All Chapters of Grow Up Love: Chapter 11 - Chapter 20
32 Chapters
Class Meeting
Class meeting. Ujian akhir semester sudah selesai. Aku masih harus mengulang Matematika dan Fisika. Di tengah pekan remedial, class meeting tetap berlangsung. Karena jam masuk sekolah lebih leluasa selama class meeting, aku baru tiba ke sekolah jam 8.30 pagi. Sebenarnya, hari itu tidak ada jadwal remedial ataupun aktiviras berarti, kecuali melihat pertandingan basket Kelas 10 (2) melawan Kelas 10 (3). "Tolong bawain ke kelas," Ad memberikan tasnya padaku setelah mengeluarkan t-shirt dan celana basket. Dia berlari menuju lapangan basket mengikuti pemanasan dengan pemain lainnya. "Hisshh," aku tetap membawakan tasnya, walau agak kesal. Di depan Kelas 10 (2), Ralina dan teman-teman sekelas duduk berkerumun. Ada yang main sambung lagu dari kata terakhir pada lirik yang dinyanyikan. Ada yang lagi jual beli cemilan dari kelas sebelah. Ada juga yang berkeliaran kejar kejaran entah karena apa. Di dalem kelas, mereka yang asik main uno duduk melingkar di pojokan. Dua orang tampak serius c
Read more
Pulang Bareng
Hari terakhir class meeting. Besok pembagian rapor. Aku di kantin menyantap mie goreng dengan es teh manis. "Ad gimana? Udah ada perubahan?" Tanya Ralina. "Luka-lukanya udah sembuh. Jalannya juga udah lebih lancar, tapi statusnya masih sama. Jadi tahanan rumah," jawabku. Karena insiden di hari itu, Bapak Ad dihubungi oleh pihak sekolah. Alhasil ketika tau, Ad tidak boleh ke sekolah selama class meeting. "Tapi hari ini jadi kan daftar ke tempat les?"  Tanya Ralina kembali. "Iya. Jadi. Temenin yah." Naik kelas 11, aku memutuskan untuk ikut les. Ralina sudah lebih dulu daftar dari semester lalu. Setelah mendapat surat pemberitahuan masuk jurusan IPA, aku sadar kemampuan Matematika, Fisika, dan Kimiaku masih kurang. Sampai di sana, aku bertemu bagian administrasi dan pendaftaran. Selesai isi folmulir dan menyelesaikan pembiayaannya, salah satu tutor mengajak tour kelas dan fasilitas lainnya yang ada di
Read more
Jalan Sore
Aku ketiduran. Terbangun karena ibu masuk ke kamar dan bilang ada Ad di teras.Benar. Dia datang."Bangun tidur?""Ya.., kenapa sih?""Nih! Series Lupus yang baru. Mau nggak?""Mauuuu. Makasih."Aku menguap hingga dua kali."Muka lo kenapa kusut gitu?" Seperti ada hal yang mengusik Ad. Walau mataku masih mengantuk, tapi terlihat jelas dari tatapannya."Muka lo juga kusut. Eh, beler sih lebih tepatnya," ledek Ad dengan senyum yang dipaksakan.Sore hari yang sejuk untuk bersantai-santai. Cuaca panas berubah jadi berawan. Ad mengajakku jalan sore di sekitar kompleks. Kami berkeliling satu putaran dan berhenti di taman sebelah lapangan badminton. Di sana, ada dua adiknya Ad sedang bermain. Si kembar cewek dan cowok. Usianya masih 9 tahun."Temenin gue jagain bocah-bocah," pinta Ad."Tumben jam segini mereka nggak ngaji?""Pak Ustadz lagi ada perlu. Nggak ngajar hari in
Read more
Nobar
Ini kali pertama aku nonton ke bioskop hanya berdua saja dengan laki-laki. Banyak yang terlintas dibenakku. Terlebih perginya dengan Ad. Aku masih menerka-nerka maksud dari ajakannya di akhir pekan ini.Di dalam kamar, sudah tiga set pakaian yang aku kenakan, hingga akhirnya kembali pada pilihan pertama. Aku selesai bersiap memakai celana denim, atasan biru muda dengan motif renda mengelilingi bagian bawah baju, sling bag kecil, flat shoes, dan rambut yang diikat setengah ke bagian belakang.Memasuki gedung bioskop, banyak juga pasangan muda mudi di dalamnya. Ad ikut mengantri untuk membeli tiket. Dua tiket film didapat."Masih setengah jam lagi. Mau tunggu di mana?" tanya Ad.Sesekali aku melihat lagi penampilan hari itu. Ad terlihat lebih tinggi dengan kemeja flannel kotak-kotak berwarna navi, inner t-shirt warna abu tua, celana denim hitam, dan sepatu converse. Outfit yang kami kenakan membuatku canggung. Mungkin ada yang mengira, kami seng
Read more
Kata Hati
Tahun ajarkan baru. Semester Baru. Kenaikan kelas.Di Kelas 11 IPA 2, aku masih sekelas dengan Ralina dan Tian, tapi tidak dengan Ad. Ad masuk Kelas 11 IPA 1. Kelasnya tepat berada di sebelah kelasku.Ad sering menemuiku saat jam pelajaran sekolah usai, atau kami makan bersama di kantin dengan Ralina dan Tian juga.Bersama-sama bukan lagi rutinitas tapi kebutuhan. Bertemu Ad. Bertemu teman-temanku. Waktu terbagi dan dibagi. Bersama mereka bukan hanya melalui hari tapi membentuk kisah yang kelak dapat diceritakan kembali.Perhatian timbul tidak terumbar. Terkadang tersembunyi dan baru diketahui setelah lama.Di ruangan kelas, Ralina membantu bereskan makalah biologi sebelum dibawa ke ruang guru. Belum selesai membereskan, ku lihat Ralina meringis sakit."Kenapa Lin?"Telunjuknya tergores kertas. Ke luar darah dari luka goresan."Bentar. Gue ada perekat luka." Aku lantas kembali ke meja, me
Read more
Tukang Bubur
Minggu. Olahraga pagi.Waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Aku memeluk diri sendiri di tengah udara yang masih dingin. Langkah kaki semakin berat. Tidak kuat lagi melanjutkan lari."Ad. Pelan-pelan dong. Kaki gue sakit nih," keluhku coba mengejarnya ketika jogging.Ad berlari mundur ke arahku."Baru satu putaran Ay. Ayo! Masa udah lihat tampang gue pagi ini masih lesu. Gue aja semangat banget," Ad pamer."Ga ada hubungannya. Berhenti-henti! Istirahat dulu," Gerutuku mencari apa saja buat duduk dan meluruskan kaki. Aku duduk di sebuah batu besar.Ad masih melanjutkan olahraga paginya di hadapanku. Kakinya tetap berlari tapi di tempat."Berhenti dulu deh! Pusing gue lihatnya," kataku sambil menarik tangannya untuk ikut duduk."Bilang aja..mau duduk berduaan. Boleh kok," Ad tersenyum lebar."Ihhh apaan sih. Yaudah sana-sana!" Tingkahnya malah buat aku grogi.Ad mala
Read more
Malam
Sudah lama tidak merasakan pagi sesejuk ini. Tidak bosan menghirup udara dalam. Pergilah toxic! Kedua daun jendela terbuka lebar. Sejak pagi sudah mulai beraktivitas. Teh yang dibuat mulai dingin. Sisa pisang goreng tinggal dua potong saja di piring. Dari luar saut-sautan suara burung berkicau. Dalam benakku, seperti ikut berbincang. Bicara tentang awal hari.Di ruang tamu bertumpuk kotak-kotak kerdus. Ada yang sudah direkatkan dengan solatip, ada yang masih terbuka, atau kosong.Aku menumpuk piring-piring yang sudah dilapisi koran oleh Ralina. Nabilah tidak jauh dariku melipat baju-baju, memisahkan yang tidak terpakai dan masih. Buku-buku bertumpuk belum masuk kotak. Pajangan dan foto-foto juga. Di dapur, panci, penggorengan, dan perkakas lainnya menunggu packing.Kemarin sore, aku dan Ralina sampai di rumah Nabilah. Kami mau bantu packing barang-barang untuk pindahan. Di rumah hanya ada Nabilah dan Ibunya. Kakak ipar dan keponakan Nabilah siang akan d
Read more
Perayaan
Februari, Tahun 2009.Pagi sekali.Mungkin baru lima belas menit aku tertidur, lalu ibu membangunkan. Mata yang mengantuk, rambut yang masih berantakan lengkap dengan t-shirt belel dan celana training panjang, aku ke luar kamar dengan langkah yang gontai. Aku coba menatap jelas apa yang ada di hadapan. Hanya ada kabut dan cahaya fajar yang belum penuh. Berdiri sejenak. Menutup mata lalu melihat kembali. Tidak ada apa-apa. Kenapa ibu bangunin suruh ke luar sepagi ini? padahal ini hari libur.Cuacanya masih dingin. Aku ingin kembali ke dalam selimut jika bukan karena melihat sepeda yang ku kenal milik siapa terparkir di pekarangan samping rumah. Warnanya hitam. Aku melihat lagi ke sekeliling tapi tidak nampak pemiliknya.Ada sepucuk surat direkatkan di depan sepeda. Aku buka kertas putih polos itu dan membaca isi yang tertulis.Hi sahabat!Segala kebaikan aku doakan untukmu.Terimakasih sudah hadir di masa lalu dan sekarang.Hi ca
Read more
Tahun Baru
Desember. Akhir Tahun 2009.Setengah tahun terakhir di masa SMA. Bintang-bintang nampak jauh sekali. Di angkasa raya. Begitu banyak. Indah. Begitu sulit juga diraih.Malam belum larut. Api unggun di depan kami sudah dinyalakan. Bau jagung bakar. Di area perkemahan terbuka, beberapa tenda didirikan. Namun, tenda yang kami bawa hanya dua.Petikan gitar terdengar. Satu persatu lagu dimainkan. Raut antusias mengikuti bait lagu. Bahu mengikuti irama ke kiri dan kanan. Seakan jagung bakar ditangan berubah jadi mic. Kami melepas kekhawatiran untuk ujian yang semakin dekat dan penat setelah mengikuti beberapa kali try out.Aku duduk berjajar dengan Ralina dan Nabilah ikut bersenandung. Ad bernyanyi di sebelah Tian yang bermain gitar. Banyak muda mudi lainnya di sekitar. Kemungkinan yang paling banyak adalah mahasiswa dan pemuda karang taruna. Masing-masing kelompok hanyut dalam suasana. Malam yang cerah. Gemintang di langit. Masa muda
Read more
Perubahan
Market, Tahun 2010.Kali ke tiga aku mengikuti Ujian Nasional sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, tidak sama sekali mengurangi tekanan dan beban yang dirasakan, justru bertambah. Penentuan dari lamanya kami bersekolah setiap hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, dan tahun demi tahun dengan beberapa hari ujian menggunakan standarisasi nilai secara nasional.Hari terakhir ujian. Sesaat bawa angin sejuk. Sesaat bawa kelegaan. Namun sesaat saja, karena masih ada penantian hasil kelulusan. Ke luar ruang ujian, begitu saja haru tertuang dalam pelukan dan rangkulan teman. Satu langkah besar telah dilakukan di masa itu.Teringat malam, pagi, dan setiap waktu yang kami curahkan untuk persiapan perang dengan kertas-ketas ujian, hingga peperangan itu usai kami lalui. Setelahnya, kami akan melakukan persiapan baru dan melanjutkan perjuangan.Aku memeluk Ralina, "Ujian udah selesai Lin, kita berdoa yang terbaik yah.""Iya Ay. Lulus. Kita
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status