Semua Bab Hot Mother: Bab 81 - Bab 90
140 Bab
81. Bertemu
Di sinilah Sofia berada. Wanita itu terlihat berkali-kali meremat tangannya sendiri. Berusaha menghalau rasa gugup yang sejak tadi tidak bisa hilang.Nicholas menoleh. Menatap wanita yang sangat dicintainya itu, dengan tersenyum lembut. Diraihnya tangan Sofia yang terasa begitu dingin.“Kau gugup, Sayang?” tanya Nicholas seraya mengusap lembut tangan Sofia.Sofia menunduk. Wanita itu sama sekali tidak berani menatap wajah Nicholas. Padahal mereka masih berada di dalam mobil, tepat di depan rumah keluarga Nicholas.“Hei, kemari lihat aku!” Nicholas meraih dagu Sofia agar wanita itu menatapnya.“Aku takut.” Akhirnya bibir tebal milik Sofia berbunyi setelah cukup lama diam.Nicholas tersenyum. Dia paham dengan perasaan yang kini dialami oleh Sofia. Pria itu mendekatkan wajahnya. Menyingkirkan beberapa anak rambut yang memang dibiarkan oleh sang empu, tergerai begitu saja.Satu kecupan lembut mendarat d
Baca selengkapnya
82. Sebuah Mimpi
Arnold kembali mengelilingi kota pada malam hari. Tidak ada yang dapat pria itu lakukan di saat dilanda sepi seperti saat ini.Jiwa itu telah lama merasakan kesendirian tanpa ujung. Bahkan, Arnold sama sekali tidak tahu tempat seperti apa yang harus dia kunjungi. Tempat di mana yang harus di datangi, dan siapa yang akan menjadi obat kegundahannya.Sejak kejadian beberapa hari lalu, Arnold semakin enggan berdekatan atau berbicara kepada siapa pun. Dengan Arzan sekali pun. Pria itu hanya ingin menghabiskan hari-harinya, tanpa gangguan dari siapa pun.Arnold melajukan mobil miliknya menuju taman kota. Dia ingin sedikit menghirup udara segar di malam hari.Sesampainya di taman kota, Arnold turun dari dalam mobil. Pria itu bersandar pada badan mobil, seraya menatap beberapa orang yang berlalu lalang di hadapannya.Taman kota memang terlihat begitu ramai di malam hari. Banyak orang berpegangan tangan sembari berjalan dengan tersenyum manis.Secerc
Baca selengkapnya
83. Keluarga Nicholas
Sofia duduk dengan tersenyum kecil. Degup jantung wanita itu masih berdetak kencang tidak karuan. Bukan lagi karena gugup bertemu dengan Nicholas, tetapi karena kehadiran Alicia.“Mom,” panggil Nicholas kepada ibunya, yang sejak tadi hanya memandang Sofia dengan senyum penuh arti.“Eh, iya. Maafkan Mommy, Sayang.” Wanita paru baya itu menoleh, melihat ke arah suaminya.Sofia hanya bisa membalas dengan senyuman. Dia merasa canggung dengan situasi seperti ini. Situasi yang belum pernah dia hadapi.Sementara, Alicia masih duduk terdiam. Menatap Sofia dengan banyak pertanyaan. Ingin rasanya sejak tadi dia memberondong Sofia, tetapi Nicholas tidak mungkin membiarkan hal tersebut.“Siapa namamu, Sayang?”“Sofia, Mom. Aku sudah memberi tahu tadi, kan.” Nicholas menggeleng pelan. Pertanyaan macam apa itu.“Bukan kau, yang Mommy tanya!”“Sofia, Tante.” Sofia terseny
Baca selengkapnya
84. Batas Kebimbangan
“Nicholas!” panggil Tuan Luciano kepada putra sulungnya tersebut.Nicholas menghela napas panjang. Dia sudah menduga bahwa kedua orang tuanya pasti akan bertanya lebih banyak dari perkiraan.“Dia wanita yang kau pilih, Sayang?” tanya Nyonya Elina begitu lembut. Dia suka dengan kepribadian Sofia yang menurutnya baik, dan sedikit pendiam.Nicholas mengangguk. “Dia wanita yang baik, Mom.”Nyonya Elina dan Tuan Luciano mengangguk mengerti. Ada senyuman yang terukir jelas di wajah kedua paru baya itu.Siapa yang tidak bahagia. Ketika mereka merasa bahwa Nicholas mungkin saja tidak menyukai seorang gadis, pria itu datang dengan membawa seorang gadis ke rumah mereka.“Jadi bagaimana latar belakang keluarganya?” tanya Nyonya Elina antusias. Dia tidak perlu menantu dari keluarga kaya raya, asal keluarga itu baik, Nyonya Elina sama sekali tidak akan mempermasalahkan hal seperti itu.“Mom,&rd
Baca selengkapnya
85. Terungkap
Kenzo berjalan dengan sedikit malas ketika mendengar suara bel yang tidak berhenti.“Sebenarnya siapa yang memiliki janji dengan Nic!” Pria Italia itu sedikit mengumpat kesal.Saat ini dia berada di apartemen Nicholas, bersama dengan El. Anak laki-laki itu baru saja terlelap, dan sampai saat ini juga Nicholas dan Sofia belum kembali.Dengan rasa kesal karena mendengar suara bel yang terus berbunyi, Kenzo membuka pintu dengan sedikit kasar.“Kenapa kau tidak bisa bersabar sedikit!” tukas Kenzo tanpa melihat siapa yang datang.“Jo!”“Di mana Nic?”Kenzo sedikit terkejut melihat kedatangan Jovita malam-malam seperti ini. Sejak kejadian beberapa waktu lalu, dia dan Nicholas memang tidak pernah lagi bertemu dengan Jovita.“Untuk apa kau mencarinya?” Wajah Kenzo terlihat begitu sinis. Dia adalah pria yang tidak suka berkata-kata manis jika memang tidak menyukai seseorang.
Baca selengkapnya
86. Penolakan
Nicholas duduk dengan perasaan gundah. Haruskah dia menceritakan segalanya tentang Sofia saat ini?Dilihatnya wanita bertubuh mungil yang kini serang tertawa bahagia, bersama ibu dan adiknya.Bibir Nicholas tersungging, jarang-jarang dia bisa melihat tawa Sofia seperti ini. Sebuah kejadian langka yang akan terus terekam dalam memori ingatannya.“Nic, bisa kita bicara?” Tiba-tiba saja suara Tuan Luciano membuat Nicholas sedikit terperanjat.“Apa sangat penting, Dad?”Tuan Luciano hanya tersenyum. Pria paru baya itu segera bangkit dan berjalan meninggalkan Nicholas, dan yang lain menuju ruang kerjanya.“Mau ke mana daddymu?” tanya Nyonya Elina heran.Nicholas terdiam. “Aku akan menyusul dad dulu.” Pria itu segera bangkit untuk segera menyusul ayahnya.***Kini Nicholas duduk dengan perasaan yang tak menentu di depan kedua orang tuanya. Meninggalkan Sofia dan Alicia yang masih
Baca selengkapnya
87. Pertemuan Tak Terduga
Pagi-pagi sekali Arnold sudah berada di depan kafe, tempat di mana dia melihat Sofia beberapa hari lalu. Entah apa yang pikirkan, Arnold hanya berpikir bahwa mungkin saja dia bisa bertemu dengan Sofia di sini.Dari dalam mobilnya, Arnold melihat dua orang gadis yang sedang membersihkan kafe itu. Belum banyak pengunjung yang datang karena ini memang masih sangat pagi.Namun, itu tidak berlaku bagi Arnold. Pria itu tidak bisa tidur dari semalam. Pikirannya selalu melayang memikirkan Sofia. Bahkan beberapa hari ini pikirannya benar-benar kalut, hanya ada Sofia saja.Di sisi lain.Sofia memaksakan senyumnya ketika melambaikan tangan ke arah El. Setelah melihat El sudah masuk ke dalam, wanita itu bergegas pergi dari sana.Kini tujuannya bukan kafe atau rumah. Sofia hanya ingin menghabiskan waktu seorang diri di tempat ternyaman.Kejadian kemarin malam masih melekat kuat dalam benaknya, dan sejak kemarin juga dia belum berani bertemu dengan Nichol
Baca selengkapnya
88. Rencana Jovita
Jovita berkali-kali menyesap cangkir kopi miliknya. Entah sudah berapa lama dia duduk di kafe ini, menunggu kedatangan seseorang yang sudah cukup terlambat.Wanita itu sedikit menggeram kesal. Tidak seharusnya dia diperlakukan seperti saat ini.“Oh, ayolah, Jo. Kau hanya perlu bersabar sebentar lagi jika memang ingin mendapatkan apa yang kau mau,” ingat wanita itu pada dirinya sendiri.Tak lama setelah itu, bibir Jovita mengembang sempurna ketika melihat siapa yang datang dari balik pintu masuk.“Nona Jovita.”Jovita mengangguk. Wajah wanita itu terlihat begitu antusias.“Bagaimana?” tanya Jovita tidak sabar.Pria bertubuh sedikit gempal itu tersenyum, nyaris tertawa kecil. Dia segera duduk di hadapan Jovita meski tidak diminta sekali pun.“Tentu saja beres. Bukankah aku sudah bilang jika hanya masalah seperti ini, itu tidak sulit.” Pria di hadapan Jovita itu tertawa kecil. Wajahn
Baca selengkapnya
89. Bertemu Teman Lama
“Sofia!” panggil seorang pria kepada wanita bertubuh mungil yang sedang berjalan.Sofia menoleh. Wanita terlihat melihat ke sana-sini, mencari sumber suara yang terasa asing di telinganya.Terlihat seorang pria bertubuh tinggi dengan kulit putih yang sedang berjalan ke arahnya, mengalihkan perhatian wanita tersebut.“Sofia! Kau Sofia, bukan?”Sofia mengernyitkan dahi, bingung. Dia berusaha keras mengingat siapa pria yang sekarang berdiri di hadapannya.“Anda siapa?” tanya Sofia tanpa berniat menjawab pertanyaan dari pria asing itu.“Dareen. Kau tidak ingat aku?” Pria di hadapan Sofia itu tersenyum ramah.Sofia berusaha kembali mengingat. Mungkin saja pria ini adalah teman masa sekolahnya. Bisa juga teman dia kuliah dulu. “Apa kita pernah saling mengenal? Maksudku, aku sedikit pelupa. Maaf.” Sofia tersenyum canggung.Pria di hadapan Sofia itu tertawa kecil. “Kita
Baca selengkapnya
90. Sebuah Fakta
Nicholas mendesah kasar ketika panggilan dari ibunya berakhir. Pikirannya mendadak bercabang ke mana-mana. Memikirkan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi, atau apa yang akan ibunya katakan.“Temui saja ibumu!” Kenzo menepuk bahu Nicholas pelan. Pria itu berusaha menjernihkan pikiran Nicholas.Nicholas mengangguk. Pria itu kembali berjalan dan duduk di kursi kerjanya. Entah kenapa mendadak selera ingin pulang cepat, sirna begitu saja. Rasanya Nicholas ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi di kantor.Kenzo menatap iba ke arah sahabatnya. Setelah perjuangan mendapatkan cinta Sofia, kini Nicholas harus kembali berjuang untuk bisa mendapatkan restu dari ibunya.Melihat Nicholas yang hanya terdiam saja, membuat Kenzo berniat meninggalkan pria itu. Lebih tepatnya memberikan waktu agar Nicholas dapat berpikir jernih.Diambilnya berkas yang sudah ditandatangani oleh Nicholas tadi. Lantas Kenzo berjalan ke luar tanpa berpamitan.*
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status