All Chapters of The Huntress Trilogy #1 Daughters of Lucifer: Chapter 91 - Chapter 100
179 Chapters
Recruitment Plan and Blessing
Masa berkabung untuk kematian Karmuzu berlangsung selama dua minggu. Setelah usai merenovasi padepokan dengan sumbangan dana dari Elba, mereka segera membuat rencana untuk langkah selanjutnya.“Yang pasti, harus ada salah satu dari kita tinggal di sini untuk mengajarkan berbagai latihan. Termasuk menggunakan senjata yang tidak pernah dikuasai oleh anak buah Karmuzu,” cetus Roth menimpali rencana Nina yang ingin mengunjungi Inggris.“Kenapa Britania? Kupikir Norwegia lebih memiliki potensi yang kuat untuk mendapatkan calon pahlawan yang tangguh!” tanggap Panther.“Britania sudah memiliki pusat pelatihan pejuang bumi. Terakhir kali berada di sana sebelum ke Paris, aku bertemu dengan pemimpinnya, Morret.” Nina menunjukkan foto tempat tersebut dan juga Morret pemimpinnya.“Ok. Aku setuju. Siapa yang akan tinggal di sini?” tanya Elba.“Aku saja!” seru Coque. Semua menoleh padanya dengan heran.
Read more
The Unknown Breeds
Semenjak Nina mengalami perubahan dalam dirinya sebagai the huntress, ia tidak pernah berpikir jika peran dan tanggung jawab ini akan menjadi sesuatu yang berpengaruh pada dunia.Pertemuannya dengan Mikhael, malaikat yang memberinya berkat dan senjata, menjelaskan bahwa dirinya adalah ujung tombak utama dalam peperangan yang entah kapan akan berakhir ini.Keberangkatannya menuju ke Inggris bersama Panther dan Roth membuat Nina yakin bahwa kali ini ia akan menempuh perjuangan yang sesungguhnya. Baru Nina sadari, dirinya menjadi jangkar bagi para orang di sekelilingnya untuk berpegang teguh.Kedatangan mereka di markas Morret, mendapat sambutan yang baik dan penuh kehangatan. Nina memeluk teman lamanya itu dengan erat. Morret sama sekali tidak tampak sebagai pria tangguh. Selain karena mulutnya sangat cerewet, Morret juga memiliki selera pakaian yang sangat unik. Bajunya semi feminim dengan warna cerah yang sangat mencolok.Pria jangkung tersebut juga membe
Read more
Ceasefire of Two Biggest Clans
Ketika kita bertemu dengan orang baru, terkadang asumsi muncul dan itu belum sepenuhnya benar. Itu yang Panther rasakan. Morret dan Pixen adalah dua manusia yang sempat ia remehkan dalam kemampuannya bertempur.Ternyata di balik karakter yang beda dan terkesan nyentrik, dua orang tersebut memiliki ketangkasan yang mumpuni. Morret adalah pemain pedang yang sangat handal dan Pixen adalah penembak ulung dan juga menguasai teknologi dengan baik.Keduanya menguasai martial arts dan sesuai dengan gaya konyol mereka, membunuh musuh bisa dilakukan dengan gaya jenaka dan klasik.Roth seketika jatuh cinta pada perkumpulan tersebut. Tidak sulit baginya berbaur karena gaya Roth yang menurut Panther memang setipe dengan mereka. Nina tersenyum geli dengan sebutan tersebut.Setelah memastikan misi dan visi mereka dipahami seutuhnya oleh Morret dan Pixen, Nina bermaksud untuk berpamitan keesokan harinya menuju Norwegia bersama dengan Panther.“Tunggu dulu, N
Read more
Land of Heroes
Nina berangkat bersama Panther dengan pesawat milik Elba. Roth memeluk Nina dengan erat dan membisikkan kata yang membuat Nina terharu.“Kembalilah dengan selamat dan kita hidup seperti dulu lagi.”Ketika mereka tiba di tempat yang Nina maksud, keduanya terhenyak. Markas yang ada di Norwegia memang lebih besar dan luas dibandingkan Inggris. Tapi yang membuat mereka terpana, kondisi lembah itu porak poranda dan penuh dengan tenda daraurat. Nina dan Panther bertanya-tanya tentang apa yang telah terjadi. Mayat bergelimpangan dan hanya tertumpuk tanpa sempat mereka kuburkan.Setelah melewati beberapa orang yang menginterogasi mereka dengan cukup kasar, akhirnya Nina menemui Asmund, pemimpin mereka.Pelukan Asmund sangat erat dan akhirnya pria yang terbilang cukup besar itu tersedu. Isakannya sangat keras dan Nina sangat tersentuh.“Mereka menyerang kami selama tiga hari penuh dan kami kalang kabut menghadapi mereka tanpa persiapan. Ha
Read more
Holy Trip 1, Rome
Inilah perasaan yang terberat bagi Nina selama meninggalkan sebuah tempat. Asmund mengingatkan dirinya akan sebuah ketulusan seorang manusia yang paling lemah di antara ras lainnya. Bersama dengan Asmund, Nina masih bisa merasakan nikmatnya hidup menjadi manusia tanpa kekuatan ajaib yang hampir semua temannya miliki.Setelah berhasil membuat janji dengan pimpinan tertinggi umat Katholik di seluruh dunia, Paus, Nina segera menuju Vatikan pada pagi harinya.Rupanya, untuk menemui Paus tidak semudah itu. Nina harus menunggu hingga dua hari ke depan sesuai dengan jadwal padat yang tertera di papan kantor gereja.Sambil menelan kecewa, Nina memilih untuk berkeliling Roma dan mencari tahu tentang pergerakan bawah tanah yang sempat ia dengar dari Coque. Nina hanya mendapat satu nama dari Coque. Roxer adalah orang yang paling tepat untuk ia temui.Mengunjungi club malam yang sangat sepi dan tampak suram, sempat membuat Nina ragu. Ia tidak yakin jika tempat terseb
Read more
Holy Trip 2, Tibet
Menuju Tibet sendiri kali ini, hanya ditemani oleh pilot Elba, Nick, dan juga pramugari cantik, Kezia. Keduanya menjadi dekat dengan Nina dan sedikit-sedikit memahami misi mereka selama ini. Ketika Nick mengubah kemudi menjadi otomatis, ia menemani Nina yang sedang mengobrol dengan Kezia.“Tibet menjadi favoritku untuk wilayah selatan hingga detik ini!” seru Nick sembari menuangkan sampanye ke gelasnya.“Sejak kapan kalian bekerja untuk Elba?” tanya Nina.“Kezia sudah hampir lima tahun, aku delapan tahun akhir bulan ini,” sahut Nick. Nina berdecak kagum akan kesetiaan mereka.“Misteri apa yang ada di Tibet, Nona Averin?” tanya Kezia. Nina melihat ke arah Kezia dan tersenyum.“Kau bukan manusia tanpa isi bukan, Kezia?” selidik Nina. Wanita itu tertawa dan mengibaskan tangan dengan jengah.“Hanya sedikit bekal yang Tuan Mustafa pernah ajarkan padaku. Nick paling beruntung karena ia selalu menemani perjalanannya. Walau dalam empat tahun terakhir Nick
Read more
Holy Trip 3, Mekkah
Mengarungi benua di dunia memberikan sudut pandang yang baru pada Nina. Dirinya baru menyadari jika apa yang terjadi sekarang ini, sangat sulit membedakan antara baik dan buruk. Manusia terbagi menjadi beberapa karakter dan hidup dalam gap yang sangat jauh.Bagaikan bumi dan langit, Nina melihat jika ada bagian di mana manusia hidup dalam kesusahan dan terancam kelaparan, sementara sisi yang lain menjalani kehidupan yang penuh kemewahan dan menguasai ekonomi dunia.Di mana belas kasihan yang dulu selalu menjadi dasar kehidupan manusia? Pemerintah yang pernah menjanjikan kehidupan makmur bagi rakyatnya berakhir menjadi tikus negara yang mengeruk keuntungan selagi bisa.Nina tiba di kota Madinah dan hatinya tersentuh oleh ribuan orang yang berbaju putih menuju kota Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Mereka berasal dari berbagai negara dengan aneka suku dan warna kulit yang berbeda. Namun hanya satu tujuan mereka, menyembah Sang PenciptaNya, Allah Swt.Nina du
Read more
Sabotage
Suara adzan yang berkumandang begitu keras membangunkan Nina dengan tergagap. Ia lupa jika hotel tempat dirinya menginap dekat dengan masjid. Dengan mata setengah mengantuk ia memeriksa ponsel. Panggilan tidak terjawab sebanyak enam kali dari Elba dan lima kali dari Roth juga Panther.Nina segera merasakan ada yang tidak beres.Ada berbagai macam hiburan yang sedang berlangsung di restoran bawah dan Nina terus menuju ke resepsionis. Setelah membayar semua tagihan, muncul dari jauh Nick dan Kezia yang menyeret koper kecil mereka.“Kita menuju Mesir, kapten!” ucap Nina.“Siap, Boss!” jawab Nick sembari memasang kacamata hitamnya. Ketiganya melenggang menuju ke luar.***Nina merasakan guncangan yang keras dan berpikir jika itu turbulence ringan yang biasa mereka rasakan ketika berada di angkasa. Tapi udara begitu cerah dan kepulan asap terlihat dari arah ekor pesawat.“Ada seseorang yang merusak mesin kiri!” teriak Kezia yang muncul dari ruang
Read more
Ring A bell
Elba menjemput Nina dan dirinya terlihat tidak mampu menahan kesedihan yang begitu mendalam ketika melihat kondisi kedua pegawainya yang harus menemui ajal begitu cepat.“Aku terlambat, El!” rintih Nina dengan hati pilu. Elba merengkuh bahu Nina seperti mencari sandaran untuk berpegang. Coque mengangkat tubuh satu persatu dengan hati-hati dan cermat. Tiga murid Karmuzu yang juga turut dengan mereka membantu mengevakuasi mayat untuk dibawa kembali ke Mesir.“Menurutmu siapa yang tega menyabotase pesawat kami?” tanya Nina dengan mata sayu.Elba menggelengkan kepala lemah.“Kondisi pesawat sudah berupa puing-puing. Kami tidak bisa mengidentifikasikan lagi. Tapi yang pasti ini bukan yang terakhir,” jawab Elba.“Merpola memberitahu tentang kecelakaan ini pada Panther. Tapi ketika aku mencoba menghubungimu, tidak ada jawaban. Begitu juga dengan Panther dan Roth.” Kalimat Elba semakin menambah beban sesal pa
Read more
Broken Arrow
Setelah mengokohkan pasukan pengikut Karmuzu, Nina, Elba dan Coque berangkat menuju Iran untuk Elba mengunjungi makam ayahnya.Ada rasa sesal yang mengelayuti jiwanya. Selama ini, hatinya dipenuhi dendam yang tidak kunjung padam sedikit pun. Merasa ditolak dan diusir dengan tidak hormat, Elba langsung memberikan penilaian pada ayahnya tanpa menimbang dan mencari tahu.Ketika bertemu dengan pamannya, Mousa, Elba menghabiskan waktu yang lebih leluasa dengan pamannya tersebut. Ada banyak cerita yang terungkap selama kepergian Elba beberapa waktu ini.“Abdul adalah kakakku yang sangat keras kepala dan sulit menerima pandangan baru dalam hidupnya. Tapi, El, Abdul mendidikmu dengan sangat keras demi keberhasilan hidup. Dia mengusirmu tapi kemudian hidup dalam penyesalan. Ia tidak pernah memaafkan dirinya atas apa yang dilakukan terhadapmu,” ucap Mousa dengan haru.Elba menatap liuk lilin aroma terapi yang ada di teras istana. Matanya berkaca-kaca dan hatinya ma
Read more
PREV
1
...
89101112
...
18
DMCA.com Protection Status