Share

Mati Lampu

Aku telah terluka, tapi tak ada obat bagi sakitku ini.

Kaus dengan sablon bertuliskan ‘Friend Forever’ yang sedang dipegang ini jatuh dari tangan. Pikiranku kosong seakan hanyut dalam keterkejutan yang teramat besar.

“Hah? Nem—” Ucapan ini bahkan terlalu menyekitkan untuk sekadar kuucap.

Fadlan, dia sungguh-sungguhkah?

“Heh, ngelamun!”

Aku segera menyadari sikap bodohku ini, lantas langsung memasang senyum palsu seolah-olah aku senang mendengar keputusan itu.

“Bantu aku, ya Gam. Kamu tahu, selama tinggal di negeri orang, setiap malam aku menyesal karena tidak mengungkapkan dulu perasaanku terhadapnya sebelum pergi. Dan aku tidak mau sesal itu terus mengikuti. Aku akan mengungkapkan rasa cintaku kepada Vivi. Kamu mau bantu, kan?”

Speechless. Ternyata Fadlan bersungguh-sungguh dengan perkataannya itu. Ya Allah ....

“Jangan, Lan.” Mulutku berkata refleks. Aduh, mati aku!

Dia mengerutkan kening hingga garis halus itu sedikit nampak. Namun, dasarnya tampan, jadi garis kecil begitu pasti t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status