BAB 46Hawa sejuk menusuk menggoda siapa pun untuk berlama-lama bergelung selimut. Langit menghamparkan warna biru cerah dan matahari mulai bersinar, tetapi udara puncak tetap dingin membelai kulit setiap kali waktu pagi tiba.Althea terusik dari tidur lelapnya sebab lambungnya mulai tak nyaman. Hanya saja masih malas untuk membuka mata dan terbangun, terayu kantuk berpadu udara dingin. Namun, rasa mual merambat naik mendesak pangkal tenggorokkan, seketika matanya membola kala pergolakan itu ingin menyembur keluar. Dengan cepat disingkirkannya selimut yang membungkus tubuh. Berlari ke kamar mandi nyaris bertabrakan dengan Zayn yang baru saja keluar dari sana. Rambut Zayn tampak basah dan tubuhnya segar, hanya terbalut handuk melilit rendah di pinggang.“Minggir!” teriak Althea yang kemudian kembali membekap mulut kuat-kuat sembari merangsek ke kamar mandi.Mual muntah seperti kemarin lagi-lagi terjadi. Althea sampai harus berpegangan pada dinding sisi kloset demi mencari kekuatan unt
BAB 47Zayn bersiap begitu panitia seminar menghubungi ponselnya. Dengan penuh sesal, dia meminta maaf pada Althea karena bahkan tak sempat untuk sekadar mengantarkan sang istri ke tempat parkir. Zayn diburu waktu di saat dirinya masih tergulung rindu berat."Pergilah. Don't worry about me," ucap Althea sembari mengulas senyum, menenangkan Zayn yang sudah rapi dan tampan mengenakan setelan biru tua. Zayn mengangguk walaupun enggan. Mengecup pipi Althea juga mengusap rambutnya penuh sayang. "Kalau sudah sampai, kabari aku."Setelah pintu tertutup, Althea membersihkan diri secepat mungkin lantaran jarum jam terus bergerak maju, berharap tidak terlambat mengikuti kompetisi. Tak lupa sebelumnya menghubungi Mbok Sari supaya mempersiapkan perlengkapan baletnya. Althea berlarian menuju parkiran. Akibat kurang memperhatikan jalan, ia tak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita anggun bergaun ungu yang datang tergesa dari arah berlawanan. Wanita yang semalam merengek meminta dikasihani ole
BAB 48Bau desinfektan aroma khas rumah sakit menyapa penciuman saat kesadaran menyapa Althea. Mencoba membuka kelopak mata, tetapi kemudian dikatupkannya kembali lantaran cahaya lampu tepat di atasnya amat menyilaukan. Menerjang penglihatan dan membuat kepalanya berdentam sakit. "Al?" Falisha membungkuk mendekat saat melihat kelopak mata Althea bergerak-gerak. "Dokter, Suster, teman saya sudah sadar!" teriak Falisha setelah memastikan Althea siuman. Falisha mendesah lega, akhirnya Althea meraih kesadarannya kembali. Beberapa jam lalu, sejak berpamitan pergi ke toilet hingga waktu pengumuman tiba, Althea masih belum kembali ke aula. Bahkan saat namanya disebut sebagai juara kedua, Althea masih belum terlihat batang hidungnya sehingga Falisha lah yang mewakili naik ke atas panggung. Salah satu kontestan dari sanggar lain berlari ke tengah kerumunan serayal menjerit-jerit histeris. Dia melihat seorang kontestan yang berasal dari tim Falisha tergeletak pingsan di lorong sepi menuju to
BAB 49Althea sedang berbenah di kamar setelah meminta Mbok Sari berbelanja beberapa bahan makanan kesukaan Zayn. Berencana memasak sendiri dan menyajikannya sembari memberitahu kabar kehamilannya pada Zayn sebagai kejutan. Satu orang pun belum ada yang dikabari. Althea mencoba mengendalikan rasa bahagianya dan ingin Zayn lah orang pertama yang mengetahuinya. Hari ini Althea libur ke kampus sesuai saran dokter. Meminta tolong pada si kembar untuk menyampaikan izin pada pihak universitas. Ia juga meminta bantuan Falisha agar alasan bolosnya semakin kuat mengingat Falisha merupakan saksi mata bahwa dirinya memang kurang sehat. Senyumnya merekah indah. Menundukkan pandangan ke perut ratanya dan mengusap sayang di sana. “Pantas saja badanku terasa aneh akhir-akhir ini. Ternyata sudah ada kamu di dalam sana, my baby bump. Gak sabar pingin kasih tahu daddy bulemu,” cicitnya gembira. Sejujurnya Althea was-was akan reaksi Zayn. Apakah Zayn akan sesenang dirinya atau mungkin justru tidak a
BAB 50Riuh tawa puas menggema di sebuah ruangan pribadi di kantor Firma hukum milik Alfred. Empat orang wanita berkumpul di sana dengan gelas-gelas kristal berisi wine memenuhi meja.“Kalian yakin semuanya aman dari pantauan Lidya?”“Tentu saja. Lagi pula kakakku pasti sedang sibuk-sibuknya mengurusi cabang butik baru di Lombok. Tak ada waktu santai mengingat launching akan diselenggarakan beberapa hari lagi,” sahut Kesuma yakin, menjawab pertanyaan si wanita bergaun krem di sebelahnya yang tak lain adalah Martha.“Rencanaku ini pasti berhasil tanpa terendus. Setelah ini kita hanya tinggal mengadu domba Zayn dengan ibunya menggunakan bukti salinan surat cerai yang sudah disiapkan Zayn jauh-jauh hari. Dengan begitu kita mudah membuktikan bahwa pernikahan Zayn dengan si bocah ingusan hanya settingan semata dan Lidya pasti akan kecewa berat,” sambung Kesuma jemawa di sela-sela meneguk isi gelasnya.“Lalu, setelahnya bagaimana?” Martha kembali bertanya.“Mmm, biar aku tebak. Saat ibu dan
BAB 51Matahari mulai tenggelam. Langit berangsur menggelap berbingkai jingga di ufuk Barat. Mengundang bintang gemintang menampakkan kelip indahnya. Suara bel yang berbunyi berulang-ulang membuat Ajeng terpaksa menghentikan kegiatannya yang sedang mencuci piring bekas makan malam. Menaruh spons sabun juga piring kotor yang dipegangnya. Meloloskan celemek melewati kepala, Ajeng mengeringkan tangan sebelum beranjak ke depan. Ajeng terpaku penuh tanya saat membuka pintu depan. Di luar pagar, duduk sesosok gadis membelakangi. Memeluk lutut berdampingan dengan sebuah koper warna pink. Meneruskan langkah, Ajeng bertanya sebelum membuka kunci pagar. Tetap waspada mengingat modus kejahatan di ibukota tengah marak. “Maaf. Apa Adek ini yang tadi memencet bel?” tanyanya pada sosok yang bergeming itu. Yang ditanya tidak menjawab. Tetap terdiam menunduk menenggelamkan wajah di antara kedua lutut yang ditekuk. Semenit dua menit ditunggu, masih juga tak membuka suara. Fokus Ajeng teralih pada k
BAB 52“Al, Althea. Sarapan dulu, Nak.” Ajeng masuk ke kamar Althea dan mengedarkan pandangan. Di atas ranjang hanya ada selimut yang tergulung kusut.Samar-samar dari arah kamar mandi terdengar suara lain. Suara orang yang sedang muntah-muntah. Ajeng mengetuk dan mendorong pintu perlahan, tampaklah Althea membungkuk di sisi kloset. Obat pereda mual beserta setumpuk vitamin milik Althea semuanya tertinggal di kediaman Zayn. Althea hanya bisa pasrah saja saat harus merasakan kembali serangan menyiksa di pagi hari yang kemarin sempat mereda. “Lho, kamu sakit, Al?” Ajeng dibuat panik. Ikut masuk ke kamar mandi. Membantu mengambilkan handuk untuk Althea yang baru selesai membasuh mulut. Mual yang mendera Althea menyiksa luar biasa. Bukan hanya akibat morning sickness, tetapi juga karena hari kemarin perutnya baru terisi di waktu yang amat terlambat. Melewatkan waktu makan siang sedangkan ketika sarapan Althea tak berselera. Hanya segelas air hangat dicampur madu murni yang menjadi sara
BAB 53Satu jam berlalu dari waktu Falisha berpamitan, Zayn masih setia membeku di ruang tamu dan belum beranjak seinci pun dari sana.Mbok Sari dan Pak Tarno saling berbisik mengintip dari balik tembok ruang tengah. Memerhatikan Zayn yang terdiam sembari memaku pandangan ke atas meja. Mereka takut jika tiba-tiba majikanya yang melamun mendalam itu kesambet dedemit lewat.Sultan tiba-tiba saja berlari melintasi Mbok Sari juga Pak Tarno. Menerobos ke ruang tamu dan melompat naik ke pangkuan Zayn membuat lamunan Zayn buyar. Sultan mengeong rendah dan menatap si pria tampan yang kini acak-acakan dengan jambang yang mulai tumbuh panjang di sepanjang rahang. Biasanya Zayn bercukur dua hari sekali, tetapi beberapa hari ini dia melewatkan itu. Sultan merebahkan diri bersandar pada Zayn. Raut si kucing gendut tampak sedih tak bergairah. Mbok Sari bermaksud masuk ke ruang tamu untuk mengambil Sultan, takut Zayn berteriak marah lantaran phobianya terhadap kucing, tetapi Pak Tarno menahan leng