Wanita yang menolak lamaran ku 38 Semua terjadi tidak sesuai ekspektasi, bukan hanya rumah yang seadanya, tetapi Mas Malik juga punya tetangga yang tidak kalah menyebalkan, bahkan melebihi si Yenny.Aku pikir akan tinggal di lingkungan orang-orang kaya yang tidak punya waktu untuk mengurusi hidup orang lain, tetapi kenyataannya... Sudah lah, mungkin memang sudah nasibku begini. Mau protes juga percuma karena ini murni karena kesalahanku sendiri. Coba saja dulu aku tidak gegayaan menolak Elang, pasti tidak akan seperti ini. Akhirnya Mas Malik jadi membuat kamar mandi kecil di rumah dan pengerjaannya juga sendiri agar lebih irit katanya. Tentu saja aku diminta untuk membantu meski hanya sekedar membawakan adukan semen. Sebuah kamar mandi kecil sudah selesai, benar-benar seadanya, lantai dan dindingnya bukan keramik melainkan hanya ditutup semen. Tidak apa-apa lah daripada terus jadi satu dengan tetangga yang terkadang aku harus sering mengalah dan jarang mandi karena malas antri da
Wanita yang Menolak Lamaranku 39"Citra? Enggak, kamu bukan Citra anakku. Anakku itu cantik, tangannya juga halus beda banget sama kamu yang wajahnya kusam tidak terawat. Enggak, kamu bukan. Citra." Ibu melotot dan menggeleng usai aku mengatakan kalau siapa aku dan seperti yang kuduga, wanita yang sudah melahirkanku itu tidak percaya. Tangan yang sudah mulai berkeriput itu meraba pipiku. Aku memejamkan mata, betapa aku merindukan sentuhan hangat seorang ibu. Lalu ia beralih meraba tanganku lalu telapak tangan. Bahkan Ibu juga melihat tanganku yang melepuh terkena percikan minyak saat menggoreng dua hari yang lalu. "Ini apa? Terkena minyak, kan? Tidak mungkin anakku turun tangan masak sendiri di rumah suaminya. Ia punya suami kaya yang punya asisten rumah tangga sehingga tidak mungkin anakku yang bernama Citra masak sampai tangannya terluka seperti ini." Ia mengamati dengan seksama bekas luka terkena cipratan minyak lalu menghempaskan dengan kasar. "Ibu ini benar-benar aku. Citra."
Wanita yang Menolak Lamaran ku 40Saat hendak memasuki toko, aku dikejutkan dengan mobil warna silver yang berhenti di depan toko. Pintu mobil itu terbuka dan keluarlah seorang wanita yang terlihat elegan dengan dress berwarna biru muda. 'Enak sekali jadi orang kaya, bisa nyetir sendiri.' Aku terus bergumam sendiri. Tetapi kemudian aku kaget karena ternyata wanita yang kukagumi itu adalah Vira. Jadi Vira sudah bisa nyetir mobil sendiri? Berarti hadiah mobil di pernikahannya itu bukan hanya bohongan. Kuhela napas kasar, seharusnya aku yang berada di posisinya bukan dia. Aku menelan ludah, dulu aku mengoloknya sampai kapanpun dia tidak akan pernah bisa naik motor dan sekarang ia malah bisa nyetir mobil sedangkan aku belum bisa. Aku memalingkan wajah saat Vira mulai memasuki toko, takut Vira melihat kedatanganku ini.Vira menenteng sebuah rantang susun lalu memasuki toko setelah menganggukkan kepala pada Pak satpam. Dia sama sekali tidak menegurku karena aku membelakanginya. Aku mal
Wanita yang menolak lamaran ku 41Aku tersenyum lalu mengusap airmata yang meleleh semakin deras, bahkan tadi sempat jatuh di piring dan mengenai nasi, tetapi tetap saja aku makan karena air mata ini benar-benar tidak bisa ditahan. Dia meluncur begitu saja. Ini adalah pertama kalinya aku menangis di depan wanita yang dari dulu selalu ku anggap rendah derajatnya ini. Saat ia menangis, aku selalu menertawakannya. "Kamu salah, Vir. Siapa bilang aku hidup menderita? Aku bahagia kok hidup bersama Mas Malik. Dia tidak semiskin yang kamu kira. Rumahnya bagus dan mewah, setiap hari aku diberinya makan enak. Kamu pasti salah informasi jika bilang suamiku bukan orang kaya," ucapku lancar dan meluncur begitu saja seperti mesin tanpa rem pengendali. Bagaimanapun juga, aku tidak mau mengaku hidup menderita bersama suami pilihanku sendiri. Aku tidak mau Vira menertawakan hidupku yang semuanya serba terbalik dengan dirinya. Aku ingin terlihat lebih bahagia di matanya. "Yakin kamu hidup bahagia
Wanita yang Menolak Lamaranku 42PoV Bu Tantri( ibunya Citra) "Bagaimana Pak? Udah bisa dihubungi belum?" tanyaku saat melihat suamiku yang sedari tadi mencoba menghubungi Citra hingga berulang kali. Sudah beberapa hari ini, anakku satu-satunya itu sulit dihubungi. Awalnya tersambung tetapi tidak diangkat, sekarang nomornya malah sudah tidak aktif, baik nomornya maupun milik suaminya sehingga membuat kami khawatir. Media sosial milik Citra juga tidak ada pembaruan sama sekali padahal ia sudah bilang, begitu sampai ia akan memposting kegiatan di rumah barunya itu. Namun sampai saat ini baik Facebook maupun instagram tidak ada status baru. Suamiku berjalan mondar-mandir ke kanan dan ke kiri seperti setrikaan. Ia mengacak rambutnya frustasi. "Bagaimana ini, Bu? Kenapa motorku belum dibawa ke sini juga? Aku susah kalau nggak ada motor seperti ini. Kemana-mana harus jalan kaki. Aku malu karena selalu diolok-olok tetangga," kata Mas Arman dengan muka merah padam. Aku mendengkus. "Buk
Wanita yang Menolak Lamaran ku 43PoV Citra"Ibu?" Mataku melotot seolah mau harus lepas dari tempatnya dan refleks menutup mulut dengan kedua tangan melihat wanita di hadapanku yang baru saja bertanya ternyata adalah ibuku sendiri. Bagaimana mungkin wanita yang sudah melahirkanku ini tiba-tiba ada di sini? Aku ingin pergi dari hadapan ibu agar ia tidak menginterogasiku, tetapi tiba-tiba ibu terhuyung dan ambruk. Ia pingsan sehingga membuatku panik. Aku membungkuk dan meminta bantuan pada orang-orang yang ada di toko. Belum hilang rasa kagetku dengan kedatangan Ibu di sini, tiba-tiba aku melihat Bapak memasuki toko dengan tergesa setelah ada keributan akibat pingsannya ibu. "Bu?" Bapak menggoyangkan lengan ibu. Aku memalingkan wajah dari hadapan Bapak, tetapi lelaki yang merupakan cinta pertamaku itu sudah terlanjur melihatku. "Citra? Jadi kamu beneran Citra? Apa yang kamu lakukan sehingga membuat ibumu pingsan?" tanya bapak dengan tatapan yang sulit ku artikan. "Sebaiknya k
Wanita yang menolak lamaran ku 44Usai makan, aku meminta ibu dan bapak agar segera pulang karena aku harus melanjutkan bekerja. "Ibu tidak mau sebelum memastikan kamu berpisah dengan Malik," kata ibu dengan tangan bersedekap. Berulang kali ia bersendawa karena perutnya penuh. Aku menggeleng. "Itu tidak akan terjadi, Bu, sampai kapan pun aku akan mempertahankan pernikahanku dengan Mas Malik ini," ujarku tegas. Ibu melotot. "Apa gunanya kamu sekolah bertahun-tahun menghabiskan biaya yang tidak sedikit, tetapi masih tetap saja bodoh? Buat apa mempertahankan lelaki seperti dia? Sudah, sebaiknya kita pulang saja ke rumahmu untuk mengambil pakaian dan siap-siap untuk menggugat cerai suamimu ke pengadilan." Ibu menarik tanganku tapi kuhempaskan dengan kasar lalu aku masuk ke dalam toko untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda, tidak peduli ibu yang terus menahanku. Jam kerjaku mulai pukul tujuh dan berakhir hingga pukul tiga karena hari ini aku di shift satu. Aku pikir Bapak da
Wanita yang Menolak LAMARANKU 45Elang dan Vira tidak menyadari kedatanganku karena aku masih terdiam dan begitu menikmati keindahan tubuh Elang sambil membayangkan seandainya aku berada di sampingnya dan yang sedang memakai kan jubah handuknya itu aku, lalu mengalungkan tangan di lehernya.Dia mencium keningku dengan lembut, lalu aku merebahkan kepala di dadanya yang bidang hingga aku dapat mendengar detak jantungnya yang bertalu-talu serta napasnya yang memburu. Saat ini aku benar-benar dibuat mabuk kepayang oleh lelaki yang pernah kutolak mentah-mentah itu. Kenapa harus ada longsor waktu itu sehingga ia harus datang dengan naik ojek? Haruskah aku menyalahkan Tuhan dengan semua ini?Penyesalanku semakin bertambah melihat kemesraan Elang pada Vira. Sempurna. Itu adalah kata-kata yang pas disematkan untuk Elang. Sudah kaya, tampan tubuhnya juga bagus, dan pengertian sedangkan suamiku hanya modal tampang saja. Uang? Zonk.Kalau dipikir-pikir, benar juga kata ibu. Percuma saja aku sek