Wanita yang Menolak Lamaranku 35Kamera on"Hai, Guys. Ketemu lagi sama aku Citra Puspita yang cantiknya cetar membahana, no edit, no filter karena memang sudah cantik sejak lahir. Sekarang aku akan menunjukkan rumah suamiku yang sekarang menjadi rumahku juga, yes, Ikutin terus, ya, dan jangan lupa siapkan celemek untuk tempat iler nanti, hahahaha."Aku mengarahkan kamera ponsel ke wajahku setelah itu beralih menuju ruangan. Saat ini aku sedang melakukan live di instagram untuk memberi tahu pada orang-orang kalau aku adalah wanita paling beruntung di dunia. "Ini adalah ruang tamu. Besar dan mewah, bukan? Sofanya lembut banget. Kalau udah duduk di sini, jangan lupa ambil remote control dan hidupkan televisi untuk menikmati tayangan favorit kita. Seperti ini." Aku merebahkan tubuh di sofa lalu menyender sambil mendemonstrasikan cara pegang remote. "Sekarang kita ke kamar, yuk, untuk melihat Seperti apa kamar pengantinku." Aku memutar handle pintu dan memasuki ruangan, seketika bau har
Wanita yang Menolak Lamaranku 36Tak kuhiraukan ponsel yang terus menjerit karena ibu mertua terus mengawasiku yang sedang memasak layaknya komentator yang terus mengoceh tiada henti. "Cara mengiris bawang merah yang benar adalah secara melintang dari atas ke bawah jangan mengiris secara diagonal seperti itu karena selain aroma tidak bisa keluar, hasil potongannya juga tidak indah," ucapnya sambil menunjuk tangan kananku yang sedang memegang pisau. Aku menghela napas berat. Cuma memotong bawang aja jadi masalah. Apa mungkin mertuaku ini adalah seorang mantan chef atau mantan juri masak? "Jangan lupa pastikan minyaknya harus benar-benar mendidih sebelum memasukkan bawang," katanya lagi. "Aduk dengan betul-betul setelah bau harum tercium lalu masukkan cabai," ucapnya sambil mengibaskan tangan di depan wajah. Aku cemberut. "Kalau gitu, Ibu saja yang masak. Nih." Aku mengulurkan sutil padanya. "Eh, ini anak dikasih tahu malah marah. Dengar, ya, aku ngasih tahu tuh biar kamu pintar k
Wanita yang Menolak Lamaranku 37Aku tidur membelakangi Mas Malik dan tidak ada niat sedikit pun untuk melayaninya layaknya pasangan pengantin baru pada umumnya. Seleraku hilang setelah mendapati kenyataan pahit ini. Nyesek. Berulang kali Mas Malik menyentuh pipi kadang juga mencium tapi bukannya membuatku senang, malah semakin kesal. Aku menoleh pada Mas Malik yang tidur di sampingku. Ia sudah mendengkur. Rupanya ia capek dan menyerah Setelah dari tadi mencoba ganggu aku dengan berbagai cara tapi tidak berhasil juga. Malam semakin larut dan sepi. Hanya terdengar dengkuran halus dari lelaki yang kini sudah sah menjadi suamiku ini. Aku hanya bolak-balik mencoba memejamkan mata tapi tidak bisa terlelap karena lapar. Aku terus memeluk perutku yang keroncongan. Semakin lama perut ini semakin melilit. Aku bahkan tidak bisa memejamkan mata barang sedetik pun karena rasa lapar yang mendera ini. Tanpa sadar aku menangis sesenggukan.Ya Tuhan, ini adalah malam paling buruk sepanjang seja
Wanita yang menolak lamaran ku 38 Semua terjadi tidak sesuai ekspektasi, bukan hanya rumah yang seadanya, tetapi Mas Malik juga punya tetangga yang tidak kalah menyebalkan, bahkan melebihi si Yenny.Aku pikir akan tinggal di lingkungan orang-orang kaya yang tidak punya waktu untuk mengurusi hidup orang lain, tetapi kenyataannya... Sudah lah, mungkin memang sudah nasibku begini. Mau protes juga percuma karena ini murni karena kesalahanku sendiri. Coba saja dulu aku tidak gegayaan menolak Elang, pasti tidak akan seperti ini. Akhirnya Mas Malik jadi membuat kamar mandi kecil di rumah dan pengerjaannya juga sendiri agar lebih irit katanya. Tentu saja aku diminta untuk membantu meski hanya sekedar membawakan adukan semen. Sebuah kamar mandi kecil sudah selesai, benar-benar seadanya, lantai dan dindingnya bukan keramik melainkan hanya ditutup semen. Tidak apa-apa lah daripada terus jadi satu dengan tetangga yang terkadang aku harus sering mengalah dan jarang mandi karena malas antri da
Wanita yang Menolak Lamaranku 39"Citra? Enggak, kamu bukan Citra anakku. Anakku itu cantik, tangannya juga halus beda banget sama kamu yang wajahnya kusam tidak terawat. Enggak, kamu bukan. Citra." Ibu melotot dan menggeleng usai aku mengatakan kalau siapa aku dan seperti yang kuduga, wanita yang sudah melahirkanku itu tidak percaya. Tangan yang sudah mulai berkeriput itu meraba pipiku. Aku memejamkan mata, betapa aku merindukan sentuhan hangat seorang ibu. Lalu ia beralih meraba tanganku lalu telapak tangan. Bahkan Ibu juga melihat tanganku yang melepuh terkena percikan minyak saat menggoreng dua hari yang lalu. "Ini apa? Terkena minyak, kan? Tidak mungkin anakku turun tangan masak sendiri di rumah suaminya. Ia punya suami kaya yang punya asisten rumah tangga sehingga tidak mungkin anakku yang bernama Citra masak sampai tangannya terluka seperti ini." Ia mengamati dengan seksama bekas luka terkena cipratan minyak lalu menghempaskan dengan kasar. "Ibu ini benar-benar aku. Citra."
Wanita yang Menolak Lamaran ku 40Saat hendak memasuki toko, aku dikejutkan dengan mobil warna silver yang berhenti di depan toko. Pintu mobil itu terbuka dan keluarlah seorang wanita yang terlihat elegan dengan dress berwarna biru muda. 'Enak sekali jadi orang kaya, bisa nyetir sendiri.' Aku terus bergumam sendiri. Tetapi kemudian aku kaget karena ternyata wanita yang kukagumi itu adalah Vira. Jadi Vira sudah bisa nyetir mobil sendiri? Berarti hadiah mobil di pernikahannya itu bukan hanya bohongan. Kuhela napas kasar, seharusnya aku yang berada di posisinya bukan dia. Aku menelan ludah, dulu aku mengoloknya sampai kapanpun dia tidak akan pernah bisa naik motor dan sekarang ia malah bisa nyetir mobil sedangkan aku belum bisa. Aku memalingkan wajah saat Vira mulai memasuki toko, takut Vira melihat kedatanganku ini.Vira menenteng sebuah rantang susun lalu memasuki toko setelah menganggukkan kepala pada Pak satpam. Dia sama sekali tidak menegurku karena aku membelakanginya. Aku mal
Wanita yang menolak lamaran ku 41Aku tersenyum lalu mengusap airmata yang meleleh semakin deras, bahkan tadi sempat jatuh di piring dan mengenai nasi, tetapi tetap saja aku makan karena air mata ini benar-benar tidak bisa ditahan. Dia meluncur begitu saja. Ini adalah pertama kalinya aku menangis di depan wanita yang dari dulu selalu ku anggap rendah derajatnya ini. Saat ia menangis, aku selalu menertawakannya. "Kamu salah, Vir. Siapa bilang aku hidup menderita? Aku bahagia kok hidup bersama Mas Malik. Dia tidak semiskin yang kamu kira. Rumahnya bagus dan mewah, setiap hari aku diberinya makan enak. Kamu pasti salah informasi jika bilang suamiku bukan orang kaya," ucapku lancar dan meluncur begitu saja seperti mesin tanpa rem pengendali. Bagaimanapun juga, aku tidak mau mengaku hidup menderita bersama suami pilihanku sendiri. Aku tidak mau Vira menertawakan hidupku yang semuanya serba terbalik dengan dirinya. Aku ingin terlihat lebih bahagia di matanya. "Yakin kamu hidup bahagia
Wanita yang Menolak Lamaranku 42PoV Bu Tantri( ibunya Citra) "Bagaimana Pak? Udah bisa dihubungi belum?" tanyaku saat melihat suamiku yang sedari tadi mencoba menghubungi Citra hingga berulang kali. Sudah beberapa hari ini, anakku satu-satunya itu sulit dihubungi. Awalnya tersambung tetapi tidak diangkat, sekarang nomornya malah sudah tidak aktif, baik nomornya maupun milik suaminya sehingga membuat kami khawatir. Media sosial milik Citra juga tidak ada pembaruan sama sekali padahal ia sudah bilang, begitu sampai ia akan memposting kegiatan di rumah barunya itu. Namun sampai saat ini baik Facebook maupun instagram tidak ada status baru. Suamiku berjalan mondar-mandir ke kanan dan ke kiri seperti setrikaan. Ia mengacak rambutnya frustasi. "Bagaimana ini, Bu? Kenapa motorku belum dibawa ke sini juga? Aku susah kalau nggak ada motor seperti ini. Kemana-mana harus jalan kaki. Aku malu karena selalu diolok-olok tetangga," kata Mas Arman dengan muka merah padam. Aku mendengkus. "Buk