Share

Keributan di Kantor

“Kalau kamu mengerti, mestinya peka. Sekarang, kamu aku tuntununtuk paham, Mas. Jawab pertanyaanku. Setelah semuanya berakhir,berarti baru timbul kedaranmu kan?”

Aku menjeda, sengaja ingin mendengar jawabannya langsung.

“Iya, maaf.”

“Bagiku gak penting kata maaf itu. Terus, kalau kamu sadar,berati sadar juga apa-apa kesalahanmu kan?”

Aku kembali menjeda. Menunggu lagi jawabannya.

“Iya.”

“Maka pulanglah. Rawat anak perempuanmu lebih baik dariZaki. Agar kehidupannya kelak bisa terjamin. Lalu didiklah istrimu sepertikeinginanmu. Entah apa yang menjadi hobinya, semoga bisa kamu tunaikan dengan segera. Jika kamu melakukan itu, berarti kamu benar-benar menyesal. Itu yang namanya peka padakeadaan.”

Aku menyambar tas, bergerak lebih cepat agar bisa segera menghindarinya.

“Dek.”

Mas Mirza mengejar. Langkahnya yang panjang bisa cepatmenyusulku. Baru membuka handel pintu, tiba-tiba tangan mas Mirza menyentakkuhingga aku jatuh dalam dadanya yang bidang.

“Apa-apaan, sih. Lepaskan!” Aku menolaknya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status