All Chapters of The Huntress Trilogy #1 Daughters of Lucifer: Chapter 81 - Chapter 90
179 Chapters
The Palace
Kedatangan putra bungsu Raja Abdul Rahman Al Bustaniar disambut dengan isak tangis oleh keluarga besarnya. Elba memeluk kakak sulungnya yang selama ini dekat dengannya, Astiya.“Kemana saja dirimu, Elba?” bisiknya dengan tergugu. Elba merengkuh kakaknya dengan erat.Pamannya, Mousa Ahmed Al Bustaniar, mendekat dan memeluk keponakannya dengan wajah bahagia.“Alhamdullilah, Allah masih memberimu umur panjang,” ucapnya penuh syukur.Di antara keluarga ayahnya, Mousa yang paling mengerti tentang kebenciannya dan penolakan keras Elba pada pemerintahan Abdul Rahman. Mousa juga yang selalu mendukung Elba untuk tidak meneruskan warisan tradisi kuno yang begitu menghancurkan banyak orang berharga mereka, termasuk anak perempuan dan istrinya.Penguburan sang raja diimami oleh Elba menuju liang lahat. Semua rakyatnya berkabung. Walaupun Abdul Rahman seorang diktaktor, namun Iran maju sebagai negara makmur dan juga kaya raya dengan minyaknya.Begitu semua sel
Read more
Legends Never Die
Seluruh daerah Roger Pass membenahi diri secara maksimal. Sejak penyerangan yang sempat di saksikan oleh beberapa orang warga tersebut, semua segera membentengi diri dengan pertahanan yang sebaik-baiknya. Ray bersama dengan anggota klannya melatih mereka menjadi petarung tangguh yang setidaknya bisa membela dan mempertahankan diri dari serangan para makhluk laknat.Tidak membedakan pria atau wanita, semua memiliki kesempatan untuk belajar dan menjadi manusia yang memiliki bekal bela diri.Jeff yang kembali terpilih sebagai walikota untuk sekian kali, membangun tembok tinggi yang sempat dikecam oleh utusan gubernur. Ia tidak mempedulikan tentang hal tersebut. Baginya, keselamatan penduduk yang ada di Roger Pass adalah yang utama.Ketika ia bertanya pada semua penduduk Roger Pass yang berkeinginan pergi, mereka menjawab dengan tegas TIDAK.“Kami lahir dan hidup di sini, mati juga untuk membela tanah kami. Lagipula kehidupan tanpa hal tersebut akan mem
Read more
Deepest Conscious Awaken
Abigal melihat ke sekeliling. Ia tidak tahu kenapa terkadang ia tertidur. Namun setiap terbangun, matanya tidak mampu melihat setitik cahaya sedikit pun. Ini semua membingungkan dirinya. Ketika mencoba berteriak dan meminta tolong tidak ada jawaban.Kadang Abigail menangis, terkadang tertawa. Tapi semua tidak ada yang menanggapi. Abigail mulai merasakan kegilaan yang memuncak. Gadis itu merasakan setiap berdiri atau berbaring, walau setiap ia berjalan sejauh mungkin, hanya kegelapan yang meliputi. Memorinya tidak ada yang tergali untuk sebuah penjelasan. Ia seperti mengalami kebingungan atas apa yang menimpa pada dirinya.Setelah mencoba mengaitkan semua kenangan yang pernah terlintas, Abigail makin bingung. Kenapa ia bisa terdampar di tempat ini? Ia bahkan mengutuk Nina, Roth, Elba juga Oliver yang tidak mencarinya. Setegakah itukah mereka padanya?***“Setiap kali aku tidur, muncul mimpi itu. Kenapa?” tanya Coque bingung pada Roth.&l
Read more
Paradise is Away, While Hell is Next to You
Kegundahan Elba mencapai puncak. Ia mengusap wajahnya dengan tubuh kuyu. Dalam sungkuran sholatnya, pria itu meratap pada Penciptanya untuk memberinya waktu bahagia walau sesaat.“Bukan hidup seperti ini yang aku minta, Ya Allah Ya Rahman. Berikanlah aku setitik rahmatMu, untuk merengkuh bahagia. Hidupku akan singkat sementara nikmatnya dunia belum kukecap, ijinkanlah umatMu ini untuk meraihnya …,” pinta Elba dengan hati pilu.Dengan khusyuk dan penuh dengan kepasrahan, Elba menyerahkan kerapuhan jiwa juga luka hatinya pada Yang Maha Kuasa.***Belati perak hadiah dari Elba menempel dengan tekanan pada leher manusia yang telah menjadi terror selama ini di Inggris. Nina menekan lebih kuat dan tetesan darah mulai mengalir.“Jika kau memilih mati dengan iman yang salah, silahkan! Kerugianmu, bukan aku!” tegas Nina dengan geram. Pria berwajah kasar dengan bekas jerawat yang memenuhi pipinya tersebut meringis.&ldqu
Read more
Rhyme of Death is Off
Roth tiba dengan sikap panik dan menceritakan pada Nefiri dengan wajah pucat. Ray menelan ludah serta memberitahu jika Drew juga telah lenyap dan berhasil melarikan diri.“Bisakah kita menunda berita yang lain? Aku meninggalkan Coque sendirian dan sekarang kita harus segera kembali. Aku tidak ingin Coque mati menghadapi Abigail sendiri!” pinta Roth dengan emosional.Semua mengiyakan dan segera bergegas mengikuti Roth masuk ke dalam portal.Begitu mereka melangkah keluar dari portal, ternyata ketiganya berada di sebuah gurun yang sangat panas.“Sial! Sesuatu mengacaukan kembali!” umpat Roth dengan panik.Nefiri dan Ray mulai gelisah. Dengan konsentrasi penuh, Roth kembali mencoba membuka portal menuju Alaska dan mereka melesak masuk. Ray memekik tertahan! Mereka terdampar di sebuah area peperangan di Israel. Roth makin gugup serta pucat. Nefiri menyentuh lengannya dan memandang Roth dengan mata berduka.“Kita tid
Read more
Overcome the Hard Path
Indahnya kebersamaan saat ini walau belum lengkap dengan kehadiran personil lain, tetap menghadirkan suasana yang menghangatkan sanubari masing-masing.Nina dan Elba saling berbagai cerita tentang kisah perjalanan mereka.“Ternyata ancaman teroris itu masih terjadi?” tanya Letho seperti biasa penasaran.“Makin parah sekarang. Kurasa memasuki tahun 2018 ini semua akan memanas antara Israel dan Palestina. Sementara Korea mulai berulah dan membuat kisruh. Amerika akan kehilangan pamor di dunia internasional dan Arab Saudi akan tumbang,” lapor Elba.“Bagaimana dengan negaramu, Elba?” tanya Tache.“Kurasa tidak akan terguncang. Paman beserta seluruh kabinetnya akan menghadapi krisis ini dengan baik,” sahut Elba.“Dan kau menolak menjadi raja?” Tache sungguh tidak memahami pola pikir Elba.“Aku lebih suka menjadi bagian dari kalian. Seperti ini,” jawab Elba ringan.“Kalian tahu apa yang dalam pikiranku saat ini?” cetus Nina.Semua menu
Read more
Fallen Angel Messages
Nina melangkah dengan penuh keheranan mendekat ke arah pintu. Dengan hati berdebar, ia membukanya. Alter Fidelis berdiri dalam wujud sesungguhnya tanpa sayap.“Fidelis?” desis Nina terperanjat. Fidelis masuk tanpa menunggu dipersilahkan masuk.“Kupikir email itu baru saja terkirim!” seru Nina dengan takjub. Fidelis menyapa semuanya dan tersenyum.“Aku adalah makhluk mulia yang memiliki akses ke teknologi tanpa harus memiliki media, Nina,” jawab Fidelis sembari memesan minuman pada bartender yang berusaha mengacuhkan pembicaraan tamunya.“Bagaimana aku bisa tidak merasakan kehadiranmu?” tanya Nina bingung. Fidelis menerima gelas dan meneguk dengan ekspresi haus.“Kau melemah pada kondisi tertentu. Entah itu saat jatuh cinta atau berduka,” terang Fidelis dengan acuh. “Jelas saat ini kau dalam salah satu kondisi tersebut,” sindirnya sambil melirik ke Elba yang tersenyum simpul.
Read more
The Old Wolf Legacy, Jethro
Pertemuan dengan Fidelis memberi sedikit motivasi untuk mereka kembali bergerak tanpa lelah. Setelah menjelaskan pada Panther yang mulai siuman dan sadar, dua hari kemudian mereka terbang menuju Mesir. Selama menempuh perjalanan, Nina terus memikirkan rencana terbaik untuknya mengatasi desakan menjadi pemburu Abigail.Dalam hati masing-masing, mereka berpikir siapakah yang menjadi malaikat maut bagi Karmuzu. Pria tua yang telah hidup hampir seabad tersebut, mustahil semudah itu dibunuh. Roth menebak pembunuhnya adalah antara Abigail atau Drew. Sedangkan Coque dengan konyolnya berasumsi Karmuzu akan mati di tangan salah satu anak buahnya.“Mereka semua adalah pengikut setia! Bagaimana kau bisa menebak itu adalah salah satu anak buahnya?” bantah Roth menertawakan Coque.“Jangan meremehkan kejelianku sebagai bekas polisi, Roth. Dari sekian kasus kematian orang besar, hampir sebagian diprakarsai oleh sebuah pengkhianatan dari dalam!” tangkis
Read more
The Last Roar of Desert's Guardian
Nina memastikan semua pengikut Karmuzu tidak memiliki ambisi terkelam untuk membunuhnya. Dengan terpaksa, Nina harus menggunakan kekuatannya tersebut untuk mengetahui hal tersebut. Namun ketika tanpa sengaja ia mengetahui ambisi Elba, wanita itu terlihat jengah. Elba ingin bercumbu dengannya.“Kupikir kalian telah bercinta, Averin!” cetus Roth dengan setengah berbisik. Nina menoleh dan memukul lengan Roth kesal.“Berhenti membaca pikiranku, Roth! Kau sudah berjanji!” kecam Nina dengan garang. Roth mengaduh dan meringis kikuk.“Maaf,” sesalnya dan buru-buru kabur. Nina sangat malu dan segera menjauh.Coque baru saja tiba dengan Panther. turun dari truck pick up. Wajah keduanya memerah karena panas yang menyengat.“Aku memilih Roger Pass dan Alaska sebagai tempat tinggal. Panas ini bisa membunuhku!” keluh Coque sembari mengusap peluh. Rambutnya yang panjang terikat tampak basah oleh keringat. Panther te
Read more
Hiding From the Pain
Berduyun-duyun orang datang dan menyampaikan rasa berkabung atas kematian Karmuzu. Nina masih melarikan diri ke atas puncak gunung Sinai. Semua tahu dan merasakan keterpurukan atas perginya Karmuzu yang mereka sebut sebagai singa gurun penjaga Mesir.Kematian Karmuzu ditandai dengan gelombang tanah yang hebat, memporak porandakan seluruh kawasan di sekitar padepokan dalam radius puluhan kilometer.“Aku baru tahu jika Karmuzu muda memiliki bentuk lain sebagai singa jantan yang besarnya seperempat dari gunung Sinai!” decak Coque dengan kagum.“Ya. Suara yang terdengar tadi malam adalah auman terakhirnya,” timpal Panther dengan pilu.Roth dan Elba bungkam dan membisu. Kematian dan kegagalan mereka dalam menjaga Karmuzu membuat keduanya terpukul.Masyarakat dan seluruh pengikutnya menguburkan Karmuzu dengan tata cara adat Mesir yang epik. Sementara tubuh Firai mereka lemparkan ke dalam kobaran api yang menyala.  &ld
Read more
PREV
1
...
7891011
...
18
DMCA.com Protection Status