia juga langsung di berikan tugas oleh Salsa.

"Seno" teriak Smit ketika masih di ujung tangga.

"Iya Tuan ? " jawab Seno dengan jalan terburu-buru menghampiri Tuannya.

"Cari Azela dan bawa ke depanku." ucap Smit sambil berjalan kembali ke ruang keluarga.

"Baik Tuan." jawab Seno.

Setelah duduk, Smit memperhatikan sekeliling ada yang berubah. Dia melihat ada foto keluarga besar di dinding yaitu Fadil, Salsa beserta anaknya. Yang sebenarnya di dinding itu foto keluarga anaknya Tamara. Smit juga melihat di satu dinding yang khusus foto-foto keluarga dalam mansion ini. Semua foto-foto itu adalah Fadil, Salsa dan anaknya tidak ada sama sekali foto Azela bahkan foto Bara dan Tamara juga tidak ada. Dia sangat yakin walaupun umurnya sudah tua tapi ingatannya masih kuat. Di dinding itu terdapat banyak sekali foto-foto Fadil dan Tamara. Foto selama mereka pacaran sampai punya anak dia abadikan di dinding itu tapi sekarang tidak ada satu pun. Keterlaluan sekali mereka "batinnya Smit"

"Permisi Tuan." ucap seorang laki-laki yang seumuran dengan anaknya. Dia adalah asisten Tio. Dia hanya diam melihatnya. Dia sedikit curiga dengan asisten Bara ini. Melihat dengan mudah Fadil mengambil ahli perusahaan pasti ada campur tangan asisten Bara.

Fadil, Salsa dan Rena datang keruangan itu. Melihat asistennya datang yang pernah menjadi asisten Bara langsung memberi kode untuk pergi ke ruang kerja. Tio pun mengerti dan mulai melangkahkan kakinya tapi langsung di berhentikan oleh Smit

"Jangan ada yang keluar dari ruangan ini tanpa terkecuali pun." tegas Smit menatap bergantian Fadil, Salsa dan Tio.

"Tapi Tuan, Tio ada kerjaan yang penting Tuan" ucap Fadil.

"Kau belum tau siapa aku ? Tio beritahu Tuanmu" ucap Smit.

Tio hanya diam, dia tidak bisa berkutik karena dia sangat mengetahui siapa Tuan Smit sebenarnya. Dia adalah salah satu pengusaha terkenal di Singapura dan sangat di segani di kalangan para pengusaha terkenal lainnya dan para petinggi perusahaan saja. Dia sama seperti anaknya Tamara banyak bekerja di balik layar kecuali masalah yang benar penting tidak bisa di atasi oleh asistennya baru dia terjun sendiri itupun dengan rahasia. Pengusahaa dan petinggi perusahaan yang bertatap muka dengan Smit mengrahasiakannya dengan atas nama kerja sama perusahaan yang mereka jalankan.

"Aku tau kau orang baik Tio" ucap Smit dengan penuh makna. Tio hanya bisa diam. Dia sama sekali sadar akan kesalahannya tapi dia melakukan semua itu karena sesuatu hal.

"Tentu kakek mengenal asisten Tio, bukankah asisten Tio sebelumnya bekerja dengan uncle Bara ?" ucap Rena tiba-tiba. Fadil dan Salsa menatap tajam putrinya yang tidak bisa diam. Smit hanya diam tidak mau membalas perkataan Rena.

Sedangkan di dapur, Seno bertemu dengan Bibi sumi.

"Bibi sumi, Nona Azela ada dimana ? Tuan Smit memanggilnya." tanya Seno.

"Nona Azela ada di belajang tuan." jawab Bibi Sumi.

"Apa yang dilakukan Nona Azela di belakang Bi ?" tanya Seno lagi.

"Dia lagi mencuci Tuan." jawab Bibi Sumi dengan wajah sendu.

Seno langsung berjalan ke belakang. Melihat Nona Azela lagi mencuci dengan tangan dengan banyaknya pakaian dia meringis melihatnya. Sungguh kasian sekali Nona Azela "batin Seno"

"Nona Azela" panggil Seno mendekat ke tempat Azela.

"Om Seno." ucap Azela setelah menoleh ke arah Seno. Dia sangat terkejut melihat Seno, itu berarti kakeknya ada juga datang.

"Ayo Nona Azela kakek anda sudah menunggu di depan." ajak Seno.

Azela hanya diam dan tiba-tiba memeluk Bibi Sumi sambil menangis.

"Bi, kakek Azela datang." ucap Azela menangis.

"Iya Nona. Jangan menangis nona sekarang bisa keluar dari mansion ini. Berbahagialah Nona." ucap Bibi Sumi sambil menangis dan membalas pelukan Azela. Ia sangat bersyukur akhirnya doanya terjawab sudah.

"Bibi ikut yaa." ucap Azela menguraikan pelukannya.

"Bibi tidak bisa ikut Nona. Bibi harus jaga mansion ini. Semuanya belum berakhir Nona." jawab Bibi Sumi.

"Yang di katakan Bibi Sumi benar Nona Azela" ucap Seno.

"Baiklah. Tapi ketika semuanya sudah berakhir Bibi ikut aku yaa." ucap Azela lagi.

"Iya Nona." jawab Bibi Sumi dengan tersenyum. Melihat Nona Azela senang akan kedatangan kakeknya dia sangat bersyukur.

"Mari Nona" Seno mempersilahkan Azela jalan. Tapi tiba-tiba Bibi Sumi memberhentikannya.

"Tuan Seno tunggu sebentar." ucap Bibi Sumi. Seno hanya diam berdiri

"Ini Tuan, tolong berikan ini ke Tuan Smit" ucap Bibi Sumi setelah dari kamarnya mengambil amplop besar dari Tuan Bara. Seno mengambilnya dan mengangguk tanda mengerti lalu melangkah kembali keluar dari dapur.

"Kakek" panggil Azela langsung memeluk kakeknya.

"Azela sayang kamu baik-baik saja nak" tanya Smit menguraikan pelukan Azela dan memperhatikan kondisi Azela yang sama seperti seorang pembantu bahkan ada banyak lebam di tubuhnya. Smit sangat murka.

"Siapa yang melakukan semua ini nak ?" tanya Smit tegas kepada Azela. Azela hanya diam dan mulai menangis.

"Jawab Azela" tegas Smit mengguncang bahu Azela. Azela makin menangis kencang. Sedangkan Fadil, Salsa dan Rena merasa ketakutan. asisten dama pun juga terkejut dengan keadaan Azela, dia tidak menyangka anak mantan Tuannya menderita seperti ini selama ini.

"Aku tau semua apa yang kalian lakukan kepada Azela" teriak Smit dengan keras sampai membuat mereka menunduk ketakutan sedangkan Rena sudah menangis.

Tiba-tiba Azela pingsan membuat Smit dengan cepat memegang Azela agar tidak terjatuh di lantai.

"Cepat siapkan mobil Seno" teriak lagi Smit, Mengangkat tubuh Azela, sebelum melangkah dia berbicara.

"Aku akan membalas semua perbuatan kalian." ucap Smit dan langsung melangkah cepat membawa Azela ke mobil dan langsung menuju rumah sakit. Sedangkan Fadil, Salsa dan Tio bergetar mendengar ucapan Smit. Fadil dan Salsa memikirkan bagaimana cara mendapatkan semua berkas pemilikan Bara dengan cepat agar Smit tidak bisa mengancamnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status