Semua Bab Musuh Besar Si Gendut: Bab 51 - Bab 60
108 Bab
51. Stay Safe, Baby
Hariku di tempat ini sangat tenang. Tak ada kabar apapun dari Travis. Alicia yang membertahuku, karena Travis berjanji akan menghubunginya kalau ada kabar.Setiap hari aku menikmati udara segar dan suasana indah tempat ini. Aku merasa seperti ada di Swiss, soothing dan menangkan. Aku bahkan menyelesaikan dua buah lukisan dalam dua hari. Bukankah luar biasa. Aku membantu Alicia dengan pekerjaan rumah. Ternyata ia bekerja di sebuah parlor khusus piercing, ia bekerja kepada seorang pria tua yang sangat ahli dalam bidang tattoo dan piercing. Alicia bilang ia belajar banyak dari bossnya.Alicia tak bisa memasak sama sekali, ia terbiasa membeli makanan. Aku yang mengambil alih dalam urusan memasak, walau Alicia yang membeli semua bahannya. Aku tak berani berkeliaran jauh dari rumah, aku takut ada seorang mata-mata Dave yang melihatku.Ini sudah hari ke lima, dan Alicia menjadi panic karena ia tak mendengar kabar apapun dari Travis.“Apakah mungkin ia lupa
Baca selengkapnya
52. Desisan Lucas
Aku masih sangat kesal dengan kelakuan Lucas. Apa yang ia perbuat tadi di parkiran akan memperburuk kehidupan kampusku. Aku tahu sebentar lagi aku akan lulus… tapi masih setidaknya tiga sampai empat bulan lagi sampai aku benar-benar lulus officially. Lalu aku harus bertahan hidup bagaimana? Apalagi sampai Lucas kembali ke Russia, siapa yang akan melindungku. Bukan berarti aku jadi bergantung dengannya…tapi…para wanita itu sangat buas kalau sedang marah.Aku pernah melihat anak junior yang di bully habis-habisan, karena tuduhan bertindak sombong dengan senior. Like seriously? Junior itu dikurung di kamar mandi paling ujung gedung lama, di tempat koridor yang tak pernah dihuni lagi, ditambah mitos tentang hantu dan penghuni tak kasat mata lainnya. Para senior itu mengancam siapapun yang mau mendekat akan bernasib sama…akhirnya si Junior yang dikurung itu baru bisa keluar saat malam hari, saat paa senior pulang, salah satu petugas keamanan yang menget
Baca selengkapnya
53. Kau Menyiksaku!
“Kau bilang tak ada yang bisa mencegahmu bekerja untuk Dave? Apakah aku tak berarti untukmu?” Tanyaku dengan suara nasal yang menurutku menggoda, aku membasahi bibir bawahku. Ia mengikuit sapuan lidahku saat membasahi bibir atasku, lalu ia menelan ludah dengan sulit. Hah! Rasakan!“Kau bisa berujung seperti Rose kalau kau tak berhenti menggodaku. Aku hanya pria biasa…yang terkadang bisa mabuk karena sulutan napsu.” Ancamnya.“Aku bisa pergi seperti Rose, atau bahkan kami akan bertemu… dna kabur bersama…mencari pria luar yang baik hati dan mau menampung kami…two beutifull girls…tak ada yang bisa menahan dirinya kan?” Jawabku masih menempelkan dadaku dengannya.“Kau yang memancingku… berhentilah Lindsay…aku harus mencari sahabatmu..” Lucas seperti memfokuskan konsentrasinya untuk menghiraukan godaan dariku. Benarkah? Apa kau yakin bisa menahan semua godaanku..tuan heba
Baca selengkapnya
54. I Want to Love My Life
“Apa maumu?!” Tanyaku lewat telepon. Aku meminjam telepon Alicia dan menelepon Dave. Aku mendapatkan nomornya dari Clair. Dave sendiri yang berpesan, kepada Clair…kalau mau semua  tuntutan dicabut…Aku yang harus menhubunginya langsung. Dasar pria brengsek itu!“Kau!” Jawab suara pria yang sudah lama tak kudengar. Suara pria yang awalnya bisa membuatku bahagia, membeikan harapan lebih kepadaku, tapi sekarang menjadi suara orang yang paling kubenci.`“Lepaskan Travis dan Clair, mereka orang yang sudah membantuku! Kau terlalu jahat….” Ucapku menahan air mata. Aku baru sadar bahwa aku belum siap bertemu dengannya. Aku menangis, karena aku berbicara dengan air mata mengalir deras.Aku tak berbicara untuk waktu yang lama. Dan akhirnya Dave menjawab. Suaranya jauh lebih lembut.“Listen Rose, aku minta maaf. Aku berjanji takkan melakukan hal yang sama kalau memang kau tak mau melakukannya. Aku ak
Baca selengkapnya
55. Rendezvous
Aku ditunjukkan sebuah kamar dua sekat. Satu kamar tidur dan satu kamar mando. Cukup untuk sementara. Aku membayar biaya sewa minimal… yaitu untuk satu bulan. Lalu sang pemilik kamar sewa pergi. Ini adalah sebuah rumah besar yang memiliki banyak kamar tersekat. Satu bangunan luas…yang hanya terdiri dari petakan kamar dan satu buah dapur besar.Aku cukup puas dengan tempat ini. Aku meletakkan semua barangku. Sudah ada kasur dan sepreinya. Aku hanya tinggal mandi dan tidur. Aku akan menghadapi Dave esok hari. Sebenarnya aku sangat lapar saat ini, tak bagus untuk kesehatanku…belakangan ini memang lambungku sering protes, tapi karena aku hidup menumpang…aku sungkan untuk meminta makanan kalau ia tak menawarainya terlebih dahulu. Biasanya aku memakan roti siang hari, walau aku memasak di dapur Alicia.. Aku hanya memakannya saat sang pemilik rumah makan bersamaku, entah,..mungkin karena perasaanku saja… tapi aku merasa seperti pencuri kalau aku me
Baca selengkapnya
56. Konfrontasi
Lindsay dan Lucas yang mengantarkanku bertemu dengan Dave, mereka berjanji akan tetap berada di ruangan yang sama. Aku sempat bertanya kepada Lindsay kenapa ia membelaku seperti sekarang, ia menjawab… karena ia tahu apa yang terjadi dan apa yang selama ini menjadi prinsipku. Ia berpikir pasti Dave memaksaku saat itu, walaupun aku memberi penjelasan sebenarnya bahwa aku seperti dihipnotis dan mengangguk saja saat ia melakukannya, aku merasa diriku bodoh, dan aku merasa digunakan? Entahlah. “Rose… kau tak perlu berpikir keras…aku akan menemanimu, tenang saja! Ada Lucas…ia pasti takkan berani macam-macam.” Ucap Lindsay yang duduk di kursi penumpang depan, berdasarkan keterangannya…ia saat in sedang memiliki jadwal kosong…makanya ia langsung pergi menemuiku. “Babe…kita makan dulu yaa…” Ucap Lindsay. Aku menahan senyum, ia memang terlihat sangat cocok dengan Lucas. Dan pria di sampingnya memang sangat sabar dalam memnghadapi Lindsay. Setidaknya itu yang kulihat. Lucas men
Baca selengkapnya
57. Kalimat Terakhir
Kami dibawa ke lantai tertinggi. Benar dugaanku, gedung ini berlantai enam. Kami menaiki lift khusus dan didampingi oleh sekretaris yang tiba-tiba menundukkan kepalanya dalam diam. Good. Akhirnya ia tahu siapa orang yang ada bersamanya. Ia tak lagi sombong.Saat lift berbunyi dan pintu terbuka, kami melihat sebuah lorong berwarna biru langit dengan karpet berwarna abu-abu yang lembut. Saat aku menginjak karpet itu, aku bisa merasakan bahwa ini adalah karpet berkualitas terbaik. Di sepanjang koridor terpajang beberapa produk perusahaan yang ternyata aku kenal. Beberapa program mereka sudah lama beredar di pasaran.Di ujung ruangan ada seorang sekretaris lagi yang bertugas di sebuah meja besar dengan beberapa telepon berjejer. Saat kami datang ia tersenyum manis, kali ini karyawan perusahaan ini terlihat tulus. Aku tersenyum kembali, begitu juga Lindsay.“Aku mau bertemu kakakku.” Ucap Lindsay saat kamu sudah berada di dekatnya.“Ah&hellip
Baca selengkapnya
58. Cuddle With You
“Aku tak menyangka akan semudah ini.” Ucapku sambil menoleh ke kursi belakang. Rose terlihat bersandar di sandaran kursi dengan mata terpejam. Ia terlihat sangat pucat dan seperti orang yang kelelahan. Ditambah tubuhnya memang telrihat kurus dengan drastic..bukan kurus yang sehat..kulitnya juga tak glowing seperti biasanya. Ia terlihat sakit.Lucas memberi kode untuk diam, ia menyetir mobilnya dalam diam, ia menoleh sebentar kea rah belakang dan berbisik.“Sepertinya ia lelah..biarkan ia tidur. Aku khawatir ia sakit.” Lanjutnya sambil berbisik. Benar dugaanku kan? Rose terlihat sakit. Aku lalu mendengar suara dengkuran kecil dari belakang, Rose tertidur.Aku sempat khawatir Dave akan menjadi pribadinya yang super menyebalkan…dan aku khawatir dengan keadaan Rose. Apakah Dave benar-benar membebaskan sahabat Rose…like..semudah itukah?“Kita harus bagaimana sekarang?” Bisikku kepada Lucas.“Kita a
Baca selengkapnya
59. Kapan Kita Menikah?
“Kapan kita bisa menikah, Babe?” Ulangnya saat aku tak kunjung menjawabnya.“Later… aku masih mau sendiri.. aku bahkan belum lulus kuliah. Awas saja kau seperti Dave!” Ancamku.“Ah..ya. mengenai Dave, ia bilang kepadaku. Ia memberikan Rose kebebasan, tapi harus tetap diawasi…dan ia memintaku melakukannya. Kau tak keberatankan? Kaujuga apsti ingin tahu keadaan sahabatmu… aku hanya akan memantau..apakah ia aman.. atau tidak. Seperti itu.”Aku mengangguk setuju. Pasti Dave sudah bernegosiasi dengan Lucas sebelumnya.“Kau berjanji tak perlu melaporkan secara detil tentang segalanya? Maksudku… biarkan Rose hidup dengan normal? Iabisa hidup dengan menjual lukisannya kan?”Lucas tertawa kecil, “Selama ini Dave yang membelinya.” Jawab Lucas.“Ya, tapi selama ia pindah ke Washington…ia menjual beberapa lukisan, jangan bilang itu juga adalah Dave.&rdqu
Baca selengkapnya
60. Your Baby!
Aku terbangun, aku bisa meraskan tubuh bagian bawahku sangat sakit…dan basah. Apa yang terjadi? Sementara aku melihat sekitarku, ini bukan ruanganku… ataupun kamar yang kusewa kemarin. Ini dimana? Terakhir aku ingat, ah…Lindsay!“Linds….Lindsay?!” Panggilku, lalu aku mendengar derap langkah kaki orang mendekat. Aku lega, sepertinya memang aku berada di apartemen Lindsay, kurasa aku tadi mendengar bahwa kami akan ke apartemen Lucas, kekasih plus body guardnya. Nyeri di perut bawahku semakin menjadi, dan tak tertahankan. Aku memegang bagian yang teramat sakit, seakan ada yang menusuk dari dalam ditambah kram perut yang sama sekali tak pernah kualami.Lindsay datang bersama Lucas dengan wajah panic, mungkin karena mereka melihat wajahku yang kesakitan.“Apa yang terjadi Rose?” Tanya Lindsay duduk di sampingku. Sementara Lucas terlihat berdiri dengan posisi siaga.“Bantu aku berdiri…” Pint
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status