Share

A Groovy Kind of Love [3]

Selama perjalanan yang hanya berlangsung tak sampai sepuluh menit itu, kami sama sekali tak bicara. Ya, memang tidak ideal mengobrol dengan helm menutupi seluruh wajah di tengah angin yang menderu kencang. Meski sebenarnya aku sungguh ingin tahu alasan Marco menyebut-nyebut nama Levi tadi.

Marco membawaku ke sebuah warung tenda yang khusus menyediakan mi rebus. Aku pernah makan di sini walau frekuensinya tak terlalu sering. Aku setuju dengan penilaian Marco bahwa mi rebus di sini bercita rasa enak.

“Aku sering datang ke sini, Nef. Kalau mau makan mi rebus, aku pasti ke sini. Nggak pernah mau nyoba makan di tempat lain,” aku Marco.

Kami duduk bersisian di bangku kayu. Warung tenda itu cukup ramai. Aroma khas mi rebus menguar di udara, membuat perutku yang tadi kenyang secara misterius pun berubah keroncongan lagi.

“Kamu kenapa? Mendadak jadi pendiam gini.” Marco tiba-tiba menyenggol lengan kananku. Hebatnya (atau anehnya?), gerakan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status