Semua Bab Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan : Bab 41 - Bab 50
53 Bab
40. Kejenuhan Ina
Amir merasakan ada perbedaan pada diri Ina. Sudah hampir 7 tahun dirinya hidup bersama istrinya, tidak mungkin Amir salah menilai dan merasakan ada yang beda. Bahkan sikapnya juga sedikit sensitif. Apa hormon ibu hamil masih berlaku? Amir bermonolog dalam hati. Mungkin saja, ya."Mau ke mana, ai?" tanya Amir melihat istrinya sedang bersiap-siap dengan pakaiannya yang sudah rapi. "Ketemu sama temen-temen," balas Ina tanpa menatap ke arah Amir, masih fokus merapikan rambutnya. Amir menghembuskan napasnya pelan, mengangguk mengerti. Ini kedua kalinya, Ina pergi tanpa berbicara dulu padanya jika dia memiliki janji atau ingin pergi sekedar berjalan-jalan. Karena pasti Ina selalu izin dulu pada Amir dan mengatakan padanya ingin pergi, juga memberitahukan ke mana tujuannya. Awalnya Amir pikir Ina lupa, tapi kali ini Amir lagi yang harus bertanya terlebih dulu barulah istrinya itu akan memberitahukan. "Hati-hati, pulangnya jangan kemaleman," ujar Amir."Yaudah, aku pergi dulu," pamit Ina l
Baca selengkapnya
41. Siapa Pria Itu?
Amir menunggu Ina dari dalam kamar, ia duduk di kursi roda menghadap jendela. Seharian ini Ina masih berada di luar. Hujan juga turun sangat deras sejak sore hingga malam ini pun belum berhenti. Tentu saja membuatnya khawatir, apalagi istrinya itu juga tidak bisa dihubungi. Ponselnya mati. Ina hanya bilang padanya jika dia ingin pergi untuk mencari kebutuhan debay, itu saja. Selebihnya, Amir tidak tau. Hingga suara deru mobil membuat Amir melihat dari jendela. Ada mobil yang terparkir di depan rumahnya, tidak berselang lama seorang pria keluar dengan membawa sebuah payung, lalu disusul seorang wanita keluar dari mobil. Meskipun hanya terlihat samar, Amir tau betul jika wanita itu adalah Ina, istrinya. Hanya saja, siapa pria itu? Lalu di mana Pak Tomo dan kenapa Ina keluar bukan dari mobilnya? Pertanyaan itu muncul di benaknya.Begitu mereka sampai di depan rumah, terlihat keduanya sedang berbincang. Ina tertawa, entah lelucon apa yang dilontarkan pria di depannya sehingga membuat is
Baca selengkapnya
42. Niat Terselubung
Ah, Hilmi merasa bahagia. Haruskah ia merayakan keberhasilannya? Langkah demi langkah untuk menaklukkan hati dan mendapatkannya kembali, berhasil ia lalui. Sedikit lagi, dirinya mampu meluluhkan hati mantan kekasihnya itu. Hilmi tau betul jika semalam suami Ina melihat semuanya dari balik jendela. Maka dari itu, dirinya dengan sengaja mencium sekilas Ina. Wanita itu juga tidak mengelak karena saking terkejutnya. Bahkan sampai saat Hilmi berpamitan untuk pulang, Ina masih mematung di tempatnya. Katakan dirinya brengsek, karena memang begitulah dirinya sejak dulu. Bahkan Hilmi mengakui jika masih menyimpan perasaan untuk mantan kekasihnya itu. Karena dulu, saat berakhirnya hubungan mereka, semua terjadi karena terpaksa. Meskipun kesalahan awalnya adalah berasal dari dirinya sendiri melakukan hubungan yang lebih dalam bersama Mutiara, mantan istrinya. “Lo jadi, kan, mau buat gaun di Ina?” Hilmi bertanya pada Laras, adiknya. Laras mengalihkan pandangannya menatap kakaknya. “Lo kenapa
Baca selengkapnya
43. Satu Langkah Mendekat
Hari ini, Ina akan pergi ke butik. Bertemu dengan klien dan kliennya itu adalah adik Hilmi. Meskipun sebetulnya Ina tidak ingin memiliki hubungan dengan Hilmi dalam hal apa pun atau yang berhubungan dengan pria itu, tapi mau tidak mau Ina harus bersikap profesional. Apalagi sejak malam itu, berani-beraninya dia melakukan hal tidak senonoh. Mencium dirinya lalu pergi begitu saja di saat Ina masih diam membeku karena terkejut. Saat itu memang Ina mencoba untuk memaafkan semua hal yang sudah terjadi di masa lalu, tetapi bukan berarti pria itu berhak melakukan hal sesuka hati. Lagipula, se-keras apa pun Ina mencoba untuk menghindar dan mengusir pria itu dengan cara kasar sekalipun, nyatanya dia tetap pada pendiriannya untuk mengganggu. "Aku pergi dulu," ujar Ina berpamitan pada Amir. "Ke mana, ai?""Butik. Ada jadwal mau ketemu klien," balas Ina. "Oh, yaudah. Hati-hati, pulang jangan kemaleman.""Rencananya abis selese ketemu klien langsung pulang." Amir mengangguk mengerti, setelah b
Baca selengkapnya
44. Hubungan
Sebuah hubungan akan bertahan jika ada kepercayaan di dalamnya. Namun, jika salah satu di antara keduanya mengingkari kepercayaan itu. Apakah hubungan akan tetap bertahan atau justru kandas di tengah jalan?- author.*****Tawa Ina berderai mendengar lelucon dari pria di hadapannya, Hilmi. Ina tertawa karena pria dari masa lalu yang telah menyakitinya. Hanya dalam 1 jam, saat Ina memberikan kesempatan beberapa saat lalu, ia mampu memaafkannya. Ini memang tentang waktu dan sekeras usaha yang dilakukan. Namun, bukan berarti kita mampu membenarkan usaha Hilmi dalam merebut Ina kembali. Tentu saja itu sudah sangat jelas jika salah. Entah apa yang membuat Ina menjadi sedikit goyah dan tidak lagi membatasi jarak dengan Hilmi. Padahal awalnya, Ina sudah melakukan hal yang benar dengan menghindari pria itu. "Shella suka banget sama kado pilihan lo," ujar Hilmi. "Makasih ya, Na."Ina mengangguk tersenyum. "Sama-sama."Siang ini mereka sedang berada di kafe yang berada tidak jauh dari rumah In
Baca selengkapnya
45. Pergi Dari Rumah
Semalam, begitu istrinya pulang dan untuk pertama kalinya Amir berhadapan langsung dengan pria itu. Melihat dengan jelas bagaimana wajahnya. Tadi malam juga pertama kali, istrinya itu membawa pria selain keluarga masuk ke dalam rumah. Sebenarnya tidak masalah, hanya saja Amir merasakan ada hal janggal. Saat ditanya pun siapa pria itu, Ina hanya menjawab temannya. Namun, Amir merasa ada hal yang tidak biasa dari hubungan mereka meskipun masih bersifat abu. Mendengar sekilas juga Ina memanggil nama pria itu, nama yang sama seperti orang dari masa lalu istrinya. Cara mereka berinteraksi juga sudah seperti teman lama, sangat akrab. Saking akrabnya Amir sampai bingung bagaimana harus menilai dan membuatnya semakin memiliki pikiran yang tidak-tidak tentang istrinya. Apalagi pagi-pagi sekali, Amir sudah tidak mendapati Ina di rumah. Entah ke mana istrinya itu pergi, ia tidak tau. Saat Amir menanyakan keberadaan Ina pada art-nya pun, beliau juga tidak tau."Mas, ada tamu. Nyariin Mas Amir ka
Baca selengkapnya
46. Saat Kesetiaan Diuji
Ina mengendarai mobilnya sendiri tanpa sopir. Entah apa yang terjadi pada dirinya juga, pergi begitu saja meninggalkan Amir sendiri di rumah. Ina hanya merasa, ada yang salah dengan dirinya. Niatnya ia akan pergi ke rumah ibunya. Sudah lama juga dirinya tidak berkunjung. Namun, sebelum itu ia akan terlebih dulu bertemu dengan Hilmi di tempat biasa mereka bertemu. Ia turun dari mobil, saat masuk ke kafe pandangannya menangkap sosok Hilmi yang ternyata sudah datang. "Maaf nunggu lama," ujar Ina saat sudah duduk di hadapan Hilmi."Santai aja, gue juga baru nyampe.""Lo keliatan nggak baik-baik aja. Kenapa?" Lanjut Hilmi bertanya, saat melihat raut Ina yang memang terlihat tidak baik-baik saja. "Gue mau nyeraiin Amir," gumam Ina menjawab sedikit tidak yakin. Hilmi yang mendengar itu tentu terkejut. Sangat mendadak baginya, meskipun di sisi lain ia merasa senang. Karena dengan begitu, kesempatan untuk mendapatkan Ina sangat besar. "Mendadak banget, Na. Lo sama dia kenapa?" Ina menggele
Baca selengkapnya
47. Wejangan Ibu
Sebenarnya Asih tidak suka ikut campur mengurusi masalah rumah tangga putrinya, tetapi entah kenapa ia merasa hatinya resah dan firasat buruk telah terjadi. Apalagi melihat gerak-gerik Ina yang menurutnya sangat membuatnya curiga saat ditanyai perihal Amir, putrinya itu selalu menghindar. “Ibu nggak tau, apa yang lagi terjadi antara kamu sama Amir. Ibu juga nggak mau ikut campur, tapi ngeliat kamu yang menghindar setiap kali ibu menyinggung nama Amir, ngebuat ibu nggak bisa tinggal diam.”Ina diam, ia terkejut saat mendengar pernyataan ibunya yang secepat ini. Ina pikir, ia akan memberitahukan kepada Asih saat ia dan Amir resmi bercerai. Namun sepertinya, rencananya berubah dan ia harus mengatakan lebih cepat dari seharusnya. “Sebenernya apa yang terjadi antara kamu sama Amir?” tanya Asih to the point.Ina menarik napas dan menghembuskan perlahan, sebelum mengatakan semua kepada ibunya itu. “Ina sama Amir mau cerai.”Asih terlihat tenang, juga merasa tidak terkejut sedikit pun. Sepert
Baca selengkapnya
48. Diary Amir
Setelah bertemu Alia, Ina juga menyempatkan diri untuk bertemu Hilmi tadi. Karena ia berpikir jika semua yang sudah terjadi harus segera ia akhiri dan menjelaskannya pada Hilmi. Ketika Ina menjelaskan semuanya pada Hilmi, pria itu hanya diam. Lalu saat Ina berkata untuk mengakhiri semua, awalnya pria itu menolak. Hilmi merasa Ina tidak boleh melakukan itu dan meninggalkan dia. Hilmi juga berkata jika dia benar-benar mencintai Ina, akan membahagiakan Ina dan menganggap bayi yang ada di dalam kandungan Ina sebagai anaknya. Namun, Ina menegaskan kembali jika semuanya salah dan tidak seharusnya mereka melanjutkan hubungan salah itu. Lagipula, Ina juga kembali sadar jika Hilmi adalah pria beberapa tahun lalu yang juga pernah melukainya dengan berselingkuh dengan wanita yang menjadi mantan istri pria itu. Terkadang jika mengingat kejadian beberapa hari lalu membuat Ina merutuki dirinya, betapa bodohnya ia kemarin.Sekarang ia sedang berada di kamar Amir. Menyiapkan beberapa keperluan yang
Baca selengkapnya
49. I'm Sorry
Amir menatap sendu ke arah pintu, berharap jika seseorang yang begitu ia rindukan dan sangat ia nantikan kehadirannya datang, lalu memeluknya dengan hangat. Alainanya, ia sangat merindukan wanitanya. Untuk beberapa saat jauh dengan Ina, membuat hati Amir begitu tersiksa. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika mereka benar-benar bercerai. Karena itu artinya Amir akan jauh dari Ina. Ia tidak akan bisa lagi melihat wajah cantik dan berseri istrinya itu 24 jam. Ia juga tidak bisa melihat tumbuh kembang anaknya nanti dan tidak bisa menemani selama pertumbuhannya. Akan ada banyak hal yang akan Amir lewatkan, setelah mereka resmi bercerai. Sakit rasanya, hanya dengan membayangkannya saja. Sesekali juga Amir selalu menyalahkan dirinya perihal kelumpuhan yang terjadi. Menjadi pria tidak berguna membuatnya tidak berdaya. Ina yang meninggalkan, membuat Amir kecewa dengan diri sendiri. Andai saja ia tidak cacat, Ina pasti tidak akan meninggalkannya. Wanita itu tetap akan setia berada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status