Semua Bab (Gagal) CERAI?: Bab 51 - Bab 60
67 Bab
Pembalasan
“Dek, pulang, dong! Tidur di rumah aja sama Mas.”Telepon sudah aku abaikan, sudah aku letakkan di atas meja. Hanya kami dengarkan, tidak aku balas ucapannya. Namun, lama-lama Rio mulai geram. Akhirnya, aku memutuskan untuk menjawabnya.“Aku mau tidur di sini malam ini.”Setelah itu, aku tutup teleponnya. “Berisik banget!”Rio hanya tertawa menanggapinya. Kalau boleh jujur, aku ingin sekali menolak teleponnya tadi. Namun, Rio terus meminta untuk dijawab. Kalau tidak dijawab, mungkin tidak akan hilang mood-ku.Ketika menonton film, aku mulai tidak tenang. Seolah ada yang mengatakan kalau nanti Mas Bayu akan datang ke sini dan menjemputku. Hal itu karena aku memutuskan panggilan tiba-tiba.Bagaimanapun juga, itu hanyalah pikiranku saja. Mudah-mudahan nanti dia tidak datang ke sini. Mudah-mudahan ketika aku pulang besok, Mas Bayu sudah pergi dari rumah.“Pria yang ketemu saa lu waktu di
Baca selengkapnya
Mulai Menurun
Ketika mataku terbuka, satu-satunya orang yang langsung terlihat adalah Rio, adik yang paling menyebalkan. Rio sudah berdiri bersandar di daun pintu dengan tangan yang dia lipat. Matanya menatap jengkel ke arahku. Sesaat setelah aku menatapnya, bola matanya memutar.Tentu saja itu membuatku jengkel dan bertanya-tanya, ada apa dengan adikku yang hanya satu-satunya ini? Dengan gerakan cepat, aku bangkit dan merapikan tempat tidur. Setelah itu, aku menatapnya balik dengan tangan yang sama dilipat dengannya. “Ada apa, nih? Pagi-pagi udah kayak bapak kos yang siap nerkam anak kosnya?”Rio tidak menjawab ucapanku. Dia bersikap aneh pagi ini. Baru saja dia pergi meninggalkanku di kamar sendirian. Bukannya tenang, aku justru penasaran dengan sikapnya. Akhirnya, aku ikuti Rio sampai ke lantai dasar rumah.Dia berdiri di dekat sofa, kemudian duduk. Setelah itu, tangannya mengacak-acak wajah dan rambutnya.“Kenapa, sih? Lo pagi-pagi udah kayak pera
Baca selengkapnya
Permintaan Cerai
Setelah Mas Bayu berangkat ke kantor tadi pagi, aku tidak melakukan aktivitas apa pun selain tertidur di atas kasur. Bukan karena aku sedang malas, tetapi aku sedang ingin tiduran saja hari ini. Padahal, masih ada hal yang bisa aku lakukan, seperti mencuci baju, membereskan rumah, atau yang lainnya.Sudahlah, sekarang sudah jam satu siang. Aku harus bergerak, setidaknya ada satu hal yang rapi hari ini. Ketika melihat tumpukan pakaian yang menggunung, saat itu juga aku langsung malas menatapnya. Jadi, mungkin aku akan mencuci saja hari ini.Sambil mencuci, aku putar lagi klasik yang dapat mengiringi kegiatan. Seperti orang luar negeri yang sedang beraktivitas dengan musik yang mengaluni saja.Oh iya, aku harus membuat satu keputusan yang sangat berarti. Jika sampai tiga hari ke depan Mas Bayu tidak memberikan surat cerai, mungkin aku yang akan membuat surat gugatan cerai untuknya.Hasil melamun hari ini memutuskan kalau aku memang harus berpisah dengannya.
Baca selengkapnya
Percakapan yang Alot
“Dari mana kamu?”Baru sampai di rumah, aku langsung ditanya oleh Mas Bayu. Belum juga masuk ke dalam rumah, dia sudah menghentikanku saja.“Dari rumah temen,” jawabku.Mas Bayu menahan badanku agar tidak masuk terlebih dahulu. Dia menarik lenganku ke arah ruang keluarga. Kemudian, dia menyuruhku duduk di depannya. “Duduk!”Aku langsung mengikuti perintahnya. Apa yang terjadi pada Mas Bayu? Dia terlihat marah sekali sekarang.“Kamu dari mana, Cit?” tanya Mas Bayu sekali lagi.Aku menarik napas panjang. “Dari rumah temen. Aku udah jawab pertanyaan itu tadi, Mas.”Mas Bayu mendecih dan menaikkan satu sudut bibirnya. “Temen yang mana?”“Harus aku jawab temen yang mana, ya?” tantangku.Sepertinya Mas Bayu menduga kalau aku ke rumah Danu, pria yang dia lihat di acara itu. Wajahnya terlihat sangat marah. Aneh!“Kamu masih menjadi i
Baca selengkapnya
Hari Penentuan
Pagi ini sangat berbeda dengan pagi-pagi yang lain. Biasanya aku terbangun lebih awal dalam keadaan suami belum bangun, kali ini justru Mas Bayu yang bangun terlebih dahulu. Ketika mataku terbuka, dia sudah duduk di samping kasur sambil tersenyum. Sontak aku kaget, dan memberikan jarak agar berjauhan. “Selamat pagi, Sayang!” sapanya diiringi senyuman yang lebar. “Nyenyak banget tidurnya.” Harus aku akui, perjuangan Mas Bayu mendapatkan kata maaf dariku dan merubah kondisi hubungan kami memang luar biasa. Aku ralat, dia memang luar biasa untuk mendapatkan keinginannya. Dulu, ketika aku belum menyatakan cinta padanya, Mas Bayu selalu berusaha melakukan hal apa pun uang akhirnya membuatku jatuh cinta padanya. Jadi, mungkin sekarang dia akan berusaha sampai hubungan kami membaik. Namun bagiku, itu semua hanya sia-sia. Kertas yang sudah lecek tidak akan kembali mulus seperti awal. Lagi pula, sekarang sudah hari senin, hari yang aku tunggu.
Baca selengkapnya
Bertemu Luna
Aku memang tidak mengetahui garis takdir yang Tuhan berikan. Semua ini aku jalani hanya dengan tekad dan penuh keyakinan kalau semuanya akan berujung bahagia. Namun, kenyataannya tidak seperti keyakinanku.Garis pernikahan yang Tuhan berikan sepertinya akan kandas, akan berhenti sebentar lagi. Semuanya terhenti karena kehendak Tuhan yang memerintahkan Mas Bayu untuk selingkuh.Apakah aku marah? Biar aku tegaskan, siapa yang tidak marah jika suami sendiri selingkuh? Tidak akan ada seorang istri yang tidak marah jika hal itu terjadi.Apakah aku sedih? Biar aku jelaskan, hatiku bukanlah segumpal batu yang tidak merasakan apa-apa. Hatiku teriris melihat mereka yang bermesraan di luar sana sementara aku yang seorang istrinya tidak pernah dia perlakukan seperti itu. Aku sedih, sangat sedih. Jika aku bisa menuliskan skor kesedihan, mungkin nilainya akan tidak terhingga.Hari ini, aku tidak tahu apa yang Mas Bayu rencanakan, dia meminta agar memberinya satu kesem
Baca selengkapnya
Kehilangan Lagi
Aku tidak habis pikir dengan Luna. Seperti tidak ada habis-habisnya dia berbuat jahat kepadaku. Sampai aku bingung, memangnya ada salah apa sampai dia selalu memiliki niat jahat terhadapku?Mencuri Mas Bayu dari dia? Sebelumnya aku mohon maaf, dari awal Mas Bayu yang berusaha agar pernikahan kami berjalan. Dia yang memintaku untuk menerimanya. Jadi, itu bukan termasuk mencuri, kan?Lalu, apa salahku padanya?Sudahlah, hari ini tidak jadi menyenangkan karena perempuan bermulut ular yang bernama Luna. Tadinya aku ingin melepaskan beban pikiran dengan bekerja dan bertemu Aris dan Danu. Namun, setelah dia datang, mood-ku seketika hilang.Lihat saja tadi, mereka berdua yang sedang asyik mencatat seluruh perlengkapan yang dibutuhkan pada saat acara nanti. Sementara aku? Tidak usah ditanya, aku justru menikmati cokelat dingin yang Aris belikan di luar untuk menghilangkan suasana hatiku yang hancur.Kalau begitu, aku sudah menjadi karyawan yang me
Baca selengkapnya
Bersama Mama
Setelah bertemu Mama, aku langsung menuju rumahnya. Dia juga yang mengajakku untuk menginap di rumahnya.Di mobil, banyak topik yang kami bicarakan. Mulai dari bisnis toko roti yang Mama jalankan, juga perusahaan papa yang sedang berkembang pesat, ditambah permasalahan Loli yang sibuk memilih universitas.Saat itu, aku rasanya tidak ingin memikirkan apa-apa selain kebahagiaan bersama Mama. Namun, semakin kami bahagia, semakin muncul pikiran tentang aku yang akan berpisah dengannya.Apakah kami masih bisa berbincang seperti ini lagi nanti? Apakah Mama akan marah padaku karena memilih bercerai? Atau justru Mama tidak pernah mempermasalahkan kami?Sesampainya di depan rumah, kami disambut Loli yang berteriak dari dalam. Astaga, anak itu tidak mengubah sikapnya yang terlalu aktif. Bukan masalah, tetapi dia akan cepat lelah dan akan cepat sakit juga.“Aku habis buat kue kering baru,” katanya.“Kue apa, tuh? Enak apa biasa aja rasanya?” tanya Mama.
Baca selengkapnya
Empat Mata
“Obrolan kita nggak lagi rahasia sekarang.” Mama menunjuk pintu, ada bayangan di celah bawah pintu. “Buka pintunya sana!” Aku menuruti keinginan Mama untuk membuka pintu. Perlahan-lahan aku tarik pintu agar terbuka. Kemudian, terpampanglah tubuh pria yang sedang berdiri membelakangi pintu. Aku langsung menyeka air mata yang masih membekas. Lalu, aku buka pintu lebar-lebar dan mundur beberapa langkah. “Bayu?” Mama memanggilnya. Mas Bayu membalikkan badannya. Dia juga mengusap wajah dengan lengannya. Kemudian, dia menatapku lekat. Basah, bulu matanya basah. Aku bisa melihat jelas bulu mata dan alisnya yang basah. Apa Mas Bayu juga menangis? Apa dia mendengar semua ceritaku tadi? “Menguping itu nggak baik. Apa yang kamu lakukan di sana?” kata Mama. Mas Bayu tidak mengalihkan pandangannya dariku. Masih sama, dia menatapku seolah kami sudah lama tidak berjumpa. “Kamu udah pulang?” tanyaku dengan nada suara yang serak. “Kenap
Baca selengkapnya
Sebuah Berkas
Mungkin memang seharusnya aku tidak perlu percaya pada Mas Bayu. Aku tidak perlu mengatakan kalau aku masih mencintainya di depan Mama sampai dia mendengarnya.  Hal itu membuatnya semakin besar kepala. Dia bertindak kalau aku berada atas segala kuasanya. Kemudian, dia akan melempar aku lagi ke dalam jurang kesakitan. "Dek!"  Aku menoleh, Mas Bayu sedang berlari ke sini. Aku abaikan teriakan dia, aku alihkan tatapan ke jalanan yang sedang ramai.  "Kamu mau ke mana?" tanya Mas Bayu setelah sampai di halte. "Nggak usah macem-macem! Ayo aku anter!" Mas Bayu menggenggam pergelangan tanganku. Namun, aku berusaha melepaskannya. Tetap saja, tenaga dia lebih besar. "Lepasin aku, Mas!" pintaku sambil berusaha melepaskannya. "Nggak, aku mau kamu pulang sama aku! Jangan pulang sendirian!" kata Mas Bayu. Dia mulai menarik tanganku agar bisa dia bisa memeluk tubuhku. Dia usapkan tangannya agar aku tenang. Namun, yang t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status