All Chapters of My Arrogant Lawyer: Chapter 241 - Chapter 250
264 Chapters
Belajar Mencintai
Kelopak mata Raj terbuka  pelan. Disuguhkan wajah cantik Mai yang  menatapnya dengan lekat. Tidak biasanya, istrinya itu bangun lebih dulu daripada dirinya. Terlebih, di hari minggu seperti ini. Mai akan benar-benar bermalas-malasan dan enggan beranjak dari ranjang. Kecuali, pada saat mereka tinggal di rumah orang tua Raj kala itu.“Aku memang ganteng, jadi gak usah dilihatin seperti itu.” Raj menggeliatkan tubuh kakunya dengan begitu puas. Memajukan wajahnya, lalu mengecup bibir ranum itu sekilas. Mendengar kalimat narsis yang dimuntahkan oleh sang suami, Mai langsung mengerucutkan bibirnya sekilas. Rasa percaya diri Raj sedari dulu, memang sudah terlampau tinggi. Oleh karena itulah, pria itu dengan berani melamar Mai hingga berkali-kali. Di mata Mai, sosok Raj itu memang tidak tahu malu.
Read more
Ya, Mau
Kedua tangan itu saling menggamit erat. Berjalan keluar dari ruang periksa, setelah berkonsultasi dengan dokter kandungan. Meskipun kondisi Mai sudah membaik, tapi dokter tetap menyarankan agar wanita itu tetap beristirahat dan tidak melakukan hal yang menguras tenaga juga pikiran. Hal tersebut hanya untuk pencegahan, agar kejadian lalu tidak terulang kembali. Di persimpangan koridor, keduanya hampir saja bertabrakan dengan sosok wanita yang berlari dengan tergesa. “Hah, oh, maaf,” kata wanita itu lalu terkesiap ketika melihat sepasang suami istri yang hampir ditabraknya. “Ngapain di sini, Ra?” Mai sedikit mengatur jaraknya dengan Dara yang terlihat panik. Begitu pula dengan Raj. “Cipta demam tinggi,” kata Dara dengan tergesa. “Aku duluan, ya!” serunya kemudian berla
Read more
Curiga Terus
Baru saja Raj membuka pintu rumah, indera penciumannya sudah disambut dengan aroma manis yang benar-benar menggugah selera. Raj sudah bisa menebak, kalau istrinya itu, saat ini pasti sedang membuat kue kering di dalam sana. Atau, mungkin sudah selesai membuat kue kering.Pintu garasi yang sudah tertutup, menandakan bahwa pelayan yang biasa berada di rumah untuk bersih-bersih dan menemani Mai di rumah, sudah pulang semua. Itu artinya, sore ini hanya tersisa Mai dan Raj saja yang ada di rumah.Sama seperti hari-hari kerja sebelumnya.“Mii … di mana?” tanya Raj sedikit mengeraskan suaranya ketika memasuki ruang keluarga. “Dapur.”Setelah meletakkan tas kerjanya di salah satu sofa, Raj melangk
Read more
Pertemuan
Qai yang melihat sang adik duduk seorang diri di depan televisi itu langsung bergegas menghampiri. Duduk di samping Mai, lalu merentangkan satu tangan di sepanjang bahu sang adik yang tengah duduk bersandar. “Lembur?” tanya Mai yang hanya melirik sekilas pada Qai. “Gak,” jawab Qai lalu menatap perut Mai yang kini sudah mulai terlihat. “Habis makan malam sama om Bira, sama investor juga.” Satu tangan lainnya lalu mengusap perut Mai tanpa izin. “Tangan!” hardik Mai sambil memukul punggung tangan Qai dengan keras. “Aku ini istri orang, jangan pegang-pegang sembarangan.” “Astaga, Maaiii. Kayak dipegang sama orang lain aja!” Qai balas menghardik tapi kembali meletakkan tangannya di atas perut sang adik. “Gak ngerti, gimana anakmu nanti, kalau punya mami galaknya kayak kam
Read more
Keburu Laper
“Ini, gimana konsepnya?” Raj yang baru masuk kamar itu, memandang penampilan sang istri dari ujung rambut hingga kaki. Di mata Raj, dress yang saat ini dipakai oleh sang istri, sungguh tidak bisa dipakai untuk pergi makan siang bersama rekan kerjanya. “Konsep apa?” Mai merai flap bag yang sudah ia siapkan sebelumnya lalu menghampiri Raj. Merasa sudah sangat siap untuk segera pergi ke restoran bersama sang suami. “Bajumu, Mi. Terlalu seksi,” ujar Raj lalu menangkup kedua bahu Mai dan membalik tubuh yang sudah semakin berisi itu. “Ganti dengan yang lain.” Mai sontak menggeliat agar kedua tangan Raj itu lepas dari tubuhnya. Kembali berbalik dan memberi tatapan datarnya. “Seksi gimana? Ini juga dress lama. Bajuku yang baru-baru kan ada di rumah semua.”
Read more
Harus Bersabar
Mai dan Raj terdiam sejenak di tempat, ketika melihat beberapa orang yang sudah lebih dahulu mengelilingi meja makan. Kemudian, keduanya saling melempar pandang. “Kenapa ada Endy di sini?” tanya Mai dengan suara yang terdengar sangat pelan. “Emang kamu gak tahu, Pi?” Raj sedikit menunduk dan juga berbicara sama pelannya. “Kalau tahu, sudah aku bilang dari kemarin,” ujar Raj kembali mengajak sang istri untuk menghampiri meja makan. Dari ekspresinya, wajah Endy pun melukiskan keterkejutan yang sama. Itu berarti, pria itu juga tidak mengetahui kalau salah satu orang yang akan ditemuinya kali ini adalah pria yang pernah berkelahi dengannya. Setelah saling berjabat tangan dan berkenalan dengan dua orang yang memang baru dikenal, kedelapan orang tersebut akhirnya duduk melingkari meja makan dan saling berbasa-basi terlebih dahulu. Sementara itu, baik, Mai, Raj dan Endy berlakon seolah mereka bertiga tidak saling mengenal sama sekali. “Ibu ju
Read more
Awas Aja!
Mai menggeliat seraya membuka kelopak mata. Memandang punggung sang suami yang tengah duduk dan sedang sibuk dengan laptopnya. Suara jemari yang tengah menari di atas keyboard, membuat Mai menyimpulkan kalau saat ini Raj tengah mengerjakan sesuatu. “Dulu, aku gak boleh bawa kerjaan ke rumah,” sindir Mai lalu memiringkan tubuhnya agar lebih leluasa melihat Raj. “Kamu sendiri, libur-libur malah ngerjain kerjaan kantor.” Raj langsung menegakkan tubuh. Menutup laptop, lalu membalik tubuhnya untuk melihat Mai. “Udah bangun?” “Belum, masih tidur,” decak Mai dengan memajukan bibirnya. Raj terkekeh lalu bangkit untuk menghampiri sang istri. Menjatuhkan tubuhnya dengan bertelungkup di sepanjang kaki Mai, yang reflek merubah posisi tidurnya hingga bertelentang. Kedua tangan Raj langsung menangkup perut buncit itu, lalu menjatuhkan satu kecupan hangat di atas sana. “Nanti, kalau udah besar, jangan jutek seperti Mami, ya,” bisik Raj tepat di atas perut sa
Read more
Pembagian Nama
“Harusnya bilang kalau mau pulang telat!”Raj menelan ludah, ketika melihat ayam panggang yang baru saja diletakkan Mai di atas kitchen island. Tidak mengacuhkan kekesalan sang istri mengenai kepulangannya, yang hanya telat setengah jam dari biasanya.Semakin hari, berat tubuh Raj kini semakin bertambah saja. Mai selalu menjejalkan makanan yang dibuatnya ke mulut Raj tanpa boleh ditolak sama sekali. Jika sekali saja Raj berani menolak, maka urusannya akan semakin panjang saja.“Pi! Aku ngomong itu ditanggapin, jangan diem aja!” oceh Mai masih melanjutkan gerutuannya.Raj melonggarkan dasinya sembari melangkah menghampiri sang istri. Sementara jasnya, sudah ia lepas sejak memasuki ruang tengah dan ia lemparkan saja sekenanya ke arah sofa.“Cuma telat setengah jam, Mi,” ungkap Raj lalu memeluk sang istri dari samping dan menjatuhkan satu kecupan di pipi. “Presentasi vendor yang ikut tender agak molor, jadi te
Read more
Cinta Pakai Gengsi
Jika ada sesuatu yang paling membahagiakan, setelah Mai mengetahui bahwa dirinya tengah berbadan dua, hal tersebut adalah bisa kembali menginjakkan kaki di Casteel High. Mai sangat rindu dengan suasana kesibukan di kantor dan semua tentang hal tersebut.Sebenarnya, Mai juga sangat rindu dengan suasana tegang yang berada di persidangan. Membungkam lawan dengan semua kata-kata pedas darinya dan melihat pihak yang berseberangan dengan bungkam seribu bahasa. Sungguh, hal tersebut membuat kepuasan tersendiri di hati Mai.Raj menggeleng dan berdecak sinis ketika melihat istrinya berdiri dan berbalik setelah merias diri di depan meja kebesarannya. “Kamu, mau ke kantor apa mau ke pesta, menor begitu.” Menghampiri Mai, Raj kemudian mengambil tisu basah yang selalu ada di atas meja rias sang istri. Mengusap tisu tersebut ke wajah Mai agar seluruh riasan yang ada di atasnya kacau balau.“Papi!” Mai memukul tangan Raj berkali-kali dan berusaha untuk
Read more
Sudah Pudar
Bira berdecak berkali-kali, ketika pada akhirnya ia kembali bertemu dengan Mai. Semenjak berhenti dari Casteel High, Bira memang sudah sangat jarang bertemu dengan keponakan perempuannya yang satu itu. Selain karena Mai lebih banyak menyibukkan diri di rumah dan menjalani perannya sebagai seorang istri, Bira belakangan ini juga sering pulang pergi Singapura untuk mengurus beberapa hal. Oleh sebab itu, keduanya kini sudah jarang saling bertegur sapa secara langsung. “Si Mami, makin berisi aja,” celetuk Bira ketika menyapa Mai yang baru masuk ke ruangannya. “Maksud, Om, aku gendutan gitu?” Tatapan datar itu, langsung membuat Bira beranjak dari kursi kebesarannya, untuk menghampiri Mai yang baru duduk di salah satu sofa di ruang kerja Bira. “Berisi, Sayang, berisi,” sahut Bira sembari menahan tawanya. “Om, mau nyuruh Yasmen nikah aja setelah wisuda. Biar cepat dapat cucu, kayak ayahmu.” Mai memajukan bibir bawahnya, karena ledekan Bira me
Read more
PREV
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status