Semua Bab Perfect Brothers: Bab 31 - Bab 40
44 Bab
Perpisahan Dengan Awal Pertemuan
Cemburu adalah perasaan natural yang pernah muncul di setiap diri manusia. Memiliki rasa cemburu sesekali memang wajar, namun tidak baik jika dirasakan secara terus-menerus.Cemburu harus dibatasi dan rasa percaya harus ditingkatkan. Rasa cemburu bisa dirasakan semua orang dari berbagai usia, jenis kelamin, dan latar belakang.Kecemburuan sering dikaitkan dengan bukti cinta. Rasa cemburu bermula dari ketakukan saat orang yang kita dicintai berada dekat dengan lawan jenisnya, apalagi menurut Gwen, lawan jenisnya adalah saudarinya sendiri. "Ada apa denganku, kenapa aku merasa iri hati ketika Pak Raza dekat dengan kakakku sendiri?" Hati Gwen selalu bertanya-tanya dengan keadaan apa yang saat ini ia alami. Selama menyukai lelaki, Gwen tak pernah merasakan hal yang saat itu ia rasakan. "Nona, Tuan muda Wang meminta anda untuk datang kepadanya," kata Asisten Dishi dengan sopan. "Terima kasih." Senakal-nakalnya
Baca selengkapnya
Setelah Drama
Sesampainya di rumah, mereka sudah disambut oleh orang tuanya di teras. Rebecca bertanya-tanya, mengapa Gwen yang membawa koper milik Aisyah saat itu. Kesalahan Rebecca terulang lagi, ia langsung memeluk Aisyah dan menanyakan keadaannya, sedangkan ia masih memiliki putri yang lainnya."Aisyah, kamu kenapa? Seperti lemas dan tidak bertenaga, apa kamu sakit?" tanya Rebecca memeluk Aisyah."Assallamu'alaikum, Bu, Ayah." Aisyah menyalami kedua orang tuanya.Berbeda dengan sang istri, Yusuf langsung meminta koper Aisyah yang ada ditangan Gwen seraya menanyakan kabar kedua putrinya, mengapa pulangnya terlambat."Mi, aku anakmu juga. Kenapa yang ditanyai hanya Kak Aisyah? Kenapa Mami nggak bisa adil seperti Ayah, sih?  Kesel deh!" Gwen langsung masuk ke rumah dan berlari menuju kamarnya tanpa menyalami Ibunya lebih dulu.Aisyah dan Yusuf menatap Rebecca. Mereka juga menyayangkan sikap Rebecca tersebut. Mengingat Gwen memang selalu sensitif dengan Ibu
Baca selengkapnya
Dilamar Tiba-tiba
Malam setelah membahas liburan, Gwen dan Aisyah makan bersama di depan tv ruang tengah. Sambil mencari pekerjaan yang tepat, Gwen menanyakan kepada Yusuf tentang keluarganya yang di Korea. "Yang kamu tanyakan siapa? Paman Hamdan atau Paman Gu?" tanya Yusuf."Paman Gu lah, Yah. Dia seorang Presdir, bukan? Kali aja aku bisa bekerja di perusahaannya yang di Korea sana," ujar Gwen. "Mami tidak setuju kamu ke Korea. Kamu harus terusin bisnis Mami di Australia," sahut Rebecca dari dapur. "No! Please, i want to work somewhere else first. That's called effort, Mi!" tolak Gwen. "Bu, yang dikatakan Gwen ada benarnya. Biarkan dia bekerja di lain tempat dulu, jadi dia tau yang dinamakan usaha dari bawah." sahut Yusuf. Rebecca tetap kekeh meminta kepada putri bungsunya untuk meneruskan usahanya yang ada di Australia. Gwen menjadi marah dan masuk ke kamarnya. Yusuf meminta Aisyah untuk membujuk Ibunya, agar mau mengizinkan Gw
Baca selengkapnya
Anak Gadis Dibuat Bingung
"Mas, Mas ini serius ngelamar saya? Apakah artinya itu yang dikatakan Pak Raza sebelumnya?" Gwen masih saja tidak percaya."Iya, saya melamarmu. Setelah pulang dari Tiongkok, saya akan langsung datang melamar kamu juga ke keluargamu," Agam terlihat sangat serius dengan niatnya."Tunggu, maksudnya gimana, ya? Sebelumnya kalian belum pernah mengenal, 'kan? Dan kalian pun sampai saat ini tidak saling mengetahui nama satu sama lain, bukan?" sela Aisyah."Assalamu'alaikum, maaf saya menyela ketegangan ini," imbuh Aisyah masih bingung."Maksud kamu apa, ya? Tiba-tiba datang ngelamar perempuan yang belum pernah kamu kenal sedetikpun dan bahkan kamu juga belum pernah bertemu dengan perempuan ini, 'kan?Lalu, tiba-tiba ngelamar begitu saja. Apa maksud dan tujuan kamu?" timpal Raza.Agam seorang lelaki yang sangat baik. Dia memiliki 1 orang tua, yakni ibunya dan juga memiliki adik perempuan bernama Esti. Beberapa bulan lalu ibunya divonis mengidap penyakit ya
Baca selengkapnya
Asisten Handal
Sesampainya di kediaman nanti klasik milik Tuan Wang, mereka telah disambut baik oleh Nyonya kedua di keluarga itu. Nyonya kedua sangat ramah, tidak dengan Cindy dan anak perempuannya. Mereka memasang wajah masam yang membuat Gwen saja ingin menendangnya jauh-jauh."Dih, mukanya pengen ane tonjok! Terutama tuh emak anak satu, gitu amat wajahnya!" seru Gwen dalam hati. "Apa itu kedua adik Kakak? Tidak, akulah adiknya, siapa mereka? Mereka tidak ada bersama Kak Chen selama ini, jadi Kakak hanya milikku!" dengus Xia dalam hati. Tatapan Gwen dan Xia menandakan simbol peperangan batin diantara keduanya. Gwen sangat tidak menyukai keberadaan Xia, begitu juga dengan Xia yang membenci Gwen dan Aisyah.Tuan Wang dan Nyonya kedua menyambut mereka bertiga dengan ramah. Tuan Wang yang selama ini terkenal sekali dengan kekejamannya di dunia hitam, bahkan beliau mampu tersenyum kepada Gwen dan Aisyah. Usai berbagi kamar, istirahat sebentar, mer
Baca selengkapnya
Karma Itu Nyata
"Hey, mana permintaan maafmu! Kau yang menyebabkan kerusuhan ini, bukan?" sulut Gwen."Permintaan maaf apa? Untuk apa? Apakah aku berbuat salah? Tidak, 'kan?" sulit Xia. "Waanjer, lu--" "Gwen, apa sih? Bahasanya di jaga ngapa!" seru Aisyah sebelum Gwen mengumpat lebih buruk. Aisyah menyentil kepada Xia dengan sedikit keras. Sehingga membuat Xia hampir saja terjatuh. Gwen tertawa melihat pertahan Xia yang buruk. "Haha, di sentil gitu aja udah tumbang dia, Kak," tawa mengejek Gwen membuat Xia emosi. "Kalian bisa tidak bicara pakai bahasa yang aku pahami! Misalnya Inggris gitu, kenapa sih kalian ini kampungan sekali!" hina Xia. Aisyah yang biasanya bisa mengayomi anak-anak hingga remaja, kini malah seperti anak kecil yang sedang berebutan permen dengan Xia. "Asal kalian tau, Kak Chen hanya milikku! Kalian ini siapa? Datang-datang main ambil saja kakakku!" seru Xia dengan nada tinggi. 
Baca selengkapnya
Berbunga
"Kak,""Hm?""Kenapa Tuan Wang itu, dengan mudahnya menganggap kita sebagai putrinya? Sedangkan Xia kan memang putrinya, kenapa malah nggak dianggap?" tanya Gwen. "Sebaiknya kita jangan terlalu ikut campur dalam urusan keluarga ini. Jika memang Tuan Wang menganggap kita sebagai putrinya .. Ya sudah, nikmati saja," jawab Aisyah."Bersyukur karena kita di sini diterima dengan baik, oke? Sudahlah, jangan bertanya lagi dan cepat tidur. Bukanlah, besok pagi kau akan bertemu dengan calon suamimu, Gwen?" goda Aisyah. Gwen tersipu malu. Malam itu, ia juga menjelaskan perasaannya kepada Raza. Namun, seperti pengertian Aisyah saja selama ini. Raza hanya menyayangi Gwen seperti adiknya sendiri, begitu juga dengan Aisyah. Raza masih sibuk dengan urusan pribadinya dibandingkan dengan urusan hatinya. Jadi, Gwen memutuskan untuk mundur dan berusaha menerima Agam sebagai penghuni baru di hatinya. Aisyah sendiri tidak pernah melarang Gwen a
Baca selengkapnya
Bergetar
"Tuan, jika kita memiliki seorang putri seusia dokter Ais ini … pasti akan jauh lebih bahagia melihat pemandangan seperti ini, ya?" kata Nyonya kedua kepada Tuan Wang."Mari kita anggap jika adik dari putra kita sebagai putri kita sendiri, Sayang. Mereka bertiga adalah anak yang sangat manis. Cindy memang keterlaluan, dia membohongiku tentang status Chen dulu."Tuan Wang masih menyimpan dendam kepada Cindy karena pernah merahasiakan identitas Chen yang sebenarnya. Cindy tidak pernah mengatakan jika Chen adalah bayi yang ia culik dari mantan sang pujaan hatinya dulu. Tentu saja bagi Tuan Wang, itu adalah perbuatan tercela dan sulit untuk dimaafkan. Namun, melihat besarnya hati keluarga kandung putra angkatnya itu, membuat Tuan Wang mengurungkan niatnya untuk memiliki Chen seutuhnya. ___lMeninggalkan kisah kemanisan Aisyah dan Asisten Dishi yang mencuci piring bersama, di sisi Gwen dan Agam, mereka malah sedang berdiskusi masalah
Baca selengkapnya
Berharganya Anak Perempuan
Berjalan menelusuri Kota dengan menikmati pemandangan di sana. Banyak muda-mudi yang sedang memadu kasih juga di sana. Gwen sepertinya juga mulai menyukai Kota itu. "Hm, di sini banyak yang pacaran. Lihat fashion mereka, keren banget tau!" ujar Gwen mengamati beberapa perkumpulan gadis dengan badan yang bagus dan fashion yang menarik. "Iya, bagus untuk mereka. Tapi tidak bagus untuk mata saya. Ayo, sebaiknya kita cari makan terlebih dahulu. Ada hal yang harus kita bicarakan juga nantinya," tutur Agam. Ia begitu tak nyaman melihat para gadis memamerkan ketiak dan juga pahanya. Agam berusaha tetap tenang dengan keyakinannya. Menikah memang bukanlah hal yang mudah, namun dirinya yakin jika Gwen adalah jodohnya yang sudah Allah atur untuknya. Setelah sampai di restoran halal, Agam memberikan selembar kertas beserta pulpennya sekalian. Agam meminta Gwen untuk menulis apa yang ia inginkan setelah pernikahan nanti, lalu hal apa yang tak i
Baca selengkapnya
Double Date?
Bingung dengan apa yang hendak di masak, Aisyah mengusulkan makan mie sore hari itu. Asisten Dishi tak membiarkan Aisyah menyentuh peralatan dapur, dengan sigap dirinya yang hendak memasak untuk gadis yang ia cintai. Sudah selama 3 bulan, Asisten Dishi terus dibayangi oleh Aisyah. "Aku tidak tahu lagi. Ada apa denganku ini? Kenapa aku bisa sangat mencintai Aisyah, sedangkan aku tau jika dia adalah anak dari Tuanku sendiri." gumam Asisten Dishi masih mengaduk mie yang ia masak. Lima menit kemudian, mie rebus dengan topping irisan sayur telah siap. Tak luma telur rebus dua bagian juga ikut serta berenang dalam kuah mie rebus tersebut. Tidak lupa Asisten Dishi juga menyiapkan air dingin. "Tara, silahkan dokter manis. Hanya ini yang bisa dimasak cepat. Atau kamu mau makan nugget?" ujar Asisten Dishi perlahan menyodorkan mangkuk di depan Aisyah. "Ah tidak. Bersyukurlah bisa makan apa aja hari ini. Di luaran sana, masih banyak orang yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status