Semua Bab Cinta CEO dalam Jebakan: Bab 201 - Bab 210
356 Bab
S2| 50. Meminta Izin
Setelah menelan ludah, Mia pun menjawab panggilan. Dengan kepala yang agak tertunduk, ia menyapa, “Selamat malam, Tuan.”“Halo, Mia. Apakah aku mengganggumu?”Mendengar nada dingin itu, leher sang gadis otomatis berubah lebih kaku. “Tidak, Tuan.”“Kudengar, kau ikut makan malam bersama Julian dan Katniss. Apakah itu benar?”Tiba-tiba saja, suasana mendadak sunyi. Mia kini dapat mendengar deru napasnya sendiri. “Benar, Tuan.”“Kebetulan sekali. Aku jadi memiliki mata-mata tambahan,” celetuk Herbert, mengundang ketegangan yang lebih besar untuk melahap sang sekretaris.“M-mata tambahan?”“Ya, kau tahu bahwa aku sering menyewa orang untuk mengintai siapa saja, bukan?”Dalam sekejap, udara di sekitar Mia bertambah berat. Gadis itu semakin kesulitan untuk menarik napas. Tangannya yang dingin telah terkepal di depan dada, sementara kakinya
Baca selengkapnya
S2| 51. Tak Pernah Bosan Melakukannya
“Max, jangan bilang kalau kalian sedang bersenang-senang. Kalian tidak mungkin tega mengabaikanku, bukan?” tanya sang CEO dengan alis terangkat maksimal.“Ya ...” desah sang adik sukses mengundang kekesalan Julian.“Kalian ini sungguh keterlaluan! Aku sedang membicarakan masalah serius, tapi kalian malah asyik bermain,” protes Julian sembari mengernyitkan dahi.“Hubungi kami lagi nanti,” ujar Max dengan suara patah-patah. Sedetik kemudian, sambungan telepon terputus.“Max? Gaby?” panggil Julian tak percaya.Setelah menyadari bahwa permintaannya memang diabaikan, pria itu sontak membanting kepala ke sandaran jok. “Teganya mereka melakukan ini kepadaku.”Sembari mengetuk-ngetuk jari pada kemudi, otak sang pria berpikir keras. “Bagaimana caraku mendapatkan Cayden? Apakah aku harus menculiknya?”Selang perenungan sejenak, ia pun memasukkan gigi dan menanca
Baca selengkapnya
S2| 52. Kebun Binatang
Dengan ringisan kecil, sang sekretaris mengangguk. “Apakah kami boleh mengajak Cayden ke kebun binatang? Kami berjanji akan mengurus Pangeran Kecil dengan baik.”Mendengar kata kebun binatang, sang bayi sontak menegakkan badan. Matanya yang bulat kini berbinar-binar menatap orang tuanya. “Ju ...?”“Benar! Zoo. Kita bisa melihat banyak hewan di sana,” jelas Julian dengan gerak tangan meyakinkan. “Kau pasti akan sangat senang jika pergi ke sana.”Tiba-tiba, Cayden mengangkat tangan setinggi-tingginya dan tertawa. “Ju ...!”Melihat antusiasme sang putra, Max dan Gabriella kompak bertatapan. Mereka sama-sama tahu bahwa tidak ada yang tega menghancurkan kebahagiaan Pangeran Kecil.Selang satu helaan napas cepat, sang wanita akhirnya berkata, “Jangan membiarkan Cayden lepas dari pengawasan kalian. Mengerti?”Mendapat persetujuan dari Gabriella, senyum lebar otomatis mencerahka
Baca selengkapnya
S2| 53. Keraguan
Merasa tak nyaman berada di dekat Katniss seorang diri, Julian akhirnya mengayunkan kaki mengikuti jejak sang kekasih. Namun, bukannya tersinggung, sang model malah turut melangkah, mengimbangi kecepatan pria yang diam-diam mendesah.“Saya dengar, Anda sedang menghindar dari Tuan Herbert. Apakah itu benar?” tanya Katniss dengan nada santai.Merasa diinterogasi, Julian pun melirik dari bawah kerut alis. “Apakah ayah saya meminta Anda untuk menanyakannya?”“Oh, tidak. Saya hanya penasaran saja. Jika memang kehadiran saya penyebabnya, saya ingin meminta maaf,” sahut sang wanita sembari menunjukkan lengkung bibir yang tulus.Sadar bahwa Katniss Johnson mengetahui keberatannya selama ini, Julian sontak menghentikan langkah. Dengan tatapan yang menyempit, ia meneliti kejujuran dari sorot mata di hadapannya.“Jadi, Anda sadar bahwa saya terpaksa menemui Anda?” selidik sang pria dengan kepala yang condong men
Baca selengkapnya
S2| 54. Perempuan Lain
“Waaa ...” desah Cayden saat berdiri memegang pagar kayu. Matanya yang berbinar-binar tak lepas dari kelinci “raksasa” yang baru pertama kali dijumpainya.Menyaksikan kelucuan sang bayi, Mia pun tersenyum kecil. “Apakah kamu suka melihatnya?” tanya gadis yang tak pernah melepas tangannya dari Cayden.Tiba-tiba, telunjuk mungil sang bayi tertuju pada kelinci hitam yang berada di tengah kandang. Setelah memastikan Mia melihat arah yang ditunjuknya, ia membuka dan mengepalkan tangan secara bergantian.“Apakah kamu mau meraihnya?” tanya Mia seraya menaikkan alis.“Yayaya!” seru Cayden memanggil hewan itu untuk datang.“Maaf, Pangeran Kecil. Kita tidak boleh masuk ke dalam sana. Jadi, kita tunggu saja dia mendekat, hm?”Sembari membelai bayi yang terus berteriak, Mia melirik ke arah kekasihnya yang masih berbincang dengan sang model. Julian tampak sangat gembira. Sesekali, pr
Baca selengkapnya
S2| 55. Cemburu
“Omong-omong, setelah ini kau mau mengajak Cayden ke mana?” tanya Julian memecah keheningan yang mencekam hati sang sekretaris.“Entahlah,” sahut Mia tanpa menoleh. Ia tidak mau sang kekasih mendeteksi perasaannya yang sedang kacau.Alih-alih mempertanyakan gelagat aneh sang sekretaris, Julian malah meruncingkan telunjuk ke suatu arah. “Di situ ada tempat untuk memberi makan hewan. Pangeran Kecil pasti akan senang. Bagaimana menurutmu?”Hanya lewat lirikan mata, Mia memeriksa apa yang diusulkan oleh sang CEO. Setelah melihat kandang berisi kambing, gadis itu mengangguk tipis. “Ide bagus,” sahutnya datar, sembari menutup botol yang diserahkan oleh Cayden.“Apakah kau sudah kembali bersemangat?” selidik Julian sembari mendekatkan wajah pada keponakannya yang duduk di pangkuan sang sekretaris.“Jajajaja ...” oceh Cayden selagi Mia menyeka keringat di lehernya. Dengan mata yang ber
Baca selengkapnya
S2| 56. Apakah Kau Marah?
“Terima kasih banyak, Julian. Hari ini sangat menyenangkan,” ucap Katniss dengan senyum semringah.“Sama sekali bukan masalah. Nanti, jika kau sudah memiliki waktu luang lagi, kabari saja di mana pertemuan ketiga kita,” timpal Julian, sukses membelalakkan mata gadis yang berdiri di sampingnya.“Pertemuan ketiga?” batin Mia sembari menelan ludah.Dadanya yang sesak kini terasa semakin tertekan. Jika saja ia tidak sedang menggendong bayi yang sedang tertidur, dirinya pasti sudah mengeratkan cengkeraman, menggenggam kekesalan yang tak mungkin diucapkan.“Baiklah. Nanti kukabari. Mungkin, setelah summer fashion week putaran ini,” sahut Katniss dengan anggukan meyakinkan. “Atau ..., mungkin kau mau menemuiku di sana?”“Dan melihatmu mengenakan bikini?” celetuk Julian sama sekali tanpa beban. “Tidak, terima kasih.”Mia tidak sanggup lagi bergabung dalam pe
Baca selengkapnya
S2| 57. Memahami Mia
Gabriella mengerutkan alis saat melihat putranya menangis sembari merentangkan tangan ke arahnya. Dengan bibir mengerucut, wanita itu mengambil sang bayi dari tangan sang sekretaris.“Cup, cup, cup. Jangan menangis, Cayden. Mama di sini,” ucap Gabriella seraya menimang-nimang putranya.Namun, tiga detik berlalu, sang bayi masih terus menitikkan air mata. Sembari memutar pandangan, ia meraung, “Da ... da ....”Mendengar panggilan putranya, Max mempercepat langkah menuruni tangga. Begitu tiba di hadapan Gabriella, ia langsung menggendong putranya.“Kenapa kau menangis, Pangeran Kecil? Bukankah tadi pagi kau sangat bersemangat mengikuti Paman dan Bibi? Kau bahkan melambai dengan riang saat mobil membawamu pergi,” tutur Max dengan nada khas orang dewasa saat berbicara dengan anak kecil.Perlahan-lahan, air mata Cayden mulai surut. Selang beberapa saat, yang tersisa hanyalah mata merah dan bibir yang cemberut. Sambil
Baca selengkapnya
S2| 58. Serba Salah
“Sepertinya, aku tahu apa yang membuat Mia marah.” Kalimat Julian itu sukses menaikkan alis wanita di seberang meja.“Apa?” tanya Gabriella sebelum melahap suapan pertamanya.Selang satu desah napas cepat, sang kakak ipar kembali menegakkan kepala dan menunjukkan tampang lesu. “Tadi, kami bertemu dengan seorang gadis kecil. Dia sangat mengagumi Katniss dan berimpian untuk menjadi model. Sang ibu terlihat sangat mendukung impian gadis kecil itu.”Mendengar jawaban yang di luar dugaan, Gabriella sontak bertatapan dengan suaminya yang juga mengerutkan alis.“Lalu, apa hubungan gadis itu dengan kemarahan Mia?” selidik Max yang tak bisa menahan kebingungan.“Bukankah itu sudah jelas? Mia pasti iri dengan gadis kecil itu. Impiannya tidak didukung oleh sang ibu.”Mendapat respon yang begitu tidak masuk akal, helaan napas tak percaya terlepas dari mulut Gabriella. “Itu terlalu kekanak
Baca selengkapnya
S2| 59. Curiga
“Tolong jangan begitu, Bu. Kalau Ibu menentang hubungan kami lagi, masalah akan semakin rumit dan pikiranku pun bertambah kacau. Ibu tidak boleh membatalkan restu yang sudah diberikan kepada kami,” protes Mia dengan ekspresi yang tak terdeskripsikan. Kesedihan, kekhawatiran, dan ketegangan telah bercampur aduk, memberi kesan aneh pada sorot matanya.“Kalau begitu, kau tidak harus berhenti berpikiran yang tidak-tidak. Kecurigaan dan kekhawatiranmu belum tentu benar, Mia. Saat ini, bisa saja kau hanya menghabiskan waktu dan tenaga,” tegas Minnie sembari memegangi lengan putrinya.Tak ingin perdebatan bertambah panjang, sang gadis akhirnya menghela napas dan merendahkan pandangan. “Baiklah, aku tidak akan mengeluh lagi. Maaf jika sudah membuat Ibu cemas dan pusing dengan sikap anehku ini,” ujar Mia sebelum meraih tas dan menyandangnya. Sedetik kemudian, ia melangkah menuju pintu.Melihat sang putri hendak pergi tanpa pamit, Minni
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
36
DMCA.com Protection Status