Share

Jujur Itu Berat

Takut-takut kami berbalik. Ketika ini berlangsung, pegangan tangan sudah terlepas.

Panggilan Nyak Marni sungguh mengagetkan luar biasa.

Kulihat Fadlan masih berdiri di atas kursi dengan tangan yang masih menggantung di lampu LED yang kini menyala. Tatapannya lurus, dan jarang sekali mengedip. Bahkam aku hampir tak melihatnya.

“I-iya. Ke-napa, Nyak?” tanyaku tergugup.

“Elu mau ke mana, sih? Ini tolong, dong ambilin. Panas!” titahnya dengan nada suara agak tinggi.

Hah? Lagi? Aku kembali mengalami ini lagi? Rasa gelisah karena merasa hubunganku dengan Vivi ketahuan. Ternyata untuk kedua kalinya selamat.

“O-oh, bisa Nyak.” Gegas aku berlari ke arahnya dengan senyum agak terpaksa yang bercampur keringat.

Vivi mematri senyum dan duduk di kursi meja makan tak jauh dari sana. Gadis itu juga nampak agak salah tingkah.

“Awas panas. Pake ini aja serbet. Anggap aja pengganti sarung anti panas itu. Apalah namanya lupa,” ujar Nyak Marni menyetahkan kain serbet kotak-kotak garis kuning.

Kuterima dan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status