All Chapters of Aku Suka Kamu, Tapi ....: Chapter 61 - Chapter 70
114 Chapters
Perasaan yang Dirasa
Ada paparazzi di depan restoran, Mbak. Hati-hati ya! Pesan itu terkirim pada Rayna. Namun, Adit sama sekali tak percaya jika memang hanya Rayna. Ia kemudian memanggil nomor tersebut dengan nomor lain dan menunggu. Ia Cukup lama samai nomor itu diangkat dan suara seorang wanita berkata, ‘halo’ yang segera dimatikannya.Cih!Adit berdecih kesal dan meletakan ponsel begitu saja di atas kursi tempat Sena tadi duduk. Ia tak mengerti kenapa Sena melibatkan diri terus-terusan dengan masalah Reno. Ia menyesal tidak melakukan sesuatu pada Reno saja. Menyingkirkan Reno seperti Endah. Hanya saja Adit tak bisa melakukan kesalahan yang sama seperti yang dilakukan pada Endah. Mengurus yang satu saja ia hampir-hampir kehilangan kewarasannya. Ia tak bisa bayangkan harus menambah daftar kasus dengan label yang sama.“Menyingkirkan, ya?” gumamnya pelan.Ia membanting stir saat berbelok di persimpangan t
Read more
Bantuan
Reno mendapat pesan dari Ratih, mamanya Sena. Ia agak terkejut ketika wanita yang melahirkan gadis yang dicintai itu menyuruhnya datang ke rumah. Terakhir kali pulang dari sana, ia menemukan Endah di dalam bagasi mobilnya. Hal paling aneh yang terjadi dalam hidupnya.Berdiri kembali di depan rumah Sena, membuat Reno merinding. Hal apa lagi yang akan terjadi pada dirinya. Reno mengisi paru-parunya penuh dengan oksigen sebelum keluar dari mobil dan berjalan ke pintu masik rumah.“Aku sudah menunggumu, Reno. Ayo masuk!” suruh Ratih.Wanita yang melahirkan Sena tu muncul di pintu dan matanya melirik curiga ke sekitar. Reno menelan ludah dan mengikuti Ratih masuk ke dalam rumah. Alih-alih duduk di ruang tamu, Reno digiring naik ke tangga. Seingatnya kamar Sena berada di lantai dua. Reno mulai bertanya-tanya apakah Ratih memulai sebuah kejutan untuk Sena saat ini.“Masuk sini!” Ratih membuka pintu kamar dan membiarkan Reno masuk lebih du
Read more
Mencari Alasan Tindakan Sena
“Jadi ada Reno di rumah Sena?”Monik menyesap teh hangat di dalam cangkir. Saat minuman berwarna coklat bening itu masuk ke dalam mulutnya, aroma manis melati menyebar dan membuatnya tenang segera. Dari atas cangkirnya Monik melihat Adit mengangguk pelan.“Lalu, apa yang kamu lakukan?” Monik meletakan cangkir miliknya di atas tatakan dan menunggu jawaban Adit dengan sabar.Adit menerawang, berusaha mengingat kembali apa yang dilakukannya tadi dan berdehem. “Seperti biasa, aku hanya mengantar Sena sampai depan pintu rumah. Mamanya masih belum menerimaku untuk masuk. Saat aku sampai di teras dan berkata akan menjemput Sena seperti biasa besok, Reno keluar dari dalam.”Monik menyeringai sedikit dan menegakkan punggungnya kembali. “Itu belum bisa menjadi alasan untuk kekhawatiranmu. Pertama, saat Reno ada di rumah Sena, dia bersamamu kan? Kedua … bisa jadi ada orang lain yang menghubungi Reno dan minta ke rumah
Read more
Tidak Harus Merasa Sendirian
Bagaimana aku bisa menjelaskan pada Reno alasannya? Sekali lagi Sena membuang napas.Ponselnya masih ada di tangan dan ia sama sekali tidak punya keinginan meletakan benda tersebut di atas meja. Jus jambu merah yang sempat di minta kepada ART belum juga tersentuh. Jus tersebut tidak lagi dingin karena sudah berada di atas meja sejak siang.“Se-na?”Panggilan ragu-ragu itu mampu membuat Sena menoleh dan pada akhirnya berdiri kaget. Karena tidak siap, ia membenturkan pinggangnya pada meja dan merasakan nyeri yang cukup membuat matanya berair.“Aku tidak mimpi,” gumam Sena tanpa sadar. Matanya mengerjap beberapa kali memastikan kalau memang yang dilihat nyata.Reno mendekati Sena segera, tetapi sebelum sempat mengapai gadis itu ke dalam pelukannya ia berhenti. Ia hanya bisa berdiri canggung di depan pintu, tak jauh dari tempat Sena duduk.“Aku mengkhawatirkanmu.”Karena suara
Read more
Fakta
Adit terengah-engah. Tangannya masih terkepal dan ia memandang Reno yang terlentang dan masih berusaha bergerak walau matanya sudah terpejam.“Setan! Sial!” umpatnya beberapa kali sambil melepaskan tendangan ke perut Reno tanpa rasa kasihan.Harusnya tidak seperti ini, tetapi Adit sama sekali tidak akan menyesal sudah mengubah Reno menjadi gumpalan daging. Saat akhirnya ia lelah menghajar Reno dengan kakinya, Adit menyadari harus menyembunyikan Reno sekarang. Ia tak mau tertangkap dan mendapatkan hukuman.Tangannya dengan gelisah saling bertaut di depan wajahnya saat Adit sedang berpikir. Di mana tempat yang bagus? Ia bertanya-tanya dalam hati.Bagian rumah yang lain pasti akan dikunjungi maminya saat pulang, maka hanya ada kamar tempat ia dan Endah dulu disekap. Mami tak akan masuk ke dalam sana. Mami benci tempat itu seperti membenci Papi.Sekuat tenaga, Adit menarik tubuh Reno. Ia tak perlu repot-repot untuk mengangkat pemud
Read more
Superior
Entah perasaan apa yang membawa Sena meminta Pak Sarmin untuk memutar mobilnya dari jalan besr menuju kediaman Reno. Selama perjalanan Sena sangat gelisah. Begitu melihat mobil Reno terparkir di depan rumah, ia mendadak menjadi lega.Hanya perasaanku saja, katanya menenangkan diri.“Anda baik-baik saja Non?” tanya Pak Sarmin.Senang yang masih sibuk melamun tersentak. Ia lekas menoleh pada Pak Sarmin yang menatap dari spion tengah. Pandangan lelaki tua yang sudah bekerja dengan senang selama setahun lebih itu terlihat khawatir.“Ya, Pak, semuanya baik-baik saja.” Sena tak tahu kenapa harus membohongi Pak Sarmin.Tak terasa, mereka sudah ada di kampus. Begitu mobil berhenti dan Pak Sarmin membantu Sena turun, lekas Adit menghampirinya.“Ke mana saja kamu?” tudingnya. Tatapan Adit seperti menguliti semua bentuk kebohongannya yang dilancarkan Sena.Sena merasakan udara di sekelilingnya menjadi
Read more
Reno Hilang
Kehebohan itu sudah dimulai dari kemarin, tetapi Sena baru tahu hari ini. Awalnya ia memang merasa sangat aneh dengan menghilangnya Mama dan Rayna diwaktu yang bersamaan. Akan tetapi, ia mengangap hal itu wajah karena mungkin saja mereka menghindari bertemu Adit.“Apa yang terjadi?” tanya Sena.Suaranya tengelam dalam tangisan Rayna. Ia mendekat untuk mendengar dengan lebih jelas apa yang terjadi. Saat ini ia merasa berada dalam masalah yang sama sekali tidak di sangka-sangka.“Aku pikir ia hanya mengurung diri seperti sebelumnya.” Kalimat Rayna terdengar, tetapi sama sekali tidak dimengerti Sena.“Tenanglah.” Dari tempat Sena berdiri ia melihat Mama mengurut punggung Rayna. “Tidak akan terjadi apa-apa.” Kata wanita yang sudah melahirkan Sena itu.“Aku mengetuk pintunya dan mengatakan akan pergi ke restoran. Aku juga meletakan makanan di depan kamarnya. Kupikir ia frustrasi karena sangat menyuka
Read more
Klue
Pikiran tentang Reno yang tidak ditemukan di rumahnya menyita waktu Sena. Ia berhasil terlihat biasa-biasa saja di depan kamera, tetapi tidak saat sendirian. Ia ingin tahu dan membantu. Apalagi kejadian menghilangnya Reno mengingatkannya pada Endah.“Jika kamu melamun seperti ini artinya masalahnya berat, kan?”Sena tersentak dan memaksakan diri tersenyum. Produsernya yang bernama Tora sudah duduk di sampingnya dan tersenyum hangat.“Mau minum, Om?” tanya Sena basa-basi. Ia bersiap memanggil Rayna yang berdiri di tepi lokasi dengan pengamatan yang tidak turun.“Tidak usah.” Tora menunjukkan botol air mineral yang masih tersisa tiga per empat bagian. “Sore kamu dijemput lagi, ya? Bisa kamu Om saja yang antar?”Tora terkenal sebagai orang yang ramah, tetapi ia tak pernah mencoba akrab dengan para pemain serialnya selain di lokasi dan di acara tertentu. Maka tak heran Sena memandang heran sekarang. Ia mu
Read more
Apa yang Kamu Sembunyikan Dariku
Adit tidak suka dengan kedatangan Sena yang tiba-tiba. Ia baru saja kesal dengan kata-kata Reno di belakang sana dan sekarang keberadaan Sena menganggunya.“Apa makannya enak?” tanyanya basa basi mengingat Sena tadi meninggalkan Adit dan lebih memilih pulang dengan Tora.Sena mengerjap dan mengangguk. Kesudahannya gadis cantik itu memperhatikan ruangan dengan hati-hati.Alarm dalam otak Adit berdering keras tiba-tiba. Ada sesuatu yang sedang dicari tahu Sena dan itu pasti cukup berbahaya untuk Adit. “Mau minum apa?” tanyanya lagi. Jika bisa, ia ingin menyeret Sena keluar dari rumah segera.“Air putih saja.” Sena tersenyum manis.Alarm yang tadi berdering semakin keras. Tidak! Adit menepis kecurigaan yang mulai merayap bagai laba-laba besar di suatu tempat dalam hati. Sampai saat ini Sena tidak tahu apa-apa dan akan terus seperti itu.Adit meninggalkan Sena dan berjalan ke dapurnya sendirian. Sebel
Read more
Lelucon
Itu memang Reno! Itu Reno! Sena berlari seperti orang yang dikejar kembali ke kamarnya. Napasnya memburu dan pikiran buruk terus-menerus mengejarnya.“Dari mana, Sena!”Sena membeku di tempat seketika. Ia tidak menyangka akan berpapasan dengan Adit di atas tangga. Apa yang harus dilakukannya kini. Kakinya serasa terpaku ke lantai.“Sena!” Adit menyentuh bahu Sena.Kali ini Sena yakin kakinya melayang beberapa senti dari lantai. Pelan ia berbalik dan memaksakan diri tersenyum. “Mmm … aku dari dapur,” alasannya.Padahal sejak tadi ia tak tahu ruangan saja yang dimasuki. Ia hanya berpikiran untuk menemukan Reno di manapun di dalam rumah Adit.Adit memandangnya lama dan Sena sama sekali tidak mengerti dengan arti tatapan itu. Tubuhnya mendadak seperti dibenamkan ke dalam air es dan menyisakan kepalanya saja.“Kenapa kamu tidak membangunkan aku?” tanya Adit. Ia meremas pelan b
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status