Semua Bab Musuh Besar Si Gendut: Bab 21 - Bab 30
108 Bab
21. Pengumuman Pernikahan
Kami pulang, Aku dan Dave juga Lindsay semua berada di mobil yang sama, Mario sempat mau ikut ke apartemen Dave namun dengan wajah datar dan tegas Dave menggeleng. Sepertinya Lindsay tahu, kalau kakaknya sednag dalam mood yang kurang baik akhirnya menyuruh calon suaminya untuk mengalah.Akupun masih tak percaya, Lindsay akan secepat ini move on…ini gila?! Aku yang sudah lama bersahabat dengannya merasa aku tak mengenalnya sama sekali.Selama di perjalanan Dave diam, aku duduk di sampingnya. Itu adalah saran dari Lindsay, sepertinya ia tak mau berada di jarak yang dekat dnegan kakaknya itu. Ia takut.Aku melihat rahang Dave yang keras dan tajam…terlihat tambah keras, apakah itu mungkin? Ia diam, dan tentu saja kami diam, kami tahu tak mau cari masalah dengan seorang atlet kaya yang sedang emsoi, kan?Kami tiba di apartemen Dave, ia sudah memasukkan pakaian miliknya dan milikku ke dalam sebuah duffel bag besar yang ia bawa, wajahnya masih sama
Baca selengkapnya
22. Pria Selalu Mesum
Aku menoleh ke arah Dave, yang ternyata ia juga sedang menatapku. Uh…oh… aku takut pandangan itu.Ia masih melihatku dengan mata yang berkabut apakah itu amarah atau napsu?Aku berdeham, ada hal yang ingin kuberitahu mengenai kejadian ini, agar hal yang sama tak terjadi lagi.“Dave, aku tah Lindsay terlalu gegabah, tapi ia selalu dimanja sejak kecil…at least kau bisa melakukan approach yang lebih lembut…maksudku, aku punya pengalaman buruk mengenai apa yan gbaru saja terjadi…”Aku belum selesai berucap, dan bibirku sudah dilahap oleh pria pirang berrahang tajam di depanku. Ia memegang tengkuk leherku dan memiringkan wajahku agar ia memiliki akses yang luas. Ia seperti seorang manusia yang habis di gurun pasir dan kepanasan, dan aku oasenya?Ia masih memagut sampai aku merasa bibirku bengkak, setelah puas, ia melepaskanku dan mengelap bibirku yang bengkak.“Kau bilang apa tadi?
Baca selengkapnya
23. Program Diet Mesum
"Divert me please..." Rengek Dave yang sekarang menindihku. "Dave..aku baru sembuh!" Keluhku, menengok ke samping, agar bibirku gak disambar oleh Dave."Yang sakit lambungmu..bukan bibirmu...kan!" Jawabnya dan dengan cepat memegangi leherku agar ia bisa menciumku dalam."I want you... Rose! Alot it hurts!" Bisiknya."Apa buktinya...kalau kau tak mempermainkan ku?""Apa lukisan itu bukan bukti...kalau aku sudah terkena virus cintamu sejak lama?""No.""Haruskah aku menghamilinya terlebih dahulu?" Ia menjauhkan wajahnya dan menyeringai."Kau jobless.. Aku tak mau punya anak darimu!""Aku tak butuh pekerjaan, uangku sudah banyak. Aku punya perusahaan properti yang diurus oleh asistenku."Aku memukul bahunya kesal. "Kau sudah punya asisten..kenapa mengerjaiku?" "Asisten bisnis...kau asisten pribadiku...yang memenuhi semua kebutuhan sehari-hariku... Mulai dari kebutuhan pangan sampai biologis!"
Baca selengkapnya
24. Kelicikan Mesum
Dave dengan semua kelicikannya membuatku berlatih setiap hari dengan pakaian minim. Ia membelikanku bikini.Ya ia memang gila, ia membelikanku selusin bikini dengan berbagai macam warna dan mereka semua two piece. Dave mengancam kalau aku tak mengenakannya ia takkan mau melatihku. Aku masih dalam masa pemulihan, jadi masih memakan bubur dan hanya melakukan olah raga ringan. Ia hanya memintaku pemanasan dan berjalan di treadmill selama sepuluh menit. Di hari pertama aku latihan… tubuhku rasanya remuk. Ia beberapa kali memberikanku jus labu… menurutnya itu bisa untuk recovery.Dave bilang itu adalah hal biasa karena aku tak pernah berolah raga. Ia bilang tubuhku malas, ototku malas juga….membuat semuanya kaget saat disuruh olah raga. Bukan Dave namanya kalau tak menghinaku.Di hari pertama aku diukur, aku memiliki berat tubuh Sembilan puluh delapan kilo, dengan tinggi tubuhku 165 cm. persentase lemak tubuhku adalah dua puluh persen. Ia sangat
Baca selengkapnya
25. Spoiled Bitch
Aku benar-benar membantu Lindsay dalam mengurus kuliahnya, beruntung ia tak terlambat untuk daftar ulang. Dan karena Lindsay masih dalam status grounded oleh David. Aku yan gmendaftarkannya ke kampus. Ada beberapa dokumen dan persyaratan yang bisa dilakukan via online…namun berkas dan dokumen asli tetap harus diberikan ke kampus.Aku sudah memberitahu Dave mengenai semester pendek ini, ia tak percaya dan berkeras menolak ide itu. Ia baru setuju saat aku memberikannya sebuah ciuman selamat malam selama satu bulan berturut-turut. Agar ia mengijinkan Lindsay keluar untuk kuliah…itupun bersyarat aku harus mengikuti kemana Lindsay pergi. I know…Linds benar-benar berhutang banyak kepadaku.“You are a svaior…I told you right!” ucap Lindsay tersenyum lebar. Keadaannya jauh lebih baik, ia setiap hari mandi dan menyisir rambutnya. Ia terlihat lebih manusiawi dan sudah sedikit normal. Walau aku masih menghindari kata ‘dokter’ da
Baca selengkapnya
26. Lebih Buruk Dari Kematian
“Siapa Lucas?” tanyaku kepada Lindsay, aku menolak untuk pergi ke kamar Dave. Pria itu benar-benar keterlaluan.Lindsay berbaring dengan menelungkup di atas kasur. Ia sedang menutup wajahnya dengan bantal. Sata mendengar pertanyaanku ia berbalik.“Lucas adalah pria yang sama brengseknya dengan Dave… bahkan lebih parah! Dia body guard ayahku.”Aku tak paham. Bagaimana bisa seorang bodyguard berbuat brengsek dan kurang ajar kepada anak majikannya sendiri. Lalu aku berpikir, kalau memang ia bodyguard dari ayah Lidnsay berarti ia berdomisisli Yunani… dan pasti saat ini sudah dalam perjalanannya ke tempat ini.“Bagaimana bisa ia brengsek Linds…jelaskan kepadaku, agar aku bisa berbicara dengan Dave. Mungkin ia mau merubah pikirannya…” Tawarku.“Si brengsek itu pasti sudah dalam perjalanannya ke sini… ia pasti akan sangat senang kalau disuruh menjagaku… si brengsek itu pas
Baca selengkapnya
27. Pemotretan Aneh
Hari yang ditunggu sudah datang, sesuai jadwal…Lucas, pria yang membuat Dave tenang dan di sisi lain membuat Lindsay panic…akan datang. Aku bertanya apakah Dave akan menjemput pria itu atau tidak, dan Dave menggeleng tenang. Ia sedang berlatih di gym. Mengenai photoshoot telanjang itu, Dave belum membicarakannya lagi.Lindsay semakin menjadi, ia semakin cemas saat sudah selesai makan siang. Ia berjalan mondar-mandir di kamarnya.“Linds…bisakah kau berhenti…aku jadi pusing.” Keliuhku kepadanya. Kepalaku snagat pusing melihatnya mondar-mandir seperti setrikaan.Ia menoleh ke arahku, “Kau tak tahu…. Aku sedang dalam mode sangat panic! Kau mengerti? Panic!!! Pria menakutkan itu akan datang.” Ucapnya.Aku sudah mendengar kisah dari Dave dan dari Lindsay, giliran aku yang harus menilai sendiri…pendapat mana yang paling benar mengenai pria bernama Lucas itu.“Apa kau tahu… ia s
Baca selengkapnya
28. Pria Bernama Lucas
“Kau sudah makan?” Tanya suara berat dari belakangku. Aku enggan menoleh. No…. aku takkan kalah. Aku diam tak menjawab, ataupun menoleh. Aku sama sekali belum melihat sosok itu. Sosok yang membuatku trauma. Selama ini Dave pasti berpikir aku sakit hati karena Scott. Tapi kenyataannya tidak, pelaku yang sudah membuat hatiku terluka adalah pria bersuara berat dengan rambut hitam legam di belakangku ini.“Kalau kau sudah makan, aku ijin ke dapur dulu… karena sejak tadi malam aku belum makan, makanan di pesawat tak cocok dengan lidahku. I will be back in a minute!” Janjinya, aku mendengar suara langkah kaki melangkah menjauh, baguslah.Tapi kenapa ia jadi lebih cerewet sekarang? Setahuku ia orang yang pendiam…menyebalkan, controlling … agh…mimpi burukku sekarang ada di tempat ini. Aku berdiri dan melihat kea rah jendela. Sialnya Dave membuat sebuah teralis di jendelanya… kenapa juga apartemen semewah ini dip
Baca selengkapnya
29. Lucas Making Food
Ini sudah sore, aku sudah tak sanggup untuk tiduran lagi, aku kahirnya membuka mata. Aku masih belum bergerak dan melihat sekeliling… memantau apakah semua dalam keadaan aman? Aman. Ah…syukurlah. Dan disaat yang sama perutku berbunyi, kelaparan. Aku mengetik pesan kepada Rose, mengecek apakah mereka sudah berangkat atau belum. Linds : Kau sudah berangkat? Tak lama, Rose membalas. Rose : HmmLinds : Yea? Kau sudah berangkat? Kenapa awal sekali? Aku seperti seorang anak abg yang sednag merengek dengan ibunya. Menyedihkan. Mungkin ini juga sebuah pertanda bahwa Rose akan cocok menjadi kakak iparku. Rose : Dave yang menggeretku keluar dari apartemen, aku sekarang sedang di mobil. Ia menyetir sendiri. Padahal aku mengecek, lokasinya hanya kurang dari setengah jam berkendara. No Idea… apa yang ada di kepala Dave, aku juga tak tahu. Linds : Aku
Baca selengkapnya
30. Makan Malam
Aku mengurung diriku di kamar yang kukunci dari dalam. Sekarang sudah jam Sembilan malam, dan aku lapar. Great! Lagi-lagi aku dan kebodohan juga perutku. Aku masa bodoh kali ini, toh…ini apartemen kakakku, kenapa aku yang harus mengurung diri. Aku keluar, dan sesuai dengan prediksiku…ia sedang menonton tivi di ruang keluarga milik Dave. Ia mengenakan kaus yang sama dan celana bahan yang sama. Untuk seorang bodyguard…ia makan gaji buta, karena ia hanya makan dan nonton Tv saja selama ini. Gumamku. Aku tak menyapanya dan langsung ke dapur. Aku lapar. I don’t care…kalau perlu aku akan makan saja keju beku itu… daripada harus meminta tolong kepada Lucas memasakkan makanan untukku. Andai saja, aku bisa memesan makanan Chinese kesukaanku.  Ah ya! Kenapa tak terpikirkan di kepalaku? Aku bisa memesan makanan kan? Aku berbelok dan kembali ke kama
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status