All Chapters of Menikah dengan Pria Lain: Chapter 11 - Chapter 20
29 Chapters
BAB 11
Matahari hampir hilang ketika aku keluar dari Tower 11 bersama Serena. Aku pergi terlebih dahulu setelah sebelumnya membahas kinerja perusahaan bersama tim desain dan tim redaksi. Ketika aku pamit kepada Wanda yang masih sibuk mengecek hasil auditan murid-muridnya dia memperkenalkanku pada Sean. Seorang mahasiswa yang diberi kepercayaan mengetuai tim audit ini.  "Jadi jika ada apa-apa kamu bisa langsung menghubunginya dan sebaliknya dia juga menghubungimu." Ucap Wanda. "Aku tidak akan setiap hari ke sini karena harus bekerja dan mengajar juga." Tambah Wanda. Setelah Sean bertukar nomor telepon dengan Serena kami pamit. Sesuai janjiku tadi pagi aku ingin membeli sebuah handphone terbaru, untuk itu kami pergi ke sebuah mall yang tak jauh dari lokasi Tower 11. "Merk apa yang bagus dan paling terbaru?" Aku bertanya kepada penjaga toko ketika sampai disebuah toko HP. "Mari sebelah sini pak." Penjaga toko itu mengajakku ke sebua
Read more
BAB 12
Entah mengapa aku berlari tanpa arah seperti orang yang ketakutan. Padahal dalam hal ini aku tidak salah apa pun. Aku tidak pernah dengan sengaja membuat diriku kecelakaan atau koma selama tujuh tahun. Kalianlah yang seharusnya malu dan meminta maaf. Mengetahui dia bisa tertawa lepas dengan pria lain seperti tadi membuat hatiku hancur dan aku tidak ingin melihat pemandangan itu. Andrew kehidupanmu sungguh sempurna, harusnya akulah yang ada diposisimu itu. "Pak Andreas," tiba-tiba ada yang menarik tangan dan memelukku. Aku terkejut tapi tidak melepaskan pelukan itu karena pelukannya begitu menenangkan. Aku sadar sekarang sedang berada di parkiran mobil lantai 5 dan orang yang memelukku adalah Serena. Ku lihat barang bawaan kami berceceran di lantai. Serena berkata pelan tanpa henti. "Tenang pak saya ada di sini, tenang." Aku hendak menyudahi pelukan ini tapi suara Serena, pelukannya dan gerakan tangan kanannya yang menepuk-nepuk pundakku menaha
Read more
BAB 13
Perasaan Serena Serena menatap langit-langit kamar. Malam ini ia berbaring dengan perasaan paling bahagia. Baginya hari ini adalah hari yang paling berbeda dalam hidupnya. Dia tiba-tiba memiliki profesi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Menjadi seorang sekretaris. Serena tersenyum mengingat kejadian di mobil seusai pulang dari pemakaman, Andreas tiba-tiba menunjuknya menjadi sekretaris. Hanya sekretaris tanpa perlu memakai seragam dan membereskan rumah lagi. Serena bangun duduk, menatap kantong-kantong belanjaan yang ia beli tadi di mall. Ia menghampirinya mengambil salah satu pakaian dan menempelkannya di badan seraya berputar-putar di depan cermin besar yang terpaku di dinding kamar. Baju ini bukanlah baju mahal seperti yang digunakan Anna atau wanita-wanita kaya lainnya tapi sungguh Serena merasa bahagia karena yang memberikannya adalah Andreas.  Aku tidak boleh mengecewakan pak Andreas secara visual maupun kemampuan. Pikirnya. Seren
Read more
BAB 14
Serena sudah mandi sebelum matahari terlihat. Kebiasaan yang ia lakukan seperti yang ibunya ajarkan yakni mandi sebelum memulai aktivitas. Menjadi asisten rumah tangga itu pekerjaan yang berat mereka harus memulai bekerja sebelum tuannya membuka mata sampai mereka menutup mata kembali. Maka dari itu mandi pagi-pagi sekali adalah kunci agar memiliki energi saat memulai aktivitas. Meski pun kini Serena bukan lagi seorang asisten rumah tangga namun kebiasaan itu mengalir begitu saja. Di rumah ini hanya ada satu kamar mandi yang mereka gunakan bersama. Alasan inilah yang membuat Serena mandi sebelum Andreas bangun. Selesai membasuh tubuhnya Serena mengeringkan rambutnya dengan hair dryer lalu ia mengikat rambut dengan gaya kuncir kuda. Poninya ia jepit dengan jepitan rambut berwarna abu. Pakaian yang Serena kenakan adalah kaos berwarna abu-abu dengan celana berwarna abu juga. Selesai menyemprotkan parfum berbau soft ia keluar kamar untuk membangunkan pak Andreas. Serena
Read more
BAB 15
Setelah mengalami banyak hal yang berbeda dengan kehidupanku sebelum koma, aku mulai merencanakan banyak hal. Salah satunya adalah rencana balas dendamku. Namun untuk melakukan balas dendam aku harus memiliki pertahanan yang kuat. Dari segi fisik dan materi. Sudah ku susun untuk menerapkan pola hidup dan makan sehat setiap hari. Kemudian dari segi materi pun demikian, tak mungkin aku bisa menyerang Andrew jika tidak memiliki uang. Maka dari itu prioritaku sekarang adalah Daily Health dan aku berencana bahwa Daily Health sendirilah yang akan menyerang Andrew. Sepertinya itu akan jauh menyakitkan karena Daily Health adalah sesuatu yang ia bangun dengan tangannya sendiri.“Pak mari sudah sampai.” Aku menganggukkan kepala menjawab Serenan. Aku dan Serena turun dari mobil berjalan bersama masuk ke Tower 11 menuju kantor Daily Health. Kami kemudian berpisah di depan pintu ruang meeting. Aku harus masuk ruang meeting sedangkan Serena ke ruang tengah untuk me
Read more
BAB 16
"Hallo Andreas?"  "Hallo pak Jundi?" "Bagaimana apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya pak Jundi tanpa basa-basi "Apakah kuasa hukum Daily Health masih bapak?" "Tentu masih saya, apa terjadi sesuatu?" "Sepertinya ada orang yang bermain-main dengan uang perusahaan tapi ini masih belum terbukti karena tim audit masih memeriksa. Hanya saja dua orang ini sampai siang tidak masuk kantor dan telepon mereka mati." "Kirimkan data kedua orang itu biar kami lacak terlebih dahulu. Benar atau tidaknya yang penting kita tahu keberadaan mereka." "Baik akan saya kirimkan." Panggilan kumatikan. Aku meletakan ponsel di meja kerja dan berjalan ke jendela yang semuanya adalah kaca. Aku menatap kota dari ruang kerjaku yang masih berisi barang-barang Sonny. Sebenarnya ingin ku buang segera tetapi aku harus bersabar karena bisa saja banyak bukti yang Sonny sembunyikan di ruangan ini. Ku dengar suara pintu dibuka tetapi pandanganku masih m
Read more
BAB 17
"Sesuatu apa yang ingin kamu bicarakan dengan istriku?" Selidik Miko. "Aku sepertinya sudah menemukan ide untuk kelanjutan Daily Health, tapi aku butuh saran dari Donna." "Oke, Donna pun sepertinya akan sangat terkejut melihatmu karena aku belum menceritakan keadaanmu sekarang." "Kalau begitu ayo kita beri Donna kejutan." "Tapi sebentar. " Sergahku segera. "Kenapa?" "Lebih baik kita makan dulu di sini. Kalau kita pergi sekarang ke rumahmu bisa-bisa kita telat makan siang." "Ide bagus." "Mari ke meja prasmanan agar kita bisa memilih sendiri menu apa yang kita mau." Kami berjalan ke meja prasmanan. "Wah nyaman juga kantor ini sampai ada meja prasmanan." "Sebenarnya ini traktiran dari ibuku selama seminggu ke depan." Miko mengangguk. "Tante memang luar biasa." Kemudian aku berbicara agak pelan. "Bahkan Ibuku berniat memesan makanan dari hotel bintang lima tapi aku larang terlalu boros jadi b
Read more
BAB 18
Ku perintahkan pada Serena untuk mengundur jam rapat dengan tim hari ini karena ada tamu yang harus ku temui dulu. Dia adalah Takashi, pria keturunan Jepang yang sudah lama tinggal di sini. Beliau adalah bos Donna dulu. Kemarin malam setelah aku mendapatkan nomornya aku langsung menghubunginya dan dia berjanji hari ini akan datang ke sini. Lima menit sebelum jam pertemuan Takashi sudah datang ke Daily Health bersama seorang wanita cantik dan seksi yang beliau perkenalkan sebagai Siska. Siska ini merupakan tim IT yang akan mengurusi semua permintaanku tentang pembaharuan Daily Health.  Kopi hangat dan kepingan biskuit menemani perbincangan kami pagi ini. Ku rincikan apa ide ku pada Takashi yang ternyata sebaya denganku dan pada Siska yang ku tafsir berusia 29 tahunan. "Ide Anda sangat brilian karen di tahun 2015 ini belum ada website berbasis seperti itu." "Apa ini akan menguntukan dan bernilai?" "Tentu saja jika di maintains dengan baik d
Read more
BAB 19
Tiga hari setelah rapat di kantor Daily HealthAku dan Miko berbincang di depan ruangan meeting rumah sakit Happy sebelum memulai meeting perencanaan aplikasi yang akan Daily Health buat dengan dokter-dokter rumah sakit Happy.Ketika itu rombongan direktur utama rumah sakit dan kepala-kepala bagian datang. Aku dan Miko menghentikan pembicaraan dan merapat ke tembok membuka jalan untuk mereka. Pak Hans, kepala direktur yang merupakan seorang dokter jantung anak berhenti ketika sampai di depan kami."Apa kami membuatmu menunggu lama?" Dia menyapa dengan ramah."Tidak dokter Hans, saya belum terlalu lama di sini." Tanganku memberikan isyarat mempersilahkan beliau masuk.Dokter Hans dan rombongan masuk ke ruangan meeting. "Ayo Mik," Ajakku."Tidak aku tidak ikut. Kali ini yang diundang hanya para kepala. Masuklah, semoga berhasil! ""Terima kasih, aku masuk duluan."Aku masuk menghampiri kursi kosong di sebelah Serena
Read more
BAB 20
Tanganku mengepal. Lalu ku tepis tangannya kasar dan aku melangkah meninggalkan Serena. Dibalik persimpangan lorong itu dua orang dokter dan tiga orang perawat sedang berdiri. Semuanya masih dengan semangat membicarakanku. "Hei Kalian!!" "Andreas!!"  Aku berteriak berbarengan dengan Miko yang bertetiak dari ujung lorong. Kelima orang yang membicarakanku juga beralih perhatian kepadaku dan Miko. Dua dokter itu jelas terkejut melihatku sementara para perawat masih nampak bingung. Serena tiba-tiba berdiri dihadapanku. "Pak Andreas mari kita kembali ke Daily Health, masih banyak yang harus kita kerjakan." Serena tegas, sorot matanya seolah memerintah dengan penuh ketegasan yang tidak bisa ku tolak. Aku nurut dan berjalan meninggalkan lorong yang penuh dengan omong kosong itu. *** Aku telah kembali ke Daily Health dengan pikiran yang masih tidak baik-baik saja. Aku tidak pernah menyangka bahwa ada gelombang rasa iri dar
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status