All Chapters of Hot Mother: Chapter 61 - Chapter 70
140 Chapters
61. Berusaha Melepaskan
Detik terus berlalu berganti jam. Hari terus berlalu berganti minggu. Pria yang hidupnya hampir dihabiskan untuk mencari Sofia, masih belum mendapatkan informasi apa pun, sama sekali.Arnold mengetuk-ngetuk meja kerjanya. Pekerjaan yang menumpuk beberapa hari ini, membuat tubuhnya terasa begitu penat. Tak hanya itu, pikirannya jauh lebih lelah.Angan pria itu menerawang entah ke mana. Wajah anak laki-laki yang beberapa minggu lalu ditemui, masih melekat kuat dalam benaknya.Kadang kala, Arnold tersenyum sendiri jika mengingat tentang anak laki-laki itu. Wajahnya yang terlihat begitu tampan, dan sangat menggemaskan, mengingatkan pria itu akan masa kecilnya, yang selalu dipuji karena ketampanannya. Arnold sampai lupa jika dia tidak pernah menyukai anak kecil.Suara ketukan pintu membuat pria itu tersadar. Arnold sedikit membenarkan posisi duduknya. Memperbaiki lengan kemeja yang tadi dia gulung.“Masuk!”Arzan membuka pintu. Pria i
Read more
62. Jatuh Cinta
Gemerlap lampu yang menyilaukan mata, suara musik yang berdentum dengan sangat kencang, tidak menyurutkan keinginan seorang pria yang sedang duduk di meja bar. Meneguk setiap gelas kecil berisi wine yang ada di hadapannya.Arnold, kembali mendatangi tempat yang sudah lama tidak dia kunjungi. Tempat di mana dia bertemu dengan Sofia pertama kali.Merasa frustrasi dengan nasihat yang diberikan Arzan, pria berdarah Belanda itu ingin kembali mencoba hal yang selama ini dia tinggalkan.Banyak wanita yang berkali-kali mendatanginya. Siapa yang tidak mengenal Arnold Danique? Sang petualang wanita yang pernah begitu terkenal di masanya. Sang petualang wanita yang hilang semenjak lima tahun terakhir.Namun, Arnold sama sekali tidak memedulikan para wanita yang datang. Dia hanya ingin minum, dan melupakan Sofia seperti saran Arzan.“Shit! Ternyata para jalang ini masih mengenalku,” umpat Arnold setengah berbisik.Pria itu merasa sedikit ris
Read more
63. Minta Cucu
Nicholas kembali menginjakkan kaki di kediaman keluarga Luciano. Sudah cukup lama, dia tidak pulang ke rumah itu. Terhitung sejak kembalinya Sofia ke Indonesia.Nicholas memang sedikit malas untuk terlalu sering pulang ke rumah, hanya bertukar kabar melalui ponsel sudah cukup baginya. Mungkin karena Nicholas sudah terbiasa hidup tanpa kedua orang tua sejak remaja.Banyak pelayan yang masih saja menatap kagum tuan muda mereka. Meski mereka sudah beberapa kali melihat langsung rupa Nicholas. Wajah Nicholas yang begitu tampan, membuat siapa pun yang melihatnya langsung terpesona. Ya, dan itu memang benar adanya.Nicholas berjalan menuju ruang keluarga. Di jam seperti ini, biasanya keluarga Luciano sedang berkumpul di sana.Pria itu menyunggingkan bibir, ketika melihat seluruh keluarganya sedang duduk di dalam sana. Dia selalu benar, bukan? Meskipun tidak tinggal serumah, tetapi dia hafal bagaimana kebiasaan keluarga besarnya.“Mom, Dad!” s
Read more
64. Sakit Hati Grace
Di sisi lain, Grace membantu Arnold turun dari dalam mobil. Membantu pria itu berjalan dengan susah payah karena tubuhnya yang terlalu besar bagi Grace.“Kau sangat berat, Ar,” keluh Grace. Dia terpaksa meminta bantuan petugas keamanan apartemen tempat Arnold tinggal.Wanita itu tidak sanggup jika harus memapah Arnold sampai ke atas......“Terima kasih, Pak.” Grace memberikan sejumlah uang sebagai tanda terima kasih. Wanita itu memang senang membantu siap pun, terlepas dari gaya hidup yang terkesan suka berfoya-foya.“Terima kasih juga, Nona” Petugad keamanan itu menerima sejumlah uang yang diberikan Grace, dengan hati yang begitu senang. Ternyata, ini adalah jalan rezeki yang dia pinta sejak tadi.Setelah kepergian petugas keamanan itu, Grace membantu membaringkan Arnold di atas sofa. Matanya menatap sekeliling apartemen yang sudah lama tidak dia kunjungi. Keadaannya masih
Read more
65. Wanita yang Cocok
Sofia melambaikan tangan kepada El, tepat di depan gerbang sekolah anak itu. Sofia bersyukur karena anaknya dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan baru.“Hati-hati, El. Jangan nakal dengan teman-teman barumu,” pesan Sofia sebelum El benar-benar berlalu.Dari jarak beberapa meter El dapat mendengar perkataan ibunya. Anak itu mengangguk mengerti, lantas segera berlari masuk ke dalam.“Huh, aku harus segera pergi.” Sofia segera berlalu dari sana. Masih ada sedikit lagi pekerjaan yang harus dia selesaikan......Pekerjaan di kafe Sofia hampir rampung. Tempat itu kembali disulap oleh tangan Sofia menjadi tempat yang begitu nyaman. Sebuah kafe dengan gaya anak muda, yang memang sedang banyak diminati saat ini.Kondisi bangunan yang masih bagus, membuat Sofia tidak perlu terlalu banyak menghabiskan biaya untuk merenovasi. Waktu yang dibutuhkan juga tidak terlalu banyak, dan dia merasa sen
Read more
66. Belum Siap
“Ini kantor Nicholas, bukan?” tanya Sofia setelah melihat nama The Luciano's pada gedung mewah di hadapannya. Dia heran kenapa Kenzo membawanya ke kantor pria berdarah Italia itu.“Ya, kau benar.” Kenzo melepas sabuk pengaman yang dia kenakan.“Kenapa dia memintaku datang ke sini? Kita bisa makan siang di luar saja.” Sofia merasa enggan untuk turun. Wanita itu belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di kantor Nicholas, dan itu membuatnya sedikit canggung.“Dia sedang merasa tidak enak badan. Bukankah, Nicholas sudah memberitahumu di telepon tadi?” Kenzo memang diminta langsung oleh Nicholas untuk membawa Sofia ke kantornya.“Aku pikir dia tidak serius.” Sofia ikut melepaskan sabuk pengaman yang dia kenakan. Ternyata Nicholas tidak sedang membohonginya.“Ayo! Aku akan mengantarkanmu.”Sofia mengangguk.Wanita yang memakai dress berwarna putih gading itu melangka
Read more
67. Kekacauan Keluarga Danique
El melambaikan tangan dengan wajah berbinar ke arah Nicholas. Ya, akhirnya anak laki-laki itu dapat merasakan hal dialami anak-anak lain.Diantar sekolah oleh orang tua mereka, yang dulu hanyalah bayangan semu. Namun, kini semuanya menjadi nyata. Meskipun, El kerap diantar jemput oleh Nicholas, tetapi kali ini rasanya berbeda.“Boy, kau ingin punya daddy?” Nicholas bertanya sembari menatap jalanan di depan.El tampak bingung untuk sesaat. “Bukankah Dad, sudah menjadi daddy bagiku?”Nicholas mengangguk dengan tersenyum lebar. Bukan itu maksud dari pertanyaannya.“Maksud Dad, daddy yang tinggal satu rumah denganmu dan juga mommy.”El kembali terdiam. Anak itu tampak memikirkan beberapa hal. Benar juga, selama beberapa tahun ini Nicholas memang tidak tinggal bersama dia dan Sofia.“Dad, kau ingin tinggal di rumah kami?” El kembali bertanya. Anak itu benar-benar tidak mengerti dengan maksud
Read more
68. Arzan
Tidak ada yang tahu perihal kehidupan seseorang, tentang apa yang akan terjadi di depan nanti. Sesungguhnya, manusia hanya bisa berencana semata. Bukankah ini suatu pepatah yang tepat untuk menggambarkan keadaan seseorang, saat ini?Ettan duduk di dalam ruang kerjanya sembari melamun. Apa tindakannya kali ini tepat?“Tuan.”Etta terperanjat ketika mendengar suara Aldi yang tiba-tiba saja sudah ada di dalam ruangannya.“Kenapa kau membuatku kaget?” Pria yang memiliki kulit sedikit gelap itu tampak mengelus dada berkali-kali.Aldi tersenyum kaku. Dia sudah beberapa kali memanggil Ettan, tetapi pria itu bergeming. Sebenarnya entah apa yang sedang dipikirkan oleh Ettan sehingga pria itu tidak mendengarnya sama sekali.“Anda baik-baik saja, Tuan?” tanya Aldi setelah merasa Ettan benar-benar tidak menyadari kehadirannya tadi.Ettan mengusap kasar wajahnya. Pria itu benar-benar merasa bimbang. Apakah kali
Read more
69. Cinta dan Amarah
Masalah yang sempat menimpa perusahaan Danique Corp's, saat ini sudah teratasi dengan baik. Para investor yang akan lari, sudah kembali karena upaya Arzan di dalam rapat hari itu.Melihat hal itu, Arnold semakin bangga dengan kerja keras Arzan, begitu juga dengan anggota keluarga Danique yang lain.Setelah serangan jantung yang membuat Tuan Danique tidak sadarkan diri untuk beberapa hari, kini perlahan keadaan pria paru baya itu mulai membaik. Semua tidak lepas dari dukungan keluarga Danique sendiri.Hubungan Sofia dengan Nicholas juga perlahan semakin erat. Wanita yang pada awalnya belum yakin sama sekali akan Nicholas, kini perlahan mulai memercayai cinta dari pria bermata biru tersebut.Tak dipungkiri, siapa yang mampu menolak jika diperlakukan begitu manis. Ya, Nicholas memang pria penuh cinta yang selalu menunjukkan perasaan yang selama ini dia miliki.“Kau lelah?” Nicholas memerhatikan wajah lesu Sofia.Kafe yang dibangun S
Read more
70. Obsesi dan Cinta
“Huh.” Sofia menyandarkan tubuhnya ke sofa. Ini adalah akhir pekan yang sangat melelahkan bagi tubuh mungilnya.“Kau terlihat begitu kelelahan, Sayang.” Nicholas muncul dari balik pintu. Dia baru saja meletakkan El yang sudah tertidur di dalam kamar.Sofia mengangguk membenarkan perkataan Nicholas.“Kau mau minum?” tanya Nicholas. Pria itu masih berdiri dengan menatap lekat wajah Sofia.“Boleh,” jawab Sofia singkat.Nicholas tersenyum kecil lalu berjalan menuju dapur.Akhir pekan kali ini Nicholas mengajak Sofia dan El menghabiskan banyak waktu bersama. Pria Italia itu mengajak Sofia dan juga El berjalan-jalan ke pantai. Bahkan, hampir tengah malam mereka baru sampai di apartemen Nicholas.Nicholas sengaja mengajak mereka mengunjungi pantai. Selain udara yang lebih segar dari pada di ibukota, pria itu juga ingin memiliki waktu yang lebih intim. Serta jauh dari pusat keramaian.Nic
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status