All Chapters of Terjebak Birahi Pengacara: Chapter 51 - Chapter 60
117 Chapters
51. Aku berharap itu kamu
Pagi itu Renya menyiapkan segala sesuatunya di atas meja makan. Ini adalah sarapan pertama mereka sebagai suatu keluarga, meski penuh kepalsuan tapi setidaknya Renya juga ingin merasakan mempunyai keluarga yang sempurna.   Daru baru saja keluar dari kamarnya, begitu juga Bayu. Dua lelaki tampan berbeda umur berjalan menuruni tangga bersamaan menuju ke arah Renya. Renya memberikan senyum pada mereka, dia telah menantikan keduanya di sana.   "Hari ini kegiatan kamu apa, Nya?" tanya Daru menarik kursi.   "Hari ini ... hari pertama aku kembali bekerja di departemen store, seperti dulu lagi ... Head accounting. Aku pengen punya aktivitas Ru, kan gak mungkin aku seharian nungguin kamu pulang," ujarnya sambil memoles roti. "Bayu, mau selai apa?" tanya Renya pada Bayu yang baru saja meneguk susunya.   "Coklat," jawab Daru masih canggung.   "Kamu gak mau cobain nasi goreng buatan Tante?"
Read more
52. Ella, kamu masih sayang aku
Daru masih berdiri menatap Ella dengan berbagai pikiran melintas di kepalanya. Seorang pria yang tak dikenalnya sedang berada bersama Ella. Siapa laki-laki itu, dari mana asalnya, dan sejak kapan Ella bersama laki-laki itu, Daru tak punya bayangan sama sekali.   Laki-laki yang baru saja memberikan selembar tisu pada Ella, menatap wanita itu penuh rasa khawatir. Daru terhenyak. Ella kenapa?   “La, aku mau ngomong.” Daru memandang Ella yang masih berdiri dengan tisu di mulutnya.   “Aku nggak bisa. Kamu nggak liat aku lagi kedatangan tamu?” ketus Ella, melewati dua orang pria dan pergi ke ruang makan.   “Kamu siapanya Ella? Kalo boleh tau?” Fahri menatap Daru. Kedua pria itu belum beranjak dari depan kamar mandi.   “Aku—Daru. Pacar Ella,” jawab Daru.   “Ngaco!” teriak Ella, dari ruang makan. Ternyata wanita itu mendengar perkataan Daru barusan.  
Read more
53. Sedikit ungkapan cinta
Daru menelan ludahnya perlahan. Nyaris tanpa suara. Ia khawatir Ella mendengar hasrat yang terpercik dalam suaranya. Pemandangan yang tadi dilihatnya dalam bentuk kilasan, kini ingin ia buktikan dengan nyata. Tatapan Daru beranjak. Meninggalkan sepasang tumit halus yang sedang menanggalkan selembar kain kecil. Naik, menuju betis mungil berwarna putih gading tanpa noda.   Daru melihat Ella memajukan letak tubuhnya. Terlihat sedang mengaduk-ngaduk isi lemarinya. Wanita itu telihat tergesa-gesa. Namun, Daru malah menikmati ketergesaan wanita itu. Ia kini sedang menatap bokong Ella yang tengah menunduk. Daru sedikit memalingkan wajah karena Ella tiba-tiba bergerak meraba-raba bagian belakang punggungnya. Lalu wanita itu melepaskan branya.   Gerakan Ella cukup cepat. Namun, bagi Daru pemandangan itu begitu lambat hingga ia merasa tersiksa tiap detiknya. Kini ia menoleh terang-terangan. Melihat garis lengkung punggung Ella yang pernah menunduk di
Read more
54. Nasib yang Terulang
Ella mundur beberala langkah, ia ingin menjauhkan wajah Daru dari perutnya. Menjauhkan lelaki itu sejauh-jauhnya dari tubuhnya.  “Ella.” “Kamu kadang suka ngaco yah,” ucap Ella sambil mencoba menghirup udara sebanyak-banyaknya. Mendengar perkataan Daru membuat Ella sesak napas. Hamil? Apa maksud Daru!? “Kenapa aku ngaco, La. Aku liat kamu muntah tadi,” ungkap Daru sambil berusaha mendekati Ella yang sudah berjalan mondar mandir. “Muntah bukan indikasi orang hamil, Daru!?” Ella menatap mata Daru dengan tatapan yang siap mencabik-cabik wajah Daru. “Kamu bilang tadi kamu lapar dan kamu mun—“ “Aku manusia Daru!? Mahluk hidup, tentu aja aku lapar dan mungkin aja aku masuk angin.” Ella memijat kepalanya yang tiba-tiba sakit. Astaga …
Read more
55. Menjadi Sahabat
Sore itu Daru baru saja kembali dari kantornya, dia mendapati Bayu sedang bermain basket di halaman samping. Anak lelaki yang menginjak masa remaja itu hanya melambaikan tangan padanya.Daru memasuki rumah, nampak sepi seperti biasa. Rumah ini akan ramai dengan suara jika Anneke, ibu nya datang berkunjung. Sudah hampir dua minggu ini wanita paruh baya itu berada di Belanda.Daru melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya melintasi kamar dimana Renya berada. Pintu kamar itu tidak tertutup rapat, Daru yakin wanita itu sedang berada di dalam sana.Daru mengetuk pintu itu, sedikit melongokkan kepalanya, dia mendapati Renya sedang duduk di sisi tempat tidur, sepertinya batu saja mendapatkan telepon dari seseorang.“Gimana, udah dapet yang kamu cari di Bali kemarin?” tanya Daru yang ikut duduk bersebelahan dengan Renya.Renya menggeleng. “Belum.”“Apa yang bisa aku bantu buat kamu?”Renya menghela nafa
Read more
56. Jeritan Ketakutan Ella
Brak! Ella melemparkan sepuluh alat tes kehamilan ke lantai kamarnya, Ella lalu berjalan hilir mudik seperti orang kurang waras di kamarnya. Kenapa semuanya sama? Kenapa hasilnya positif? Kenapa ia harus hamil?! Brak! Saking frustrasinya Ella menendang alat tes kehamilan tersebut hingga berserakan di lantai. Pikirannya kalut, rasa cemas langsung merayapi dirinya membuat Ella tiba-tiba merasakan tubuh yang mengigil. Bukan ... bukan karena merasa kedinginan, ia menggigil karena merasakan rasa cemas yang benar-benar memporak porandakan hidupnya. “Bagaimana kalau ibu tahu?” tanya Ella pada dirinya sendiri sambil menggigiti kuku jempolnya terus menerus, seakan dengan menggerogoti kukunya itu membuat kehidupannya menjadi lebih baik lagi. Setelah kemarin ia mencek apakah dirinya hamil atau tidak, hari ini ia mencoba mencek kembali dengan membeli beberapa buah alat tes kehamilan, lima belas buah lebih tepatnya. Bahkan pemilik apotek sampai kebingungan
Read more
57. Pertemuan dan Kejutan
Pagi itu, Daru masih menutup matanya, jika saja suara ketukan di balik pintu kamarnya itu tidak mengganggunya mungkin dia akan meneruskan tidurnya hingga siang nanti. Oh ayolah, dia masih berada di Bali, tempat dimana semua orang menghabiskan waktu bersantai menghilangkan segala penat. Rasanya Daru adalah salah satu diantara mereka yang ingin sekali saja mengistirahatkan tubuh dan otaknya. Ketukan itu semakin keras, masih mengenakan celana boxer tanpa kaos di tubuhnya, Daru membuka pintu kamar itu. Renya nampak sudah rapih dengan tampilan yang begitu santai, celana jeans dan kaos ketat yang melekat ditubuhnya. Ya, mereka tidur berbeda kamar, setelah kejadian malam pertama mereka yang gila itu. “Ru, baru bangun?” tanyanya masuk ke dalam tanpa menghiraukan Daru. “Iya ... badan aku capek banget, Nya.” “Tapi kita kan udah janji mau datengin bengkel itu, jangan bilang kamu lupa.” “Aku gak lupa, Nya ... aku kira kita pergi nanti sekitar jam 10 dan s
Read more
58. Hai, Renata
Hai, Renata   “Aku udah bilang kemarin. Kamu nggak percaya—jangan panik. Tenang dulu ya. Aku di luar kota. Nanti, nyampe Jakarta, aku jemput kamu ke rumah. Kita ngobrol di apartemen aja. Ada yang mau aku sampein.”   Daru terdiam sejenak mendengar jawaban Ella di telepon.   “Jangan susah tidur. Jangan terlalu dipikirin. Maaf … Iya, kalo mau nunggu di apartemen juga nggak apa-apa. Jangan nangis, ya … nanti kamu malah sakit.”   Tak lama, Daru mengakhiri pembicaraan dan kembali menoleh pada bengkel kecil di mana Renya berada. Daru sudah menebak apa yang akan dikatakan Ella di telepon. Entah kenapa, itu memang tidak terlalu mengejutkan. Tapi perasaan kalut yang dirasakannya saat berada di Jakarta perlahan mulai reda. Renya sudah menemukan apa yang dicarinya selama ini.   Renya memandang David dan Renata bergantian. Lalu ia menoleh ke belakang tempat
Read more
59. Kejar Dia Daru
“Aku mau kita cerai, Daru.” Tangis Renya terdengar memilukan di telinga Daru, tangis seorang ibu yang haknya diambil hanya demi status sosial dan martabat keluarga. Hanya demi itu semuanya, Bramantya memorak-porandakan kehidupan anak satu-satunya dan Daru. Egois. “Nya, kamu yakin?” tanya Daru sambil berusaha menenangkan Renya yang menangis. Renya mencoba menghirup napas dalam-dalam, Daru memeluknya dengan erat memberikan rasa aman pada Renya. “Aku nggak tahu, Daru. Tapi, aku ingin mengurus dan mencintai anak aku.” “Nya.” “Aku nggak bisa kaya gini, aku mau urus malaikat kecil aku, Ru. Dia cantik, dia mirip aku.” Renya mencengkeram kemejanya berjuang untuk meredakan rasa sakit yang membalutnya dengan sempurna. Sakit yang ia dapat karena merasa gagal menjadi seorang ibu, ia merasa tidak mampu mengurus anaknya. Menelantarkannya. “Sabar, Renya ... kita nggak bisa bercerai begitu saja, kamu tahu kan, apa yang akan orang tua kamu lakukan kala
Read more
60. Kita Akan Menikah
Siang menjelang sore Daru tiba di Jakarta, dia langsung menuju apartemennya untuk menemui Ella di sana. Entah Ella ada atau tidak, tapi setidaknya dia harus pergi kesana memeriksa apakah Ella tidak berbuat yang aneh-aneh pada anak yang ada di rahim gadis itu.   Astaga, Ella hamil ... Ella hamil anak aku gumam Daru menangkup bibirnya. Melepaskan pandangannya keluar jendela taksi yang membawanya menuju pada Ella. Daru bergegas turun dari taksi, melangkah lebar memasuki unit apartemen miliknya, dia berharap Ella ada di sana, menunggunya datang.   Akses pintu apartemen berbunyi, apartemen itu terlihat sepi saat Daru masuk ke dalam. Tidak dia dapati gadis itu di sana, Daru melangkah lagi menuju ke kamarnya, dia bisa bernafas lega saat melihat Ella meringkuk di atas tempat tidur.   Daru ikut berbaring di sisi gadis itu, Daru pandangi wajah Ella, helaian rambut yang menutupi wajahnya, Daru sematkan ke balik telinga gadis itu. W
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status