All Chapters of Sahabat Jadi Cinta, Why Not?: Chapter 11 - Chapter 20
32 Chapters
11
Nadira membalurkan sunblock ke seluruh bagian tubuh yang dapat dijangkaunya sebelum menggunakan pakaian yang sudah disiapkan sejak semalam. Tidak, Nadira tidak naked. Ia menggunakan tanktop dan celana pendek yang biasa ia pakai sebagai rangkapan. Ini memang masih pagi buta, tetapi Nadira sudah bersiap sejak tadi. Hari ini rencananya ia akan menghabiskan waktu dengan Josaphat. Dari pagi sampai nanti malam. Ya, istilah nge-date mungkin cocok untuk digunakan. Selesai meratakan
Read more
12
Rheyner merebahkan dirinya pada sofa panjang ruang tamu rumahnya. Ia merasa lelah, baik fisik maupun pikiran. Tangan kirinya ia gunakan sebagai bantalan sementara tangan kanannya ia letakkan di dahi. Mata Rheyner memang terpejam, tetapi ia tidak tidur. Indra pendengarnya menangkap langkah kaki memasuki rumahnya. Langkah kaki itu tidak terdengar lagi. Rheyner tahu ada yang berdiri beberapa langkah dari sofa tempatnya berbaring. Ia juga tahu kalau itu bukan mamanya, karena jika itu mamanya tidak mungkin hanya diam saja. Rheyner pun masih diam, ia enggan membuka mata.“Ehm, Mas .…” Rheyner hafal di luar kepala suara ini. Suara milik orang yang sudah bersamanya selama sekitar 13 tahun. Rheyner tak langsung menjawab.Akhirnya Rheyner berdeham sebagai jawaban. Posisinya masih sama, tidak berubah sedikit pun meski ia dapat merasakan bahwa Nadira ten
Read more
13
 “Nggak usah, Rheyn. Jo jemput aku, kok,” Nadira menolak tawaran Rheyner untuk mengajaknya berangkat bersama.Rheyner menarik kembali tangannya yang mengulurkan helm Nadira. “Oh, ya udah.”“Lagian punya pacar kok kerjaannya ngantarin cewek lain, sih.” Nadira terkekeh.“Lo ‘kan bukan cewek lain. Lo itu adik gue.” Rheyner menekankan kata adik.“Tapi ‘kan kita udah sama-sama punya pacar.” Nadira tersenyum manis.Pertama kalinya Rheyner tidak suka dengan senyuman Nadira. “Terus kenapa? Apa itu bisa dijadikan alasan untuk nggak saling peduli?”Nadira terperanjat. “Maksudku bukan gitu,
Read more
14
Sore ini Rheyner dan Panji masih harus latihan basket untuk persiapan turnamen yang sudah di depan mata. Rheyner dan Panji akan bermain untuk terakhir kalinya sebelum ‘pensiun’. Mereka berdua memang merupakan pemain andalan di tim basket SMA Bakti Bangsa. Setelah berlatih dan berdiskusi tentang strategi apa yang akan digunakan dalam turnamen, pelatih memberi waktu istirahat.  Rheyner menenggak minuman isotonik pemberian pacarnya. Panji yang duduk di sebelahnya melakukan hal yang sama, bedanya minuman yang ia minum bukan dari pacarnya. Teman satu tim mereka sudah menyebar di pinggir lapangan yang teduh. Bahkan ada yang dengan santainya tidur telentang bertelanjang dada. Sekitar lapangan basket memang sepi karena memang area olahraga terpisah dengan gedung pembelajaran. Arfa dan Erga berjalan ke arah Rheyner dan Panji. Rheyner menafsirkan mereka dari kanti
Read more
15
Rheyner menenggak kaleng coke-nya hingga tandas. Hal itu langsung mendapat decakan dari si Kembar, Damar dan Rama. Malam ini mereka sedang berkumpul di rumah—kamar—Rheyner, rutinitas setiap malam minggu. Akhir-akhir ini Rheyner terlihat lebih srampangan. Pintu balkon sudah dibuka sedari tadi. Pandangan Rheyner kerap kali mengarah keluar, ke seberang kamarnya. Hal tersebut tidak luput dari pengamatan si Kembar. Padahal pintu dan jendela balkon di seberang tertutup rapat. “Bro, lo ngapa, dah?” tanya Rama tidak tahan. “Gue?” Rheyner pura-pura tidak mengerti.
Read more
16
Hari ini adalah hari pertandingan terakhir Rheyner sebelum ‘pensiun’ dari jabatannya sebagai kapten tim basket SMA Bakti Bangsa. Rheyner keluar dari kamar dengan seragam basket kebanggan sekolahnya. Ketika akan menuruni tangga, mata hitamnya bertemu dengan sepasang mata bersorot lembut. Nadira Almira. Kedua sudut Rheyner terangkat. Ia mempercepat langkahnya menghampiri Nadira. “Vitamin kamu habis, ‘kan?” Nadira menyodorkan satu botol kaca berisi pil suplemen makanan. “Makasih.” Rheyner menerima dan mengacak rambut halus Nadira. “Harus menang, ya,” kata Nadira sembari menuruni tangga di rumah Rheyner. “Lo dateng, dong, biar gue semangat menangin pertandingan.” “Iya, ntar aku sama—”
Read more
17
Josaphat memarkirkan mobilnya asal di parkiran SMA Bakti Bangsa. Ia berlari kecil menuju bangunan utama Sbasa. Ia tidak tahu harus mencari ke mana sebenarnya. Ini pertama kalinya Josaphat masuk ke Sbasa. Di ujung koridor Josaphat melihat Rama, kembaran Damar—temannya. Ia tidak tahu bagaimana bisa Rama berada di sana. “Ram?” Josaphat menghampiri Rama. Rama menoleh dengan wajah kalut dan tangan memegang ponsel. “Hei, Jo! Lo udah ada clue ke mana Dira pergi?” Josaphat menggeleng. “Nggak sama sekali. Terakhir dia bilang mau nonton Rheyner tanding. Setelah itu dia nggak ada hubungin gue. Gue juga lagi sibuk latihan band.” “Tadi waktu Panji hubungin gue dan bilang kalau Dira hilang, gue
Read more
18
Sherin menatap Rheyner yang terlihat muram. Ini sudah hari kedua ia melihat penampakan Rheyner yang seperti itu. Sejak penculikan yang dialami Nadira tiga hari lalu, pacarnya itu berubah. Rheyner jadi pendiam dan bawah matanya terlihat menghitam. Dua tahun sekelas dengan Rheyner baru kali ini Sherin melihat Rheyner yang pendiam. Kemarin Sherin pun dibuat shock oleh Rheyner. Dua kali ia melihat Rheyner murka. Hari ketika Nadira menghilang dan kemarin ketika Rheyner kembali berhadapan dengan pelaku penculikan Nadira. Ketika menemukan Anita cs di gudang, Rheyner pasti memukul mereka kalau saja Sherin dan teman-teman Rheyner tidak datang. Lalu kemarin saat Anita cs, Rheyner, Sherin, dan Putri dipanggil ke ruang kepala sekolah.  Sherin bertanya dalam hati apakah Rheyner aka
Read more
19
Nadira melingkarkan tangannya ke lengan Josaphat dengan ragu. Wajahnya terasa panas. Seakan mengerti perasaan Nadira, Josaphat mengeratkan belitan tangan Nadira pada lengannya. Malam ini Josaphat merayakan ulang tahun yang kedelapan belas. Ia tidak merayakan besar-besaran, hanya mengundang beberapa teman dekat di salah satu kafe milik pamannya.Nadira tampak cantik dengan dress kasual berwarna putih yang panjangnya 5 senti di bawah lutut. Terlihat sangat anggun. Sementara Josaphat hanya mengenakan kaus berkerah berwarna biru gelap dan celana jeans hitam. Namun, keduanya terlihat serasi.Josaphat menarikkan kursi untuk Nadira duduk yang kontan saja mendapat suitan dari teman-temannya.“Cielah … udah berasa nonton film
Read more
20
Bima memasuki kamar Rheyner setelah mengetuk sekali. Bima dapat melihat Rheyner sedang duduk di meja belajar. Bukunya terlihat berantakan.“Nih, disuruh minum susu sama Mama.” Bima meletakkan segelas susu di atas meja yang terlihat lowong. Rheyner hanya melirik sekilas.Bima mundur dan merebahkan tubuh di ranjang. “Mas, ‘kan udah habis ujian semester kok masih belajar.”“Ya biar pintar, lah. Pakai nanya lagi.” Rheyner menjawab tak acuh. Rheyner bahkan tidak benar-benar menghiraukan keberadaan Bima.“Mas, Mbak Dira kok jarang ke sini ya?”“Hm.”“Udah jarang main b
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status