All Chapters of Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan : Chapter 31 - Chapter 40
53 Chapters
30. Fashion Show
Selesai bekerja, Amir tidak langsung pulang. Ia berniat untuk mampir terlebih dahulu ke toko bunga yang dekat dengan kantornya bekerja. Ia memang sudah memesan sebuah buket bunga dan juga kejutan kecil lainnya untuk istrinya, karena nanti malam peragaan busana yang memang sudah dipersiapkan oleh istrinya itu akan dimulai malam nanti. “Selamat sore ... selamat datang di Lembayung's Florist. Ada yang bisa Saya bantu?” Amir menatap salah satu pegawai yang menyapanya. “Saya mau mengambil pesanan buket bunga atas nama Amir Habiburrahman.”“Oh, Pak Amir. Silakan, Pak. Buket bunganya sudah siap sesuai dengan keinginan.” Pegawai itu langsung saja mengantarkan Amir untuk melihat pesanannya yang sudah jadi. Di atas meja sebuah buket berukuran sedang bunga mawar merah berjumlah lebih dari 100 tangkai bunga terlihat cantik. Amir menatap puas, lalu menatap pegawainya merasa senang. “Langsung saja saya bayar sisanya.”“Baik, Pak,” ujar si pegawai. “Tiga ratus lima puluh ribu.”Setelah melakukan
Read more
31. Tamu Tak Terduga
“Mau teh, ai?" tanya Ina menawarkan. Sore ini, hujan mengguyur Kota Bogor. Sudah sejak dua jam yang lalu, hujan sudah turun. Amir juga pulang lebih awal dari biasanya, sedangkan Ina memang tidak pergi ke butik. Karena dirinya memang sudah memutuskan untuk mengurangi aktivitas di butik apalagi semalam baru saja ada acara pagelaran busana. Amir yang sedang duduk di teras sembari menikmati rintikan hujan yang sudah mulai gerimis dan tidak sederas tadi menoleh. Ia tersenyum mengangguk. “Boleh, mie rebus pake telor ditambah sama cabe enak nih, ai,” balasnya memberi usulan membuat Ina tersenyum lebar.“Cocok tuh ai, sama hawanya,” ujar Ina bersemangat. “Yaudah aku masak dulu, ya.”Sembari menunggu Ina selesai memasak, Amir kembali sibuk pada tab yang ada di tangan kirinya. Ia sedang membuat desain untuk sebuah resto bergaya tradisional. Di tengah kesibukannya, membuat Amir tidak menyadari jika sebuah mobil memasuki pekarangan rumahnya.Seorang wanita turun dari mobil dengan payung hitamny
Read more
32. Pegawai Baru
Hari ini, Amir berangkat lebih awal dari biasanya. Karena bosnya itu menyuruh para tim yang ada di bawah pimpinannya untuk datang lebih awal karena ada yang mau dibicarakan. “Ai, aku berangkat dulu,” ujarnya berpamitan.Ina yang baru saja membereskan-bereskan meja makan mendongak. Tersenyum hangat, ia berjalan menghampiri Amir untuk mencium tangan suaminya itu. “Iya, ai. Hati-hati ya.”Amir mengusap kepala Ina lembut, mengangguk. “Iya, ai. Assalamualaikum.”“Waalaikumussalam, ai.”Jarak dari rumah ke kantor tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai. Kali ini, Amir membawa mobil karena sejak kemarin hujan turun di saat sore hari. Di mana orang-orang pulang bekerja. Jalanan masih sepi, karena dirinya berangkat sedikit lebih pagi dari biasanya. Sesampainya di kantor, Amir berjalan memasuki gedung itu. Saat berpapasan dengan orang maupun yang dikenal atau tidak, ia menyapanya. Selain berprestasi, dirinya memang terkenal ramah di kantor ini. Bahkan saking ramahnya,
Read more
33. Teror Kecil
Sesuai agenda yang sudah direncanakan. Akhir pekan, Ina dan Amir berniat untuk berkebun di pagi hari. Ada beberapa lahan yang masih kosong di halaman depan dan belakang. Niatnya mereka akan menanam bunga dan sayuran di sana. Mereka juga sudah selesai sarapan. "Mau sekarang, ai?" tanya Amir.Ina yang sedang merebahkan dirinya di sofa, memberi kode Amir. "Bentar deh, masih kekenyangan."Amir terkekeh, mengangguk mengerti. Ia memutuskan untuk menyiapkan semua alat-alat berkebun dan juga bibit, tanaman. "Yaudah istirahat dulu, ai. Aku mau siap-siapin semuanya."10 menit berlalu, Amir sudah selesai menyiapkan semuanya. Ia juga berniat untuk memulai terlebih dulu, daripada menunggu istrinya yang entah mau sampai kapan beristirahat bahkan sebelum memulai. Tapi tidak apa, Amir tidak mempermasalahkannya. Rencananya pada halaman depan pada lahan yang kosong akan mereka tanam bunga. Sedangkan halaman belakang akan ditanam beberapa macam sayur. Amir akan memulai pada halaman depan terlebih dahul
Read more
34. Kabar Gembira
“Tumben panas banget,” ujar Ina menyeka keringatnya. Mereka sudah selesai makan siang dan sekarang melanjutkan untuk berkebun lagi di halaman belakang. “Padahal tadi mendung ya.”“Kalo capek istirahat ya, ai.” Entah sudah ke berapa kali Amir mengatakan untuk istirahat jika Ina merasa capek. Pasalnya Amir sendiri juga khawatir melihat wajah Ina yang sedikit pucat. Ia juga sudah berulang kali untuk menyuruh Ina berhenti saja, tapi istrinya itu tidak mau nurut. Ina memang keras kepala. “Aduh, Pak. Iya-iya, nanti kalo capek aku istirahat,” balas Ina memajukan bibirnya. “Aku masih kuat.”“Muka kamu pucet soalnya,” ujar Amir memberitahu.“Pucet biasa. Tapi aku nggak papa.”“Iya-iya, nggak papa. Intinya kalo capek langsung istirahat,” ujar Amir kembali mengingatkan.Sebenarnya Ina juga merasa sedikit lelah dan pening, tapi ia masih bisa menahannya. Setelah selesai menanam cabai, Ina berniat untuk mengambil minum. Panasnya terik matahari membuatnya sangat merasakan dahaga yang begitu luar bi
Read more
35. Hormon Ibu Hamil
Sepertinya hormon Ibu hamil membuat Ina bertingkah seperti anak kecil. Menakutkan sesuatu hal yang tidak mungkin terjadi. Contohnya saja saat ini, Ina merengek pada Amir untuk menyuruh suaminya itu tidak bekerja. Alasannya karena ada Alia."Ambil cuti, nggak usah kerja." Ina menahan Amir untuk tidak berangkat."Kenapa emangnya aku disuruh cuti?" "Nggak mau kamu ketemu Aliaaa."Amir terkekeh, mengusap kepala Ina dengan gemas. "Tapi besok-besok kalo masuk tetep ketemu, ai. Namanya juga satu tim.""Lagian aku sama dia nggak mungkin ngapa-ngapain kayak yang kamu pikirin. Punya kamu aja lebih dari cukup." Amir menjelaskan istrinya itu penuh cinta. "Iya, percaya. Aku cuma takut kamu tergoda sama dia," ujar Ina cemberut.Amir tidak bisa menyembunyikan tawanya. "Lucu banget sih istriku iniii," ujarnya mencubit pipi Ina yang semakin terlihat chubby dengan gemas.Ina memperlihatkan puppy eyesnya. "Plisss, yaya ambil cuti? Lagian kan kamu jarang banget ambil cuti selama kerja. Pasti Pak Bimo b
Read more
36. Suami Siap Siaga
5 bulan kemudianIna terlihat serius membaca sebuah buku berisikan nama-nama bayi beserta artinya. Ia sudah berulang kali mencari nama yang cocok untuk calon debay di dalam perutnya ini, tetapi entah kenapa belum ada yang membuatnya merasa srek dan cocok. Dirinya dan Amir memang merencanakan untuk menyiapkan 2 nama untuk bayi perempuan dan 2 nama untuk bayi laki-laki. Karena mereka belum mengetahui jenis kelaminnya, memang sengaja mereka tidak ingin tau. Biarkan semua menjadi kejutan nantinya. Hari ini dirinya sedang berada di butik. Sejak hamil, Ina membuat jadwal setidaknya seminggu sekali dirinya pergi ke butik untuk menemui klien yang sudah membuat janji jauh-jauh hari. “Masih nyari nama buat debaynya ya, Mba In?” tanya Dini yang masuk ke dalam ruangan dengan membawa semangkuk bakso dan es teh.Ina menutup buku dan meletakkannya di atas kursi. Ia mengangguk lelah. “Iya nih, Din. Nyari nama anak nggak gampang ternyata.”“Sebenernya Paksu udah ngusulin beberapa nama, cuman akunya
Read more
37. Kabar Duka
Hari ini rencananya, Ina akan bertemu dengan para teman-temannya di salah satu resto yang dekat dengan butiknya. Ia juga sudah meminta izin pada Amir dan suaminya itu mengizinkan dengan syarat, berangkat dan pulang bersama Amir. Saat ini mereka sedang perjalan menuju butik dan bertemu dengan para teman-temannya nanti siang. “Hati-hati di jalan,” ujar Ina mencium tangan Amir saat mereka sudah sampai di butik. “Iya, ai. Kalo ada apa-apa langsung kabarin,” ujar Amir mengingatkan.“Siap, bos!” balas Ina mengacungkan jempolnya, sebelum ia turun dari mobil.Setelah kepergian Amir, Ina segera masuk ke dalam butik. Beberapa pegawainya sedang sibuk mempersiapkan beberapa gaun pesanan. “Makin cantik aja nih bumil,” ujar Dini saat melihat Ina masuk ke dalam butik.Ina tersenyum lebar, tangan kanannya refleks mengusap-usap perutnya yang sud0ah terlihat besar. “Aura bumilnya makin terpancar, ya?” tanya Ina sembari terkekeh.Dini mengangguk antusias, mengacungkan jempolnya. “Beuh, aura bumilnya t
Read more
38. Toko Bayi
"Ai, boleh minta tolong?" tanya Amir pada Ina yang baru saja duduk, berniat untuk beristirahat sejenak. Ina baru saja menyelesaikan pekerjaannya membersihkan rumah, perihal art yang sudah dipekerjakan sejak sebulan lalu sedang izin untuk pulang kampung tiga hari karena anaknya sedang sakit dan kangen dengan ibunya. Tentu saja Ina langsung memberi izin, karena juga anaknya hanya tinggal berdua bersama neneknya. "Minta tolong apa?" Bukannya menjawab, Amir malah menggeleng. Ia jadi merasa tidak tega jika harus meminta tolong kepada istrinya hanya dengan melihat wajahnya yang lelah."Kok geleng-geleng, kenapa?""Nggak papa, ai." "Kamu mau minta tolong apa?""Nggak jadi, ai." Amir menggelengkan kepalanya, tersenyum."Kenapa nggak jadi?""Ya nggak papa.""Beneran nggak jadi?" tanya Ina sekali lagi menatap Amir serius.Amir mengangguk yakin. "Iya, beneran seratus persen, sayang.""Oke, baiklah."“Coba duduk di sini,” ujar Amir menepuk-nepuk kasur memberi kode Ina untuk berada di sampingn
Read more
39. Kembali Bertemu
Beberapa kebutuhan perlengkapan bayi, serta barang-barang yang lucu dan menarik perhatiannya hampir sebagian besar Ina sudah membeli. Ia juga berpesan, untuk barang belanjaannya dikirim ke alamat rumahnya. Saat sudah selesai melakukan transaksi dan berniat akan pulang ke rumah, pandangan matanya tidak sengaja menangkap sepasang sepatu berbulu mungil yang lucu dengan muka kucing di bagian ujung. Tangan Ina terulur berniat untuk mengambilnya, bersamaan dengan itu seseorang juga mengambil barang yang sama. “Eh.” Ina segera melepaskan tangannya dan beralih menatap seseorang di sampingnya. “Ambil sa—” ujarnya menggantung karena melihat sosok di sampingnya itu. “Eh ... hai, Na?” ujar orang itu menyapa Ina, menampilkan senyumannya. Ina mengerjap, tersenyum paksa. “Oh, hai.” Setelah mengatakan itu, Ina membalikkan badannya, melihat orang ini meskipun tidak sengaja membuat moodnya buruk. “Loh, Na. Mau ke mana?” tanyanya meraih pergelangan tangan Ina dan membuat langkahnya terhenti.Ina men
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status