Semua Bab Pendekar Mayat Bertuah.: Bab 91 - Bab 100
255 Bab
Pesan Mendiang Ratu
Lalu kemudian dengan diikuti ketiga Permaisurinya, sang Prabu segera bangkit dan beranjak pergi meninggalkan Pangeran Cayapata sendiri di dalam Puri. Dan akhirnya Pangeran Cayapata pun semalaman suntuk menunggui jasad Bundanya itu.Lalu di pagi harinya nampak kesibukan di halaman Candi Plaosan mulai terlihat, para Prajurit yang baru saja menggantikan tugas Prajurit yang berjaga di waktu malam nampak mulai sibuk berlalu-lalang membawa dan menumpuk kayu bakar sebagai persiapan upacara pembakaran jasad Ratu Danuardara sebagai puncak dari rangkaian pemulasaraan jasad sang Ratu. Dan Candi Plaosan itu sendiri adalah sebuah Candi yang dibangun oleh mendiang Prabu Linggarjati sebagai tempat peribadatan keluarga beliau, meskipun hanya sebuah candi yang berukuran kecil namun kalau bicara halaman candi Plaosan itu memiliki sebuah halaman yang sangat luas.Terus selanjutnya, meskipun waktu telah beranjak siang, namun mulai dari pagi sang Surya memang tidak menampakkan sinarnya. Ya
Baca selengkapnya
Minta penjelasan
"Kenapa? Aku kan suamimu? Dan engkau adalah Permaisuriku ..." ujar Prabu Jayantaka dengan wajah terlihat agak kecewa. Lalu dengan kembali melemparkan senyum manisnya Ratu Danuardara menjawab pertanyaan dari suaminya itu."Hmmm ... Kanda Prabu ... aku menemui mu ini tidak lain hanya untuk menyampaikan sebuah pesan, bukan untuk yang lain."Mendapat jawaban seperti itu dari Permaisurinya Prabu Jayantaka nampak tidak membalas, dia terlihat kembali memasang muka memelas dan mengiba pada Istrinya itu agar supaya bersedia untuk dia sentuh. Sementara itu meskipun tidak dijelaskan namun sepertinya Ratu Danuardara sudah bisa memahami dengan apa yang jadi keinginan dari suaminya itu."Sudahlah Kanda Prabu, sudah habis masanya kita melakukan hubungan layaknya suami istri, bukankah kemaren malam kita baru saja melakukanya?" tanya Ratu Danuardara dalam mimpi Prabu Jayantaka berlanjut."Tolong Dinda Danuardara ... penuhi permintaan suamimu ini," jawab Prabu Jayant
Baca selengkapnya
Diminta berubah berubah
"Terus rencana pembunuhan terhadap Gusti Prabu untuk kali ini masih belum berhasil, karena memang yang melakukan hanya seorang Selir yang ruang geraknya sangat terbatas," ujar Dipasena yang tiba-tiba langsung dipotong oleh Pangeran Cayapata dengan sebuah pertanyaan."Terus kalau bukan para Selir memangnya mau siapa Paman ...?" lanjut tanya Pangeran Cayapata."Lha inilah pertanyaan inti yang aku tunggu-tunggu ... jadi gini Nanda Pangeran, menurutku ... orang yang paling tepat untuk memasukkan racun itu tidak lain adalah Nanda Pangeran sendiri, dan inilah jawabannya kenapa kok mulai saat ini Nanda Pangeran harus bisa bersikap baik dan sopan kepada Gusti Prabu Jayantaka? Dan selain itu Nanda Pangeran juga harus terus berusaha untuk lebih bisa akrab lagi dengan beliau, karena dengan begitu ketika nanti Nanda Pangeran masuk ke ruang makannya sudah tidak ada lagi orang yang curiga termasuk Gusti Prabu sendiri," ujar Dipasena menyudahi penjelasannya.Sesaat setelah men
Baca selengkapnya
Bertarungnya pendekar asing
Salam ... rampes ... uhuk, uhuk, uhuk!" balas sang Pangeran sambil terbatuk-batuk, dan sontak saja makanan yang masih ada di dalam mulutnya pun akhirnya berhamburan keluar, lalu betapa kagetnya Pangeran Cayapata begitu dia mendongakkan kepala tiba-tiba dihadapannya sudah berdiri sosok Ayahandanya bersama dengan perempuan yang sangat dia kagumi."Oh, kamu lagi makan to? Ya sudah lanjutkan dulu," ujar Prabu Jayantaka sambil kembali melanjutkan langkahnya menuju ke ruangan lain.Pangeran Cayapata tidak menjawab pertanyaan tersebut, dia nampak hanya menyeka mulutnya yang masih belepotan dengan sisa-sisa makanan.Sementara itu Ratu Manika terlihat berjalan dengan menggandeng tangan suaminya itu. Melihat itu jantung Pangeran Cayapata pun langsung berdegup dengan keras, jujur itu adalah sebuah pemandangan yang sangat tidak dia sukai, melihat wanita yang sangat dia idam-idamkan berjalan beriringan dengan Ayahandanya, dan Ratu Manika sendiri sepertinya juga sengaja meman
Baca selengkapnya
Tewasnya Pendekar Hindustan
Tangan kanan Tiong Seng tepat memegang bagian tengah tongkat saktinya itu dan kemudian dengan melakukan gerakan salto Tiong Seng pun langsung menjatuhkan tubuhnya dengan posisi dua kaki sedikit menyilang dan ditekuk layaknya orang sedang melakukan jongkok. "Haep jiak ...!" seru Tiong Seng sambil mendaratkan kakinya ke tanah. Dan tidak lama kemudian dua ular jadi-jadian milik dua pendekar dari Hindustan itu mulai menyerang Tiong Seng dengan menyemburkan bisanya. Wuss ... wuss ...!  Bisa ular jadi-jadian itu ternyata berupa percikan-percikan api, lalu dengan gerakan yang tidak kalah cepat sebelum sampai semburan bisa api itu menyambar tubuhnya, Tiong Seng pun langsung melompat sambil mengacungkan tongkat saktinya itu ke depan. "Hiiiat ... jiak ...!"  Teriak Tiong Seng dengan suara yang sangat keras. Dan tidak kalah aneh, sama halnya dengan ular jadi-jadian milik dua pendekar dari Hindustan tadi, tiba-tiba tongkat milik Tiong Seng pun m
Baca selengkapnya
Bisa masuk Goa
Dengan terbunuhnya dua pendekar dari negeri Hindustan itu, kini para peserta sayembara mencari mayat sakti tinggal menyisakan Tiong Seng, dua pendekar dari tanah Arab dan satu pendekar asli dari pribumi yaitu Ranggawuni. Dan untuk sekedar diketahui bahwa sebenarnya sebelum terjadinya pertarungan antara Tiong Seng melawan si Tompel dan Jenggot kelabang dari Hindustan tadi sesungguhnya juga sudah terjadi pertikaian antara tiga kubu Pendekar yakni kubu Tiong Seng Pendekar dari daratan China, lalu kubu dua Pendekar dari bumi Hindustan yaitu mendiang si Tompel dan Jenggot kelabang dan yang terakhir adalah kubunya dua Pendekar dari tanah Arab yang mendapatkan julukan si Abud dan si Badui.Dalam pertikaian itu nampak si Abud dan si Badui berhasil mempecundangi si Tompel, Jenggot kelabang dan Tiong Seng. Lalu sebelum meninggalkan mereka bertiga ternyata si Abud dan si Badui telah membuat sebuah kesepakatan yang mirip seperti sebuah sayembara juga, yaitu bagi siapa yang berhasil kelua
Baca selengkapnya
Pendekar berjubah vs Siluman harimau
"Astaga! Apa ini?" ujar Badui sambil menggeser posisi duduknya mundur ke belakang, dan karena saking terkejutnya tidak sengaja Badui itu mendorong tubuh Abud yang memang berada di belakangnya."Aduh!" teriak Abud kesaktian, karena secara tidak sengaja kaki kanannya Badui menginjak telapak tangannya si Abud.Sebagai Pendekar yang memang memiliki ilmu kesaktian yang cukup tinggi nampak Abud dan Badui langsung segera tanggap kalau ternyata di dalam Goa itu ada makhluk lain selain dirinya. Lalu kemudian Badui mencolek lengan sahabatnya itu sebagai isyarat untuk memberi tahu. Lalu dengan bersamaan dua Pendekar berjubah hitam itu langsung mendongakkan kepalanya, dan betapa terkejutnya Abud dan Badui disaat mereka mendongakkan kepalanya itu tiba-tiba dua mata mereka langsung melihat dua sorot mata yang berwarna merah menyala, dan rasa terkejutnya itu semakin lengkap manakala makhluk yang memiliki sorot mata merah itu mengeluarkan suara Auman yang sangat keras dan menggetarkan
Baca selengkapnya
Tewasnya Abud dan Badui
Namun nampaknya naas bagi Abud dan Badui, sebelum benar-benar tubuhnya dilepaskan oleh dua Pendekar yang telah mempermainkannya tiba-tiba siluman harimau putih yang baru saja mendapatkan suplai tenaga dari Eyang Reksa Jagat nampak menarik kaki depannya, lalu dengan gerakan yang sangat super cepat kilat tiba-tiba kuku-kuku tajam sang siluman meraih jubah milik Abud dan Badui dan kemudian digulung-gulungnya tubuh dua lawannya itu dengan jubah mereka masing-masing yang memang memiliki ukuran lebar yang sangat super, dan selanjutnya setelah benar-benar dua lawannya itu sudah tidak berkutik lagi akhirnya siluman harimau putih itu langsung melemparkan tubuh Abud dan Badui ke bawah.Whuss ... "Ooah ...!"Whuss ... "Ooah ...!"Teriak Abud dan Badui bersamaan dengan tubuhnya yang terpelanting meluncur ke bawah.Bruaks ... "Ooaah ...!"Bruaks ... "Ooaah ...!"Kembali dua Pendekar berjubah hitam itu berteriak kesaktian, lalu tubuh dua Pendekar berjubah
Baca selengkapnya
Tewasnya Siluman Harimau
Sementara itu begitu melihat siluman harimau itu berhasil menewaskan Abud, nampak Tiong Seng yang sejak tadi terus mengawasi jalannya pertarungan itu, nampaknya juga tidak ingin kehilangan saat yang sudah sangat dia tunggu-tunggu, dan selagi siluman harimau putih itu masih merayakan kemenangannya dengan cara meraung-raung dan mendongakkan kepalanya, tiba-tiba Tiong Seng mengambil sepuluh jarum sekaligus.Kemudian dengan keahlian khusus yang dia miliki Tiong Seng langsung melemparkan jarum-jarum beracun itu ke arah siluman harimau."Hep, hiak!" seru Tiong Seng dengan suara lirih karena memang agak dia tahan.Whuss ...! Cep, cep, cep!"Seluruh jarum beracun itu berterbangan dengan sangat cepat, melesat menembus dibeberapa bagian tubuh sang siluman, dua tepat mengenai di bagian mata, sedangkan sisanya menembus di bagian leher dan dada.Siluman harimau yang sedari tadi meraung-raung dengan suara garangnya itu, seketika langsung terdiam dan tidak terden
Baca selengkapnya
Tidak mudah masuk Goa
Tiong Seng rupanya masih ragu untuk masuk ke dalam Goa malam itu, dia khawatir dengan suasana dalam Goa yang terlihat pekat, "jangan-jangan nanti ada hewan buas lain atau ada hewan melata yang tinggal di dalamnya," begitulah kira-kira isi keraguan dari diri Tiong Seng.Sementara itu diluar nampak suasana terlihat makin gelap, itu dikarenakan langit yang semula cerah kini telah tertutup awan yang mulai datang bergulung-gulung, dan memang sepertinya tidak lama lagi hujan akan segera turun, ditambah lagi kabut pegunungan juga terlihat begitu tebal menyelimuti seluruh wilayah itu, sehingga makin memperkuat suasana angker di Pegunungan Argapura.Lalu setelah tidak menemukan orang yang telah membunuh Siluman harimau putih itu, akhirnya Biswara pun menyudahi ilmu Ngrogo Sukmo nya tersebut, dengan gerakan yang sangat cepat Sukma Biswara bergerak kembali menuju ke tubuhnya, dan begitu Sukma Biswara telah kembali menyatu dengan jasadnya hujan pun turun dengan sangat deras, bahka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
26
DMCA.com Protection Status