All Chapters of Tentang Harga Diri: Chapter 81 - Chapter 90
1073 Chapters
82. Pertaruhan Profesi
Pasangan muda itu pun melangkah cepat menuju ruang tempat Elizabeth dirawat. Wanita tua itu sempat tenang sejenak, tapi kembali kejang. Dolores yang mencoba memberikan pertolongan pun semakin bingung.Mungkin jika ada seorang yang ahli pengobatan di ruangan ini akan berpikir yang dilakukan oleh Dokter Dolores adalah sebuah kekonyolan. Mereka pasti akan berpikir kalau dokter ini begitu gegabah dan bertindak ngawur. Konsentrasinya telah pecah oleh kegugupannya."Aduh, bagaimana ini. Buku panduan akupunturku pun tersimpan di mobil," batin dokter Ryan.Perempuan muda ini pun mencoba untuk menenangkan diri dengan menghela napas sambil memejamkan mata sejenak. Jemarinya mencoba untuk meraba-raba kulit Elizabeth.Brak!Pintu kamar pun dibuka dengan kasar. Kehadiran Nicko bersama Josephine oun memecah keheningan mereka.Seketika pandangan keluarga Windsor pun mengarah kepadanya."Datang juga kau rupan
Read more
83. Mengejarmu
Kepergian dokter Dolores Ryan menimbulkan tanda tanya bagi keluarga besar Windsor. Tak seorangpun mengira dokter terkenal itu mengundurkan diri secara tiba-tiba. Apalagi keputusan pengunduran dirinya disebabkan oleh seseorang yang tak pernah dianggap oleh keluarga itu.Meskipun yang dilakukan oleh seseorang yang tak dianggap itu dibenarkan oleh dokter Dolores, tapi tak seorangpun dari mereka yang peduli. Status sosial dan ekonomi sang menantu itulah yang membuat mereka enggan menganggap apalagi berterima kasih.Tanpa berpikir panjang, Nicko mengambil tas peralatan kedokteran milik dokter Dolores dan bergegas meninggalkan ruangan tanpa pamit. Apa yang dilakukan olehnya tentu menimbulkan kecuriagaan tersendiri pada sang istri."Nicko mau apa ya?" pikir Josephine kemudian ikut keluar ruangan dan mengejar suaminya. Entah apa yang dipikirkan olehnya, rasa cemburu ataukah penasaran.***Lelaki berjaket sport itu tampak seten
Read more
84. Salah Paham?
Pemuda tampan itu tetap bersikap tenang dengan kejutan yang ditemukannya saat membuka pintu. Sementara dokter Dolores melangkah mendekat ke punggungnya.Josephine, sang istri tercinta tengah berdiri mematung di sana. Memperhatikan suaminya yang berduaan dengan sang dokter di tempat yang sepi."Kau sudah lama di situ?" tanya Nicko sambil melangkah mendekat pada istrinya, tapi perempuan itu justru melirik ke arah Dolores."Ya, aku sudah lama di sini dan aku mengetahui apa yang kalian lakukan," jawab Josephine tegas dan membuat dokter Dolores merasa tidak enak."Maaf Nona Windsor, apa yang Anda lihat tak sesuai dengan apa yang Anda pikirkan, kami tak melakukan apa-apa," Dolores mencoba membela Nicko.Josephine mengetuk-ngetuk kakinya yang bersepatu tinggi, dengan tangan bersedekap ia melirik ke arah Dolores. Pandangannya cukup tajam, entah apa arti dari pandangannya, hanya ia sendiri yang tahu."Huh, jangan s
Read more
85. Renungan Edmund
Daisy menyambut pasangan muda ini dengan tidak bersahabat. Tatapan penuh amarah ditujukan pada menantunya."Kalian ini selalu bertingkah seperti layaknya pengantin baru saja. Setiap hari berjalan-jalan dan pulang larut," cibir Ibu mertua Nicko saat mereka baru saja memasuki rumah."Maaf, kami tadi menemani dokter Dolores Bu," jawab Josephine."Memangnya menemani dokter itu harus berdua. Kau saja kan sudah cukup? lihat, suamimu yang bodoh ini sampai lupa menyiapkan makan malam untuk kami," protes Daisy."Ibu tidak bertanya padamu!" balas Daisy ketus. Kemudian perempuan ini pun menatap ke arah menantunya."Jangan sombong mentang-mentang berhasil menyelamatkan Ibu, maka kau lalai akan tugasmu," tambah wanita berambut pirang ini dengan nada tinggi."Sudahlah Daisy, biarkan saja mereka istirahat. Lagipula kita berdua kan sudah makan karena kiriman dari keluarga Law tadi," kata Edmund."Huh memang b
Read more
86. Siapa Dia?
Josephine langsung membersihkan semua obrolan yang ada pada grup chat teman SMA nya. Sebenarnya ia masih ingin sekali bercengkrama dengan teman-temannya dulu. Terutama pada tim pemandu sorak yang juga ada dalam grup member.Namun pengakuan-pengakuan yang diucapkan oleh teman-temannya itu membuatnya sangat risih. Dalam hati ia ingin sekali bisa membanggakan sosok lelaki yang menikah dengannya, tapi apa yang bisa ia banggakan dari sosok Nicko selain kebaikan.Jo langsung meletakkan ponselnya dan menyunggingkan senyum dengan terpaksa begitu suaminya masuk ke dalam kamar. Melihat perangai yang tak biasa, sang suami pun mencoba untuk mencari tahu."Ada apa, Sayang?" tanya Nicko."Hmm tidak apa-apa, aku hanya memeriksa ponselku saja. Kau mengantuk?" tanyanya berusaha menyembunyikan sesuatu."Hmm tidak juga," balas Nicko kemudian melepas celana panjangnya, menyisakan boxer dan mengambil tempat di sisi Josephine.
Read more
87. Perangai Jo yang Tak Biasa
Nicko memperhatikan istrinya yang seolah kehilangan semangat. Sejak pagi perempuan yang menemaninya dua tahun belakangan ini lebih banyak berdiam diri."Kau ingin sesuatu?" tanya laki-laki bermata hazel sambil memegang kemudi. Namun perempuan di sampingnya hanya menggeleng pelan."Mungkin ice cream, atau ada tempat yang ingin kau tuju, biar aku mengantarmu ke sana," Laki-laki ini mencoba untuk menawari lagi. Berharap bisa menyenangkan hati istrinya."Sudah, aku mau pulang saja," jawab sang istri singkat dan membuat suaminya hanya bisa mengangkat bahu saja.Sang istri kembali menekuni ponselnya. Sibuk memperhatikan obrolan pada group chating sekolahnya dulu.Semua tampak antusias membicarakan reuni yang akan dibicarakan sebentar lagi."Hei aku sangat merindukan kalian," tulis salah seorang temannya."Aku juga," sahut yang lain."Bagaimana kabar kapten pemandu sorak kita, kudengar i
Read more
88. Ini Keinginanmu?
Tanpa sadar Josephine menutup mulutnya, saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang suami. Dalam hati ia berkata apakah ia telah salah dalam pengucapan. Namun jika tidak diungkapkan tentunya tak akan nyaman karena ganjalan di hati.Perempuan berambut pirang ini pun segera memperjelas maksud dari ucapannya. Takut kalau suaminya tersinggung."Bukan ... Bukan begitu maksudku. Maksudku mmm aku,—" jawab Josephine yang bingung bagaimana cara mengungkapkan perasaannya.Ia ingin sekali bisa membanggakan sang suami. Meski ia begitu mencintai Nicko, tapi kadang merasa lelah dengan semua hinaan yang ia terima.Ada sisi kewanitaannya yang ingin dimanja, ingin mendapatkan sentuhan kemewahan seperti kerabat dan temannya. Diam-diam ia ingat bagaimana kehidupan masa lajangnya yang gemerlap. Sebagai idola sekolah, tentu saja banyak laki-laki yang mencoba mencuri perhatiannya dengan banyak hadiah."Lalu apa yang sebenarnya kau ing
Read more
89. Memberi Ruang
Nicko mendapati Josephine dengan pakaian tidur yang minim saat dirinya selesai mencuci peralatan makan. Istrinya duduk di atas ranjang dan dengan menyilangkan kaki. Membiarkan gaun tidurnya sedikit tersingkap.Setelah apa yang terjadi barusan, ia pun mulai merasa bersalah. Terlebih saat makan malam tadi Nicko hanya diam tak berkata apapun.Jo sangat membenci suasana dingin seperti saat ini. Untuk itulah ia bermaksud menghangatkan malam dengan menggoda suamimya ke atas ranjang."Sepertinya ajakan untuk bercinta akan meluluhkan suamiku," pikir Jo.Laki-laki itu pun melangkah dan mendekat ke arah tempat tidur. Membuat wajah Jo terlihat sedikit cerah. Ia pun mulai menunjukkan senyum manis untuk sang suami.Nicko pun membalas tersenyum, kemudian mengambil bantal yang biasa ia pakai untuk tidur, dan bersiap membawanya keluar. Melihat hal ini, Josephine pun merasa kecewa dan langsung bertanya pada suaminya."Saya
Read more
90. Perang Dingin
Suasana pagi ini masih sama seperti kemarin. Pasangan muda ini masih bersikap dingin satu sama lain. Sikap yang tidak biasa mereka tampilkan, dan tentu saja ini membuat Ayah dan Ibu Josephine dapat menangkap kejanggalan yang ada pada diri mereka.Hal ini tentu saja dimanfaatkan oleh Daisy yang memang sangat membenci menantunya itu. Wanita ini pun mulai merencanakan sesuatu untuk purinya."Jo, kau pulang jam berapa hari ini?" tanya sang Ibu."Seperti biasa Bu, jam enam sore," kata Jo sambil membereskan tasnya. Sementara Nicko berdiri tak jauh dari mereka sambil mencuci piring. Diam-diam ia pun mendengarkan percakapan antara mertuanya dengan Istrinya. Laki-laki ini sudah menduga kalau sang mertua pasti merencanakan sesuatu."Apa kau tak bisa meninggalkan sebentar saja pekerjaanmu itu?" tanya Daisy."Tidak mungkin Bu. Aku di hotel Emerald menjabat General Manager dan masih baru di sana. Banyak standar operasional dan prod
Read more
91. Jo kena Batunya
Sebenarnya Jo malas sekali untuk menemui Ibu dan keluarga Brighton yang tengah menunggu di Lobby. Namun ia sudah terlanjur berjanji untuk menjamu mereka makan siang.Perempuan ini begitu kecewa akan reaksi suaminya pagi tadi. Bisa-bisanya Nicko tidak mencegahnya. Bahkan meski ia memancing sang suami namun laki-laki itu sama sekali bergeming.Bahkan saat mengantaranya bekerja pun sang suami tak membahas rencananya dengan sang Ibu. Laki-laki itu justru mendendangkan tembang lawas dari Rolling Stone ketimbang berbicara dengannya."Menyebalkan," dengusnya.Ponsel Jo kembali membunyikan notifikasi. Itu dari Ibunya Daisy, yang mengabarkan tentang kehadirannya. Sekali lagi, sang Ibu masih menyanjung Nate yang datang dengan hadiah untuknya. Dengan sedikit malas dan tak memeperbaiki penampilannya, Jo pun menuju ke bawah dan menemui tamunya.***Perempuan itu melangkah dengan malas-malasan menuju lobby. Kembal
Read more
PREV
1
...
7891011
...
108
DMCA.com Protection Status