All Chapters of Terjebak Cinta Mantan: Chapter 41 - Chapter 50
94 Chapters
TCM 41
 Tak ada penolakan dari Ana, Ia malah memejamkan mata dan mengikuti ritme bibir Arga. Keduanya terbuai, bahkan Ana seolah dibuat terbang ke angkasa. Ia membiarkan Arga mengangkat tubuhnya, Ana bahkan dengan refleks melingkarkan lengannya ke leher pria itu, sementara kakinya sudah mengait sempurna ke pinggang Arga. Arga membawa Ana masuk ke dalam kamar, masih dengan bibir yang saling bertautan. "Ga--" lirih Ana dengan mata yang sudah sayu.  Arga menatap Ana yang sudah di bawah kungkungannya, menyematkan helaian rambut yang sedikit menutupi wajah sang kekasih. "Ada apa?" tanya Arga dengan tatapan penuh kasih sayang. "Sepertinya ini salah," jawabnya dengan kedua telapak tangan yang menahan dada Arga. "Apanya? Bukankah kita setuju, menjalin hubungan ini?" Arga meyakinkan Ana untuk tidak menolak dirinya. 
Read more
TCM 42
Ana pulang ke rumah setelah bekerja pada hari berikutnya, ia memang tidak pulang di pagi hari karena takut jika Alisya curiga, terlebih karena semalam ia berkata kalau menginap di rumah temannya kepada gadis itu.Ana berjalan masuk seraya mengusap tengkuknya, wanita itu melihat Alisya yang sedang menonton acara musik, ia pun menghampiri dan langsung duduk di samping adik iparnya itu."Eh, Kak! Baru pulang?" Alisya langsung menoleh pada Ana yang sudah di sampingnya."Iya, pulang awal." Wanita itu mengambil makanan ringan dari tangan Alisya, lantas memasukkan ke mulut dengan tatapan tertuju ke layar televisi."Kak Zidan pulang kapan?" tanya Alisya yang ikut menikmati makanan ringannya dengan tatapan yang ikut mengarah pada acara televisi."Katanya sih besok, kalau belum selesai mungkin lusa," jawab Ana.Alisya membentuk huruf 'O' dengan bibirnya, ia pun kembali menikmati makanannya. Ana teringat sesuatu, ia merogoh tas lantas mengeluarkan sesuatu da
Read more
TCM 43
Ana baru saja mengambil beberapa dokumen, wanita itu mengecek dokumen itu sambil berjalan, hingga seseorang menarik lengan dan mengajaknya masuk ke pintu darurat. Ana begitu terkejut hingga akhirnya sedikit lega ketika melihat siapa yang berdiri di hadapannya. "Ga, kamu ini ngagetin saja!" Ana menghela napas pelan, ia memeluk dokumen yang dibawa. "Kenapa tidak menjawab panggilan telponku?" tanya Arga menatap curiga pada Ana. Ana terkesiap mendengar pertanyaan Arga, ia pun mencari ponselnya di kantong kemeja dan tidak mendapatinya. "Sepertinya tertinggal di meja," jawab Ana dengan senyum kecil karena merasa bersalah. Arga mencebik kesal, sempat berpikir kalau Ana mengabaikannya. Hingga akhirnya Arga berkata, "Ya sudah, nanti makan siang bersama! Aku sudah menyiapkan makan siang untuk kita, di ruangan seperti biasanya." "Ah, oke!" Ana mengangguk. 
Read more
TCM 44
Hari-hari Ana dilalui penuh rasa bahagia, terlebih karena Arga sangat perhatian padanya. Namun, ia juga harus sering berbohong pada Zidan kalau lembur karena terkadang Arga mengajaknya pergi untuk sekedar duduk minum kopi bersama.   Sore itu Zidan pulang lebih awal, ia duduk di tepian ranjang seraya menatap layar ponselnya, air mukanya terlihat begitu serius, ada sesuatu yang membuatnya pulang lebih awal dan merasa tidak fokus dengan pekerjaannya. Zidan menatap nomor ponsel Ana, ia pun mendial nomor itu untuk menghubungi sang istri.   "An, apa hari ini kamu lembur? Aku merasa tidak enak badan," ucap Zidan begitu panggilan itu terhubung. Zidan tampak menganggukkan kepala, ia lantas mengakhiri panggilan itu.   - - -   Ana sedang berjalan keluar dari gedung studio ketika ponselnya terus berdering, ia pun langsung menjawab panggilan itu karena nama Zidan terpampang di sana.  
Read more
TCM 45
Zidan mengajak Ana makan di restoran barbeque, mereka sudah memesan tempat dan juga memesan makanan."Apa kamu mau menu lainnya?" tanya Zidan ketika pelayan sedang menyajikan pesanan mereka."Tidak, Mas! Ini saja udah banyak," jawab Ana menolak tawaran suaminya.Zidan tersenyum kecil, mereka pun mulai memanggang daging. Zidan tampak melayani Ana dengan baik, ia memanggang dan memberikan daging yang sudah matang untuk sang istri."Makan yang banyak, karena sering lembur kamu sekarang sedikit kurusan," ujar Zidan yang menaruh potongan daging ke piring Ana.Ana hampir tersedak ketika Zidan membahas masalah lembur, ia menoleh pada Zidan dengan senyum canggung, sedangkan Zidan sendiri terus mengulas senyumnya. Ana memakan apa yang diberikan oleh suaminya, sedikit merasa tidak enak hati ketika Zidan kini begitu sangat perhatian dengannya.Mereka pun sudah selesai makan, Ana mengusap mulut
Read more
TCM 46
Ana benar-benar pergi ke rumah orangtuanya, ia masih tidak rela kalau kafe milik keluarga diserahkan begitu saja kepada Radhitya."Tumben kamu datang." Ibunya Ana seakan tidak senang dengan kedatangan putrinya, atau lebih tepatnya tidak menginginkan Ana pulang."Bu, aku mau tanya sesuatu," ujar Ana yang langsung duduk berhadapan dengan ibunya."Katakan!" Wanita paruh baya itu tidak terlalu merespon, malah terkesan tak acuh pada Ana.Ana menghela napas panjang, ia lantas memberanikan diri mengungkapkan apa yang ada di hatinya."Kafe kita apa sekarang kak Aditya yang mengurusnya?" tanya Ana.Ibunya tampak terkejut karena Ana sudah tahu, wanita itu tetap bersikap tenang dan menatap pada Ana yang terlihat menanti jawabannya."Iya, bagaimanapun kakakmu lebih berhak atas kafe itu, selain dia itu anak laki-laki juga putra pertama, membuat Aditya memang layak mendapatkannya
Read more
TCM 47
Zidan baru saja kembali dari kantor, melihat Ana yang ternyata sudah berada di rumah, pria itu pun menghampiri Ana yang tengah menyusun berkas. "Kamu bawa pulang pekerjaan ke rumah?" tanya Zidan yang duduk di samping Ana. Ana menoleh pada Zidan, sedikit menggigit bibir bawahanya sebelum pada akhirnya menjawab, "Ini Mas, ada yang mau aku omongin." Zidan sedikit terkejut, entah kenapa ada rasa takut di hati pria itu. Namun, Zidan tetap berusaha untuk tenang. "Ngomong apa?" tanya Zidan. "Emm ...." Ana terlihat berpikir, hingga kemudian mulai bicara. "Aku akan resign, Mas! Cuman bukan untuk tinggal di rumah. Aku dapat tawaran investasi di sebuah kafe, temanku ingin aku mengelolanya." Zidan terdiam sejenak, menatap ekspresi Ana di mana ada sebuah keseriusan dan juga rasa bahagia di wajah sang istri. "Aku lebih senang kalau kamu resign karena m
Read more
TCM 48
Berhari-hari Arga tidak melihat Ana, hanya berkomunikasi melalui sambungan seluler, selain Arga yang sibuk latihan, Ana pun sibuk mengurus persiapan pembukaan kafe mereka. Hari ini Arga baru saja selesai latihan, beberapa hari lagi mereka harus ke luar kota untuk menghadiri sebuah konser musik. Arga menatap layar ponselnya, berpikir akan sangat menyenangkan kalau Ana bisa ikut, tapi hal itu pasti akan mustahil karena tentu saja Ana menolak dengan alasan sang suami. Arga terlihat begitu senang ketika melihat ikon pesan terpampang di layar ponsel, Arga pun langsung membukanya. ANA[Ga, tanggalnya sudah ditetapkan. Apa kamu bisa mengisi acara musiknya?] Arga membaca pesan Ana, lantas dengan cepat mengetik untuk membalas. ARGA[Tentu saja, aku tidak akan melewatkannya. Tanggal berapa?] Arga sudah mengirim balasan, sekarang menanti balasan dari Ana. Balasan dari Ana pun
Read more
TCM 49
Alisya turun ke lantai bawah setelah puas bertemu dengan band idolanya, hingga menjumpai Zidan yang hendak naik ke atas."Di mana kakak iparmu?" tanya Zidan."Oh, kak Ana sedang ke toilet," jawab Alisya menunjuk pada lantai atas. "Kenapa?" tanya gadis itu kemudian."Ada orang yang mencari. Tolong panggilin!" pinta Zidan.Alisya mengangguk, lantas kembali ke lantai atas untuk memanggil Ana. Alisya berjalan menuju toilet, tapi memperlambat langkahnya ketika mendengar suara dari kamar mandi. Alisya pun mendekat perlahan, mencoba menguping percakapan yang terdengar dari dalam."Ga, banyak orang! Aku harus keluar!""Tidak melihatmu beberapa hari, membuatku sangat rindu. Tidak bisakah kita seperti ini sebentar!""Hentikan, di sini juga ada mas Zidan. Jangan buat dia curiga.""Kenapa? Aku tidak takut!"Alisya mengepalkan kedua tangan yang berada di samping tubuh, tidak menyangka sang kakak ipar yang sangat dikagumi sedang bersa
Read more
TCM 50
Alisya baru saja pulang kuliah, hingga ketika sedang berjalan menuju halte bis, sebuah mobil berhenti di sampingnya, membuat Alisya terkejut dan langsung menoleh. "Alisya, iya 'kan!" tegur seorang pria dari dalam mobil yang tak lain adalah Dio. "Eh, Kakak! Iya, Kak!" Alisya sedikit membungkuk dan memberi salam pada pemuda pemain bass di band kesukaannya itu. "Mau ke mana? Butuh tumpangan?" tanya Dio sedikit melongok keluar. Alisya menggaruk belakang kepala tidak gatal, bingung harus menerima tawaran Basis itu atau tidak. Jika ditolak tapi itu basis dari band yang lagi naik daun, mau diterima tapi malu karena tidak terlalu kenal dan akrab. "Nggak usah, Kak! Aku naik bis saja!" tolak Alisya menunjuk halte setelah mempertimbangkan banyak hal. "Yakin? Padahal aku juga sekalian mau minta tolong," ucap Dio lagi. Alisya terlihat bingung, kenapa
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status