Share

Bab 62. Histeris

Lima menit berlalu dan mesin cetak masih terus bekerja. Aku harus bagaimana? Apa aku boleh menelepon Om Danendra? Akan tetapi, aku tidak ingin dianggap memanfaatkan hubungan baik.

Aku berkali-kali menggenggam kedua telapak tangan yang sudah basah dan masih gemetaran. Sesekali aku mengusap pelan bulir-bulir keringat yang membasahi wajahku dengan tisu.

“Lilian, apa kamu sudah selesai?” Liam menyembulkan kepala dari balik pintu dan bicara dengan nada suara keras.

“Belum, Liam. Aku sudah berusaha secepat mungkin,” sahutku.

“Dengar aku baik-baik, Lilian! Aku akan memotong gajimu kalau perusahaan ini rugi!” Liam mengancam.

Saat tidak marah saja wajah Liam sudah tidak baik untuk kesehatan mata dan jantung, apalagi saat marah begini … benar-benar seperti bom yang siap meledak.

“M-maaf, a-apa aku boleh menghubungi Pak Danendra untuk mengatakannya secara langsung pada beliau bahwa ada kesalahan dan aku sedang berusaha memperbaikinya?” tanyaku memberanikan diri.

“Ah, punya nyali juga kamu! Catat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status