“Tidak apa-apa. Ternyata di area sini cukup banyak orang yang suka lari pagi,” jawab Keenan, yang kemudian mulai berlari, menyusul Cheryl yang sudah cukup jauh berada di depan kami.Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling sejenak, lalu ikut berlari, berusaha menyejajarkan langkahku dengan Keenan.“Apa kamu juga suka lari pagi?” tanyaku.“Tidak. Aku lebih suka menggunakan fasilitas yang ada di apartment untuk olahraga,” jawab Keenan.Aku mengangguk dan kembali fokus untuk berlari, karena bicara sambil berlari akan membuatku lebih cepat lelah.Setelah berlari sekitar tiga puluh menit lamanya, kami berhenti di sebuah kursi kosong yang ada di depan salah satu mall, yang biasa menjadi tempat pengunjung mall menunggu taxi.“Kamu larinya cepat sekali, Ryl,” ujarku sambil mengatur napas.“Aku hanya mulai terlebih dahulu, bukan lebih cepat,” jawab Cheryl.Aku duduk sambil meluruskan kaki, diikuti oleh Keenan yang duduk di sampingku.“Hari ini lebih banyak orang yang lari pagi, dibandingkan min
“Halo, Keenan. Apa tawaran untuk menikmati hidangan laut di Alexander Apartment masih berlaku?” tanyaku melalui telepon.“Baik, sebelum jam dua belas kami akan tiba di Alexander Apartment,” ujarku.Kemudian aku memutuskan sambungan telepon sambil memegangi dada yang sedari tadi belum bisa berdebar normal, sampai membuatku sedikit gemetaran.“Minum dulu, Li.” Cheryl memberikan satu gelas berisi air putih.Aku menerima gelas tersebut, lalu minum air sampai habis, dan meletakkan gelas yang sudah kosong di atas meja.“Li, jangan takut! Kita akan baik-baik saja,” ujar Cheryl, menenangkanku.“Maaf, aku hanya ingin jalan-jalan,” jawabku mencari alasan.Tadi begitu melihat ada kotak paket misterius, yang ada di pikiranku adalah ingin segera pergi dari unit apartment kami ini. Dan yang aku ingat hanya tawaran Keenan untuk mencicipi hidangan laut. Itu sebabnya, aku segera menghubungi Keenan.Padahal kalau dipikir-pikir lagi, tempat paling aman sebenarnya di unit apartment kami ini sendiri.“Kam
Raut wajah Keenan yang sangat terkejut terlihat sangat kentara, saat mendengar perkataan Cheryl.“Aku minta maaf,” ucap Cheryl.“Kalian yakin?” tanya Keenan, sambil melihat ke arahku dan Cheryl bergantian.“Tidak seratus persen, tapi kami rasa pengirim misterius itu bukan kamu,” jawabku.“Bagaimana bisa?” Bukannya menanggapi permintaan maaf Cheryl, Keenan malah lebih penasaran dengan cerita kami.Apa dia tidak merasa lega, kami tidak mencurigainya lagi?“Apa kamu memaafkan kami?” tanyaku.“Sebenarnya tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku mengerti kecurigaan kalian. Satu tahun yang lalu, aku memergoki kekasihku selingkuh dan aku tidak tahu bagaimana cara meluapkan kesedihan. Ide datang begitu saja, mengantarkanku pada sebuah pemakaman yang mempertemukanku dengan kalian. Di sana aku menangis sepuasnya, dan akhirnya aku kembali merasakan lapar.” Keenan bercerita begitu saja sambil tersenyum malu.“Dari pemakaman, aku bertemu kalian lagi di salah satu tempat makan siap saji. Lalu, beberapa
Aku melirik ke arah Cheryl berharap mendapatkan bantuan untuk menjawab, tetapi ternyata dia sibuk dengan ponselnya.“Boleh. Besok aku akan ke kantormu,” putusku.“Kalau perlu aku jemput, beri tahu saja,” ujar Keenan.“Tidak apa-apa. Aku bisa sendiri. Untuk waktunya, aku akan mengabarimu besok, karena jadwalku tergantung pekerjaan di kantor,” jawabku.“Siap,” sahut Keenan sambil tersenyum.Tanpa terasa, kini kami sudah masuk ke dalam MRT dan duduk di salah satu kursi yang kebetulan masih kosong.“Kita beruntung mendapatkan tempat duduk. Lihat saja! MRT sangat penuh,” bisik Cheryl.“Hm,” gumamku.Di pemberhentian pertama, ada dua orang wanita yang usianya kurang lebih sama seperti mamaku, berjalan masuk ke dalam MRT, sambil membawa tas belanja yang terlihat cukup berat.Mengetahui kalau saat ini MRT sedang penuh dan tidak ada bangku kosong, aku dan Cheryl praktis bangkit berdiri untuk memberikan tempat duduk kami pada kedua wanita itu. Tak disangka, Keenan ternyata juga ikut bangkit ber
Usai menikmati es krim, aku, Cheryl, dan Keenan jalan-jalan sebentar, lalu kami kembali ke Alexander Apartment untuk mengambil mobil.Aku dan Cheryl memutuskan untuk menghabiskan waktu di unit apartment, tanpa mengungkit masalah pengirim hadiah misterius lagi.Hingga keesokan harinya …Tiba-tiba Cheryl membuka pintu kamarku dan menyembulkan kepalanya, “Li, aku antar kamu ke kantor ya?”“Lho, kamu belum berangkat?” tanyaku keheranan. Pasalnya, setiap hari Senin, Cheryl selalu berangkat lebih awal karena ada satu pasien yang lebih suka konsultasi di pagi hari.“Pasienku sedang sakit. Jadi, aku akan menemuinya di rumah. Arah rumahnya melewati tempat kerjamu.” Cheryl memberi tahu.Aku meraih tas kecil di atas nakas, lalu berjalan mengikuti Cheryl.Tepat ketika Cheryl hendak membuka pintu utama unit apartment, tiba-tiba Cheryl berhenti dan membalikkan tubuhnya.“Kenapa?” tanyaku bingung.“Kamu pasti belum sarapan. Apa aku benar?” tanya Cheryl sambil memicingkan matanya.“Sudah minum susu,”
Setelah aku memberi tahu Keenan mengenai sistem kerja, Keenan langsung bertanya tentang sistem pembayaran. Di sini aku menilai Keenan sebagai seorang pemuda yang cerdas dan cekatan. Dia juga tahu poin-poin penting yang harus kami bicarakan sebelum mulai bekerja.Cara kerja yang seperti ini yang aku suka. Tidak bertele-tele dan jelas sejak sebelum kerja sama dimulai.“Jika proses kerja sama sudah selesai, berapa lama aku bisa mendapatkan desain gambarnya?” tanya Keenan.“Biasanya aku membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Dari kamu sendiri, berapa lama waktu yang diberikan untuk aku menyelesaikan semuanya?” jawabku.“Satu minggu seharusnya cukup,” sahut Keenan.Aku mengangguk.“Besok aku akan mengurus semuanya agar kita bisa segera mulai bekerja,” ujar Keenan, membuatku melongo. Sungguh aku tidak bisa berkata-kata.“Apa kamu setuju dengan sistem kerja dan pembayaran yang aku ajukan? Kamu tidak butuh contoh gambar?” tanyaku memastikan.“Iya, aku tidak keberatan. Mengenai contoh gam
“Finn. seseorang yang kita hadiri pemakamannya … dia adalah kekasihku,” jawabku.Masih ada perasaan sedih setiap kali menyebutkan nama Finn. Bedanya, sekarang aku sudah tidak terlalu sering menangis lagi.“Ah, maafkan aku,” ucap Keenan.“Tidak apa-apa,” jawabku sambil tersenyum.“Rupanya hari itu kita sama-sama kehilangan kekasih,” ujar Keenan berniat menghibur.“Iya. Finn pergi untuk selamanya. Sedangkan kekasihmu pergi bersama pria lain. Aku yakin, dia pasti menyesal telah meninggalkan seorang pria sebaik kamu,” jawabku ikut menghibur.Keenan hanya tersenyum tipis untuk menanggapi.Untuk beberapa saat, kami sama-sama diam, membiarkan seorang pelayan restoran menyajikan sushi yang kami pesan.“Terima kasih,” ucap Keenan pada seorang pelayan itu.“Hm, kelihatannya sangat lezat,” ujarku.“Langsung makan, Li!” sahut Keenan.Aku meraih sumpit di atas meja, lalu mulai memasukkan sushi ke dalam mulut.“Benar-benar lezat! Rupanya selera kita sama,” pujiku setelah menelan suapan pertama.Kee
Jangan salah sangka dulu! Aku mengajak Keenan menginap hanya karena merasa bersalah. Seandainya aku tidak mengajaknya masuk, mungkin dia tidak akan tergores.Ngomong-ngomong, meskipun tergores, tetapi aku sempat melihat lukanya cukup dalam. Itu masuk akal karena darahnya sampai banyak mengalir keluar.Setelah mendapat persetujuan Cheryl dan dengan sedikit memaksa, akhirnya Keenan mau menginap. Tentu saja dia terpaksa mengganti pakaian seadanya dan tidur di sofa.“Aku bisa tidur dengan Lilian kalau kamu mau di kamar,” tawar Cheryl.“Sofa ini sudah cukup nyaman. Kalian bisa tidur di kamar,” jawab Keenan.Cheryl mengangguk.“Keenan, maafkan aku,” ucapku untuk kesekian kalinya.“Kamu tidak salah. Berhentilah minta maaf! Lagi pula aku baik-baik saja,” jawab Keenan sambil tersenyum.“Kalau haus atau lapar, semua ada di dapur,” kataku.“Iya,” jawab Keenan.Cukup lama aku memandangi Keenan yang sudah mengganti pakaiannya dan siap tidur di sofa. Meskipun aku dan Cheryl sudah berusaha untuk mem