Semua Bab Sang Penakluk: Bab 61 - Bab 70
217 Bab
Aku Juga Ingin Bahagia
Laporan akhir bulan dari pusat perbelanjaan Siwi dan Alden menunjukkan profit yang meningkat sebesar 12% dibandingkan bulan sebelumnya.“Sudah jalan dua tahun tapi perkembangannya terus naik,” decak Shana kagum.“Berkat kamu, Shan. Semua berjalan dengan baik dan lancar,” timpal Siwi. Shana tersenyum getir.Seandainya saja kehidupan cinta juga semulus karirnya, Shana tidak akan merana seperti saat ini. Keenan tampak makin terpuruk dan tenggelam dalam kesibukannya.Entah kenapa, Shana tidak ingin mengusik lagi kehidupan Keenan juga Alden. Rasa malu yang sempat ia tanggung karena Keenan kelepasan bicara telah hilang dan tidak lagi menjadi ganjalan.Tapi hubungannya dengan Alden masih belum membaik dan Keenan mendadak menjauh darinya.“Wi, aku cabut dulu ya?” pamit Shana kemudian.“Eh, tunggu!” tahan Siwi buru-buru memalingkan wajahnya. Shana urung beranjak.“Ada apa?”
Baca selengkapnya
Jodoh Untuk Cintaku
Siwi berdecak jengkel karena hujan terus mengguyur Salatiga sejak tadi malam.“Bukan cuman Bogor kota hujan, Salatiga juga wajib disebut kota yang lebih parah hujannya!” gerutu Siwi. Shana menoleh dan menggelengkan kepala.“Emang kamu mau kemana?” tanya Shana.“Mau ketemuan sama pembatik di desa Beringin. Tapi hujan gini gagal, deh,” jawab Siwi. “Padahal mereka itu produsen potensial banget,” keluh Siwi.Shana tidak menanggapi karena sibuk mengetik pesan.“Kamu mau kemana?” tanya Siwi penasaran.“Ada pesta ulang tahun temen di Semarang. Keenan ngajak barengan,” jawab Shana dan meletakkan ponsel serta mulai membereskan laptop dan memasukkan ke dalam tas.“Ok. Aku tetep dateng deh ntar sorean,” balas Siwi membayangkan akan sendirian hingga malam nanti. Shana menawarkan untuk ikut, tapi Siwi bukan penikmat pesta dan hingar bingar seperti dirinya dan Keena
Baca selengkapnya
Ketika Hati Bicara
Widari bangkit dari kursi goyangnya dan memutar CD player untuk mendengarkan lagu keroncong kesukaannya.Sejak hubungannya memburuk dengan putra keduanya, Seto, Widari tidak lagi mendapat perlakuan istimewa seperti mendengar orkestra keroncong langsung dari penyanyi favoritnya.Sandi dan Bagus juga tidak terlalu banyak bisa ia harapkan. Sandi, putra sulungnya, selalu mengeluh dan merengek meminta kucuran untuk dana usaha yang tidak pernah jelas.Wanita tua itu sadar bahwa semua uang yang Sandi minta hanya untuk mendanai biaya hidupnya yang terlalu mahal. Terutama perawatan Mirna, menantunya, istri Sandi.Belum lagi Bagus, putra bungsunya, yang selalu meminta hak warisan. Widari merasa semua usaha yang ia kerjakan demi keberhasilan anak-anaknya telah gagal.Hanya Seto saja yang terlihat paling stabil dan mandiri. Kenyataannya, Widari yang berniat menyatukan ketiga anaknya untuk selalu membantu, harus berakhir dengan ketergantungan Sandi dan Bagus pa
Baca selengkapnya
Semua Ada Waktunya
Penerbangan ke Jakarta paling pagi membawa Keenan dan Shana kembali ke Jakarta keesokan harinya. Siwi terbang dari Yogyakarta dan tiba lebih dulu malam sebelumnya.Mereka bergegas ke rumah sakit dan menemui Vero yang terlihat kuyu dan tidak bersemangat. Kecantikannya terlihat tidak memudar, hanya cahaya wajahnya mulai meredup. Vero kehilangan pegangan untuk tetap bertahan dan tegar.“Dokter masih mengobservasi kondisi jantung papa, sementara ini kita dilarang mengunjungi dan hanya bisa menunggu kabar terbaru dari mereka,” terang Vero dengan wajah gusar.Keenan meraih bahu ibunya dan membiarkan Vero menangis melepas semua sesak yang menghimpitnya. Shana menarik Siwi dan juga memeluk sahabatnya untuk menguatkan. Keempatnya tampak saling memberi dukungan satu sama lain untuk bertahan.Pagi itu mereka menahan diri untuk tidak menjadi lepas kendali dalam penantian yang tidak pasti.***Alden baru saja selesai lari pagi ketika ibunya b
Baca selengkapnya
Sumpah Mati, Aku mencintaimu, Shana!
Indira sudah mulai terlelap ketika Alden pulang dari rumah sakit. Pintu terhubung dengan kamar orang tuanya terbuka dan Alden menyusup di sebelah Indira yang tidur dengan ekspresi lucu. Alden menyukai wajah Indira saat lelap. Begitu tenang dan tanpa beban.“Al …,” protes Indira ketika tangan Alden menyentil hidung lancip Indira.Tunangannya berbalik memunggungi. Alden gemas dan merengkuh pinggang Indira dan mendekap tubuh mungilnya.Bibir Alden sontak menelusuri pundak telanjang dan kulit halus Indira yang berbau harum mint. Sentuhan yang ia lakukan, membuatnya terangsang.“Jangan mulai! Belum waktunya!” ancam Indira begitu napas Alden mulai menderu.“Kita kan mau tunangan, Ndi. Terus setelah itu sebulan kemudian nikah. Mau tunggu kelamaan nih,” keluh Alden tidak sabar. Indira mencubit lengan Alden dan mendorong tubuhnya.“No!” tolak Indira dengan tegas. Alden mengalah dan tersenyum akhi
Baca selengkapnya
Habis Gelap, Terbitlah Pagi
Keenan ingin menyimpan berita baik hubungannya dengan Shana setelah ayahnya sembuh dan bisa berkomunikasi kembali. Tapi rupanya ia sendiri tidak bisa menahan diri untuk memperlihatkan perhatian juga di depan keluarga besarnya.Ketika tanpa sadar tangannya mengelap dengan tisu ujung bibir Shana, ibunya berdehem dan mengerling penuh arti. Shan sempat kikuk dan salah tingkah.Untung ada Siwi yang segera mengalihkan perhatian dan mengajak ibunya segera berlalu dari kafetaria rumah sakit tempat mereka sarapan pagi.“Mama nggak salah liat kan, Wi?” tanya Vero dengan langkah cepat mengikuti ayunan langkah Siwi yang panjang. Putri sulungnya menyilangkan telunjuk di bibir.“Beri Keenan waktu untuk siap memberitahu kita, Ma. Inget ya? Keenan udah dua puluh enam tahun. Sudah waktunya untuk berkeluarga,” cetus Siwi dengan serius.“Iya sih, tapi ….” Vero menggantung ucapannya. Siwi mendadak menghentikan langkah dan ber
Baca selengkapnya
Cerita Klasik Untuk Masa Depan
Setelah seminggu di Jakarta, Alden dan keluarganya kembali ke Bali. Indira sangat penat dan lelah. Sehari setelah kepulangannya, ia jatuh sakit. Badannya demam dan kepalanya berputar seperti vertigo. Lila membuatkan sup dan bubur hangat, namun Indira tidak bisa makan dengan baik.Menik mengunjunginya dan meminta Indira untuk menginap di rumah supaya ia bisa merawatnya. Dengan hati segan, Indira akhirnya mengiyakan. Alden memberikan kamarnya dan merelakan diri untuk tidur di kamar Renzo.Setiap saat ia menengok Indira di kamar. Sesekali tangannya memeriksa kening Indira yang masih hangat. Menik juga tampak khawatir dan mendatangkan dokter hingga dua kali.“Kamu belum menyentuh Indira kan, Al?” tanya Menik curiga. Mata Alden terbeliak.“Astaga, Mama! Kejam banget nuduhnya. Belom, Ma. Masih perawan tingting!” elak Alden dengan gugup. Menik menarik napas lega.“Syukurlah. Soalnya banyak jaman sekarang pasangan belum resmi
Baca selengkapnya
Menuju Altar
Tangan Indira berkeringat dan hatinya berdebar. Inilah hari yang ia nantikan seumur hidupnya. Ia akan mengakhiri masa sendirinya dan menikah lelaki pilihan yang telah melewati seleksi yang tidak sebentar. Seto dan Vero akan menjadi walinya dalam pernikahan hari ini. Tidak lupa ia juga mengundang Narti, wanita yang begitu setia menemani hari-harinya dulu. Narti mengusap air mata haru berulang kali ketika melihat betapa Indira sudah mencapai keberhasilan dalam hidup.Tamu undangan dari berbagai kalangan hadir dan memenuhi kursi mewah yang menempati taman sebuah hotel bintang lima.Pejabat negara dan bahkan presiden RI juga turut menghadiri pernikahan mereka. Indira baru menyadari bahwa keluarga Alden memiliki posisi dan koneksi penting di Indonesia. Para artis papan atas juga datang memenuhi undangan.Pernikahan mereka akan dliliput oleh televisi nasional dan masuk dalam berita. Indira tidak menyangka akan sebesar ini! Ia menyerahkan semua pada ibu mertua dan
Baca selengkapnya
Malam Pertama Sensasional
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Indira baru saja selesai membersihkan semua make up dan mandi. Tubuhnya cukup penat, tapi hatinya begitu lega dan bahagia. Kamar hotel yang menjadi tempat beristirahat malam itu didesain begitu cantik dan romantis. Taburan petal bunga mawar tersebar di karpet dan tempat tidur. Bath up tempat ia mandi tadi juga dihiasi bunga mawar putih bercampur merah. Indira menyisir rambutnya yang basah. Ia memandang pantulan diri di kaca. Baju tidur lingerie seksi yang Menik belikan untuknya, membalut tubuh Indira dengan sempurna. Lekuk tubuhnya terlihat menawan. Indira tersipu sendiri. Alden masih menjumpai teman-teman sekolahnya dan mungkin sebentar lagi menyusul. Indira rebah di kasur dan menyibukkan diri membalas pesan dari teman-teman yang memberi selamat padanya. Pintu kamarnya terbuka dan Alden muncul dengan menenteng jas putihnya. Lengan kemejanya sudah tergulung hingga ke lengan. “Hai …!” s
Baca selengkapnya
Keliaran Dalam Pernikahan
Mereka sengaja tidak mengambil waktu khusus untuk berbulan madu. Setelah semua acara pernikahan, termasuk dengan adat Bali, selesai, mereka harus menyiapkan rumah untuk ditempati ke depannya. Walaupun dibantu oleh teman dan keluarga, tapi Indira ingin turut terlibat. Sebuah villa kecil di pinggir jalan dekat pantai menjadi pilihan mereka. Renzo sibuk menyiapkan pindahan semua mainannya. Balita itu asyik menata dengan rapi. Indira melukis sendiri kamar Renzo dengan pesawat berwarna biru. “Syukurlah, akhirnya kelar!” pekik Indira dengan puas. Ini adalah hari terakhirnya berbenah. Alden muncul dari arah kolam renang dengan tubuh basah. “Renzo mana?” tanya Alden. “Dijemput Abby buat nemenin Tera main,” sahut Indira. Tera adalah putri Abby yang seumuran dengan Renzo. “Dah kelar semua kan?” tanya Alden. Indira mengangguk dengan ceria. Suaminya melenggang ke meja tempat mereka menatanya menjadi bar kecil yang wajib dim
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
22
DMCA.com Protection Status