Semua Bab I'm Not Lucy: Bab 61 - Bab 70
81 Bab
Dark Tunnel
Hari beranjak gelap, pertanda malam hendak mengambil alih terangnya cahaya pada siang hari. Tapi Shiya masih melangkahkan kakinya menyusuri terowongan gelap yang berada didekat makam kedua orang tuanya.Ada sisi yang tidak pernah ingin Shiya tunjukkan kepada orang lain, entah sedekat apa dirinya dengan mereka. Terkadang, keluarga pun bisa menjadi orang yang paling tidak dekat dengannya.Ketika Shiya memutuskan untuk mewujudkan keinginan orang tuanya untuk menikahi Frans, ia kira hidupnya akan seperti berjalan melalui terowongan gelap yang sedang ia lalui ini. Tapi tak ia sangka akan segelap saat ini. Tak ia sangka akan menjadi sehampa ini.***Di kediaman keluarga Shalim.Bi Asih sedang sibuk menggendong bayi kecil saat ketiga pria itu datang kerumah. Shiya menitipkannya sebentar karena hendak pergi ke makam orang tuanya."Halo Bi Asih? dimana Nona Shiya?" pintu rumah yang terbuka begitu saja membuat ketiga pria itu langsun
Baca selengkapnya
Like mother like daughter
"Aku ingin hidupku kembali! haaaaaaaa." Frans terus menangis dan berteriak didepan makam kedua orang tuanya. Saat itu area pemakaman yang luas itu tampak sepi, hanya ada dirinya seorang."Kenapa aku tak bisa kembali? kenapa tidak bisa?" ia bersimpuh disana dengan air mata yang terus keluar dari kedua pelupuk matanya."Haaaaaaaa... kumohon." bagaimanapun ia memohon, tetap saja tak akan bisa merubah apapun.***Di kediaman keluarga Shalim.Shiya dan Bi Asih sedang duduk berdua memperhatikan bayi kecil yang sedang tertidur lelap ditempat tidurnya."Lihatlah Nona! wajahnya mirip sekali denganmu saat masih kecil." Bi Asih terus tersenyum menatap bayi itu, mengingat masa kecil Shiya.Shiya pun ikut tersenyum, ia menarik nafas dalam dengan tatapan mata yang terus menatap bayinya. "Sekarang aku merasa bahwa diriku adalah pecundang Bi. Aku tak pandai melakukan apapun. Dulu, aku adalah orang yang kompeten dan ceria. Tapi s
Baca selengkapnya
The Dalmore 62
Suasana rumah jelas terasa berbeda tatkala penghuni didalam rumah itu pun sudah tak lagi sama. Hati Frans selalu terluka setiap kali mengingat kedua orang tuanya yang dulu selalu ia lihat didalam rumah yang besar itu. Rumah dimana dulu dirinya tumbuh.Namun, saat ini yang selalu ia lihat hanyalah Lucy. Wanita yang kini telah menjadi istrinya, yang dulu selalu ia inginkan."Dulu aku sangat menginginkannya, tapi mengapa sekarang aku sama sekali tak merasa bahagia saat bersamanya." Frans bergumam seorang diri di balcon kamarnya. Tanpa ia sadari, Lucy tengah berdiri diambang pintu dan mendengar semua ucapannya. Wanita itu kemudian melangkahkan kakinya dan berdiri disampingnya sambil melipat kedua tangannya didepan dada."Perasaanku padamu pasti sudah tak sama lagi." Frans yang sedang menikmati terpaan angin malam itu, seketika memutar kepalanya saat melihat kedatangan Lucy disampingnya."Kita sudah bersama hampir 10 tahun. Perasaanku padamu ti
Baca selengkapnya
Prolonged grief disorder
Shiya duduk disebuah kursi taman, ada Baro yang duduk disampingnya dan memegang erat tangannya. Keduanya saling pandang seakan ada kerinduan yang mendalam. Rerumputan hijau membentang luas disana, membuat pemandangan didepan matanya terlihat sangat sedap dipandang mata."Kalau aku mati sebelum kau, kau harus cari pria yang baik. Tapi jangan cari pria yang lebih tampan, lebih lucu, atau lebih pintar dari aku. Cukup cari pria yang baik-baik dan menua lah menjadi nenek yang baik, oke?" Baro menunjukkan ketulusan pada setiap ucapannya."Akan aku pertimbangkan." Shiya menganggukkan kepalanya seraya mengeluarkan suaranya yang lirih."Dan juga kalau aku mati duluan, nanti aku akan minta supaya kau kembali normal." Baro terus menatap Shiya dengan lekat."Minta pada siapa?" Shiya terus memandang wajah Baro tanpa mau mengalihkan pandangannya."Pada siapa saja bisa." Baro terlihat sangat percaya diri dengan ucapannya."Kalau beg
Baca selengkapnya
German sheperd
"Kau tau rasanya ditinggalkan? aku serasa ditinggalkan di gurun pasir yang tidak berujung. Jadi, tidak bisakah kau tetap di sisiku?" Shiya berdiri di gurun pasir yang sangat luas dan tak terlihat ujungnya. Ia melihat Baro yang tengah berdiri dihadapannya dan terus menatapnya. Shiya terus memohon padanya, menggenggam erat tangannya. Namun, lama kelamaan Baro kembali menghilang dari pandangannya begitu saja seperti mimpi-mimpi yang sebelumnya.Kesedihan adalah hal yang wajar terjadi dalam diri manusia. Namun, kesedihan terlalu larut yang dialami Shiya bisa berdampak buruk pada kesehatan, terutama kesehatan mental.Saran dari Dokter Lea adalah, untuk menghindari berbagai efek tersebut, Shiya harus membiarkan diri mengekspresikan rasa sedih tersebut. Dokter Lea juga memberikan berbagai metode psikoterapi, seperti terapi CBT dan CGT.Karena Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan Complicated Grief Treatment (CGT) dapat membantu mereka yang mengalami p
Baca selengkapnya
Ivy
Pagi ini, Shiya bangun dari tidurnya dengan perasaan yang lebih semangat daripada hari biasanya. Ia bergegas membersihkan dirinya bahkan hari ini ia juga berdandan. Rencananya ia akan pergi menemui Dokter Lea yang kini sudah menjadi sahabatnya itu."Bi! aku harus merepotkan mu lagi hari ini." Shiya sudah terlihat cantik dan rapi saat keluar dari kamarnya. Ia juga membawa Lucy kecil dalam gendongannya."Apa yang anda bicarakan Nona? serahkan saja Nona Muda pada Bibi." Bi Asih meraih Lucy kecil dari gendongan Shiya.Shiya menciumi pipi bayi mungil itu beberapa kali sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumahnya. Tanpa ia sadari, John sudah menunggunya dihalaman rumahnya."John?" ia membulatkan kedua matanya saat melihat John sudah berdiri di samping mobilnya dan bersiap untuk membukakan pintu untuknya."Silahkan Nona!" ia mempersilahkan Shiya masuk kedalam mobil itu."Ke-kenapa kau?" mulutnya masih menganga karena melihat
Baca selengkapnya
PTSD (Post-traumatic stress disorder)
Kedua wanita cantik itu berjalan memasuki area pemakaman dengan rangkaian bunga di masing-masing tangannya. Mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang mengarah pada dua buah makam kedua orang tua Shiya."Ayah, Bunda. Aku datang lagi. Aku tidak datang sendiri. Sekarang aku memiliki seorang sahabat. Lihatlah! bukankah dia cantik?" Shiya bersimpuh di depan makam kedua orang tuanya, sedangkan Dokter Lea masih berdiri dibelakang Shiya dan menyunggingkan senyum manisnya.Dokter Lea terus menemani Shiya dengan sabar dan setia di makam itu. Membiarkan Shiya melepaskan sedikit rasa rindunya pada kedua orang tuanya. Karena, kehadirannya di samping Shiya benar-benar memberikan perubahan yang cukup pesat padanya."Bagaimana? ada tempat lain yang ingin kau datangi?" Dokter Lea memegang erat kedua bahu Shiya seraya berjalan keluar dari area pemakaman."Sebenarnya ada lagi tempat yang ingin sekali ku datangi. Tapi..." Shiya tiba-tiba menghentikan langk
Baca selengkapnya
Dr. Lea
"Sialan! kenapa mereka bisa saling kenal? padahal aku sudah menceritakan semuanya pada Dokter Lea. Jika mereka sahabat, semua yang kulakukan pasti terbongkar. Mereka semua pasti akan tahu apa yang sudah ku lakulan." Lucy terus bergumam setelah kepergian Shiya dan Dokter Lea. Kekhawatirannya pun semakin menjadi, ia tak ingin dirinya berada dalam bahaya lagi.Lucy terus berjalan kesana kemari didalam tokonya, ia mondar mandir sudah tak sabar menunggu jam kerjanya segera berakhir. Hingga waktu akhirnya menunjukkan jam kerjanya telah berakhir."Aku pergi dulu. Tolong kalian selesaikan semuanya!" Lucy meraih tasnya dan bergegas keluar dari tokonya."Baik Nona." beberapa pekerjanya mengiyakan perintahnya dan menyelesaikan pekerjaan mereka.***Dokter Lea menghentikan laju mobilnya tepat didepan rumah keluarga Shalim. Mereka tiba dirumah saat malam sudah larut karena terlalu asik menghabiskan waktu bersama seharian."Masuklah! aku
Baca selengkapnya
Quaint
Setiap hari Shiya datang untuk menemui Dokter Lea. Namun, ia tak kunjung sadar juga. John dan Shiya pun mulai lelah karena sudah berminggu-minggu dirinya sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda hendak sadar."Kenapa kau tak mau bangun juga? kau membuatku sangat marah, kau meninggalkanku. Tapi tak apa, aku sudah biasa ditinggalkan. Ternyata kau sama saja dengan orang tuaku, mertuaku dan juga Baro yang meninggalkanku. Aku pikir kau akan berbeda karena kau seorang dokter. Sekarang aku tidak akan datang kesini lagi." Shiya bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan Dokter Lea dengan perasaan kesal. Ia kesal karena Dokter Lea tak bangun juga. Kesehatan mental yang semula sudah membaik, kini kembali memburuk.Shiya berjalan menyusuri trotoar yang tak begitu ramai itu tanpa tujuan. Hatinya kembali terluka karena kondisi Dokter Lea tak kunjung membaik. Tatapan matanya kosong, sama sekali tak mempedulikan jalanan yang sedang ia lalui."Shiya! Shiy
Baca selengkapnya
Strawberry milk
5 tahun kemudian.Brak!"Berikan aku 20 kaleng beer itu!" Shiya meletakkan sejumlah uang dimeja kasir itu dengan sangat keras membuat pelayan yang sedang bertugas sedikit terjingkat."Baik Nona." pekerja itu pun mengiyakan perintahnya dan segera memberikan permintaan Shiya.Shiya pun meraih satu kantung plastik besar itu dari meja kasir dan membawanya keluar. Seperti biasa, ia duduk di kursi yang terletak didepan toserba itu seorang diri sambil menikmati minuman beralkohol itu selama beberapa saat hingga kepalanya terasa pusing. Setelah menghabiskan beberapa kaleng minuman, ia pun akhirnya memutuskan untuk kembali kerumah.Malam itu Shiya berjalan dengan langkah sempoyongan menyusuri tepi jalan menuju rumahnya. Tangan kanannya masih memegang satu kaleng minuman yang sesekali ia minum disepanjang perjalanannya pulang, sedangkan tangan kirinya membawa satu kantung plastik besar berisi minuman kaleng penuh.Kini penampil
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status