Semua Bab That Dragon is Mine (INDONESIA): Bab 21 - Bab 30
72 Bab
Who is He?
Taksi melaju di jalan raya yang cukup padat, tapi June dan Alarick sama-sama diam. Mereka larut dalam pemikiran mereka masing-masing. June melihat keluar jendela, berusaha memikirkan cara untuk kabur, tapi percuma dengan kondisi kakinya yang masih sakit, ia tidak mungkin bisa lari. June berdoa dalam hati, semoga saja laki-laki ini tidak berniat jahat padanya.Alarick mengemudikan mobilnya tanpa ragu, ia nampaknya benar-benar sudah tahu di mana tempat tinggal June. Lima belas menit kemudian, Alarick sudah memarkirkan mobilnya di lahan parkir apartemen June. Mata June membesar, ia benar-benar tidak menyangka Alarick tahu persis tempat tinggalnya.“Ayo, turunlah,” kata Alarick sambil membuka pintu mobil untuk June.June hanya terdiam menatap Alarick tanpa bisa berkata apapun.“Mau tetap di dalam taksi?” tanyanya lagi.June tetap diam. Bukan karena ia ingin diam di dalam mobil, tapi June tidak yakin ia punya pilihan. Diam di dal
Baca selengkapnya
Dangerous
“Di mana kamu menyimpan handuk bersih?” tanya Alarick.June hanya sanggup menunjuk ke arah laci-laci yang ia letakkan di depan kamar mandi. Alarick membawa baskom berisi es batu sambil menuju ke laci yang ditunjuk oleh June. Ia mengambil sebuah handuk bersih yang cukup lebar dan menyampirkannya ke bahunya yang bidang. Ia berjalan mendekati June, membuat June tanpa sadar beringsut hingga ke pojok sofa. Melihat itu, Alarick tertawa kecil sambil berjongkok di hadapan June. Ia sama sekali tidak terlihat berbahaya sekarang.Alarick mengambil kaki June yang bengkak lalu mulai mengompresnya dengan es batu. June meringis sebab rasa dinginnya membuat kakinya sedikit linu.“Di mana kamu menyimpan pisau?” tanya Alarick sambil tersenyum.“Hah? Untuk apa?” tanya June sambil berusaha menarik kembali kakinya dengan panik.Alarick malah tertawa terbahak-bahak.“Aku hanya bercanda, June. Kamu benar-benar mengira aku
Baca selengkapnya
Connection Between Us
“Kita harus bersama? Maaf Alarick, tapi aku tidak tertarik menjalin hubungan dengan siapapun sekarang,” jawab June. Namun jawaban June malah membuat Alarick tertawa lagi.“Kamu benar-benar lucu, June,” kata Alarick di sela tawanya. Ia hampir terbatuk-batuk karena tertawa.“Aku tidak mengerti yang kamu katakan,” jawab June.“Kamu memang tidak akan mengerti, June. Sekarang belum, tapi nanti kamu akan mengerti,” jawab Alarick.“Kamu wartawan?” selidik June tiba-tiba.“Bukan...” jawab Alarick.“Polisi?”“Bukan juga,” sahut Alarick lagi sambil menaikkan sebelah alisnya.“Lalu bagaimana kamu tahu kasus mengenai orangtuaku? Apa yang kamu ketahui soal mereka?” tanya June. Jika bukan wartawan, juga bukan polisi, lalu siapa lagi? Kasus orangtuanya sudah lama berlalu. Polisi mana yang mau mengoreknya lagi.“Hmmm... Aku
Baca selengkapnya
What do They Want?
“Kamu tidak akan percaya kalau aku ceritakan,” jawab Alarick.“Coba saja!” seru June sambil membelalakkan matanya.Alarick menghela napas pendek. Mau tidak mau, ia harus mulai menjelaskan pada June.“Itu panah para elves. Ada berbagai jenis elf yang masih hidup di jaman modern. Tapi yang ini, jelas bukan elf baik hati,” jawab Alarick.“Elves? Jadi sekarang elves ingin menangkapku?” tanya June sambil bertolak pinggang.“Entah menangkapmu atau langsung membunuhmu. Yang jelas, mereka tidak bisa melakukannya selama ada aku,” jawab Alarick.“Lalu apa kamu ini? Semacam vampir?” tanya June sambil mendengus dan setengah tertawa mengejek.“Kenapa kamu bisa mengira aku makhluk rendahan semacam mereka? Aku bukan makhluk penghisap darah. Lebih baik nyamuk dibandingkan mereka,” jawab Alarick sambil mendengus, jelas-jelas merasa tersinggung. Dari ekspresi wajahnya,
Baca selengkapnya
Have I Met You Before?
“Duduklah, June,” kata Drake lagi.Entah kenapa, June menurut. Ia kembali duduk di hadapan Drake, tapi seketika ia tidak tahu harus berbuat apa. Wajah June sedikit terasa memanas dan jantungnya berdegup terlalu kencang hingga June merasa sedikit sesak. Ini memalukan! Seru June dalam hati. Namun, otak dan tubuhnya kini berjalan tidak selaras.Karena June diam saja, Drake berinisiatif membuka kantung makanannya. Drake mengeluarkan dua buah kotak makanan chinese food yang ia beli dalam perjalanan ke apartemen June.“Kuharap kamu suka dumpling,” katanya.June mengangguk, padahal sebenarnya ia tidak pernah suka dumpling. Shit! Sebenarnya Drake itu memiliki pesona apa hingga June tidak berdaya seperti ini dibuatnya. June harus menyadarkan dirinya sendiri kalau ia ingin membalaskan dendam pada Drake, tapi kenapa setiap berhadapan dengannya, June malah seperti ini?Drake menyodorkan satu kotak makanan ke hadapan June, isinya chinese
Baca selengkapnya
Recalling
“Aku sudah siap pergi bekerja,” kata June, mengabaikan tatapan mata Drake yang sulit ia artikan.“Baiklah,” jawab Drake sambil berdiri.Ia kemudian memberi isyarat agar June berjalan mendahuluinya menuju ke pintu keluar. Drake tidak mengatakan apapun hingga mereka berada di dalam mobil milik Drake menuju ke kantor. June bersikap pura-pura tidak tahu, meskipun ia bisa merasakan ada yang aneh dari Drake. Sikapnya diam, tetapi tatapan matanya menyelidik, entah apa yang ia pikirkan sebenarnya. June berpikir mungkin Drake masih marah setelah June tanpa sengaja menyemburkan air ke wajahnya. June juga diam saja, berusaha bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.Perjalanan ke kantor menjadi perjalanan paling sepi yang pernah June alami. Drake bahkan tidak menyalakan musik untuk mengenyahkan keheningan. Saat Drake memarkirkan mobilnya di basement gedung kantor, June menghela napas lega tanpa ia sadari. Ia turun dari mobil lalu tanpa disuruh ia langs
Baca selengkapnya
Met Each Other
Selama jam kerja, Drake tidak menyinggung kembali tentang apa yang terjadi hingga akhirnya jam kerja telah selesai.“Aku akan mengantarmu pulang,” kata Drake.“Tidak perlu. Saya bisa pulang sendiri,” jawab June sambil membawa tasnya.“June...”“Kebetulan mobil saya masih ada di parkiran kantor, saya akan bawa pulang hari ini. Terima kasih untuk perhatian Anda, Mr. Burton. Selamat malam,” kata June lagi. Ia kemudian melenggang pergi sebelum Drake sempat mengatakan apapun.June tidak peduli lagi, setelah ini ia akan mencari cara untuk segera bisa mengundurkan diri dari kantor. June tidak tahan lagi. Drake akan terus menekannya, sementara karyawan yang lain sudah memandangnya sebelah mata. Bahkan saat makan siang, June hanya bisa makan sendirian. Tidak ada yang mau dekat dengannya.June cepat-cepat masuk ke dalam mobilnya, memanaskan mesinnya sebentar, lalu melaju pergi. June merasa sudah amat lel
Baca selengkapnya
She's My Mate
“Aku kemari bukan sebagai bos, aku kemari sebagai diriku sendiri,” jawab Drake.Tatapan matanya membuat June bergidik, begitu pula dengan tatapan mata Alarick. Pria bermata abu-abu yang biasanya ramah itu kini terlihat sama mengerikannya.“Kalian berdua, tenanglah. Ini tempat tinggalku. Aku yang menentukan siapa yang boleh datang, siapa yang tidak. Mengerti?” tanya June akhirnya. Kedua pria itu menatap June, kemudian saling melirik dengan tatapan sinis satu sama lain.“Aku lebih dulu di sini, lagipula aku punya hal penting denganmu. Ya kan, June?” tanya Alarick.“Aku juga punya hal penting yang harus aku bicarakan dengan June,” kata Drake tak mau kalah.“Kamu bisa membicarakan itu lain kali,” sahut Alarick, membuat Drake melebarkan matanya.“Alarick, Drake, aku sedang amat lelah. Aku tidak ingin bicara dengan siapapun. Sekarang kalian berdua, pulanglah,” jawab June.
Baca selengkapnya
The Attack
June mundur selangkah. Meskipun ia tidak bisa melihat apapun dalam kegelapan, tetapi ia bisa merasakan ada seseorang di dalam kegelapan. Kini, June bahkan bisa mendengar langkah kakinya mendekat ke arah June.“Si-siapa di sana?” tanya June dengan suara pelan dan bergetar.Kini June bisa mendengar suara seseorang tertawa. Tidak jelas suara perempuan atau laki-laki, tapi June hampir yakin bahwa itu suara laki-laki. June gemetar, bulu kuduknya berdiri. Apakah ada hantu di apartemennya? June tidak yakin, tapi ini mengerikan. June terus melangkah mundur setiap ia mendengar bunyi langkah kaki mendekat.“Jangan berani mendekat,” kata June sambil mencoba meraih benda apapun yang ada di sekitarnya. Ia menemukan vas bunga dan ia pun langsung menodongkannya ke depan, seolah-olah vas bunga itu adalah senjata. Napas June mulai tersengal seiring dengan detak jantungnya yang berdebar kencang. Entah apa yang ada di hadapannya itu.“June... J
Baca selengkapnya
The Hurt
June terbangun karena perutnya terasa amat lapar. Tubuhnya terasa amat lemas dan kepalanya pening. Ia hampir lupa apa yang baru saja terjadi, tetapi saat ia membuka mata, June baru teringat apa yang baru saja terjadi. Bukan hanya itu, ia baru menyadari Drake sedang duduk di kursi samping tempat tidurnya sambil menatapnya lekat.“Sudah sadar?” tanya Drake.“Kamu masih berada di sini?” tanya June.June melirik jam alarm yang ia letakkan di nakas, pukul sebelas malam. Tubuh June terasa masih lemas. Saat ia mencoba bangkit, June baru menyadari kalau keningnya dikompres dengan handuk kecil basah. Di atas karpetnya ada sebuah wadah plastik berisi air dan bosnya itu sudah melepas jas dan melipat lengan kemejanya hingga sebatas siku.“Kamu demam,” kata Drake.June berusaha mengingat-ingat. Barusan rasanya seperti mimpi, tapi dalam mimpi itu Drake juga hadir. Kenapa Drake ada di kamarnya saat ini?“A-aku meng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status