All Chapters of YOU ARE MY BRIDE: Chapter 51 - Chapter 60
80 Chapters
DUA PILIHAN SULIT
Sebenarnya Zefa ingin sekali mengantar sang kekasih ke bandara.  Tetapi dia juga sadar diri.  Posisinya masih pegawai baru di perusahaan Dion.  Tidak mau memanfaatkan atasan hanya karena dia kekasih dari Novi, sahabat dekat Ziona.“Kamu pulang siang ini?” tanya Zefa.  Mereka berdua masih ada di dalam taxi yang bertengger tepat di depan kondominium.“Hmmm.  Aku harus segera berbicara dengan Papi dan Mami.” Ziona memeluk erat tubuh Zefa.  Berat untuk meninggalkan, namun harus dilakukan.  Ziona akan mempertahankan hubungan mereka.Pelukan mereka terlepas.  Untuk sesaat saling bertukar pandang.  Entah siapa yang memulai, sopir taxi menjadi saksi bisu tatkala bibir mereka menyatu.  Ada perasaan gundah yang tidak bisa mereka ceritakan.“Aku akan tunggu kamu di sini.  Segera kasih kabar kalau sudah sampai di Jakarta!” pesan Zefa setelah tautan bibir mereka terlepas.
Read more
MENETAPKAN PILIHAN
Ziona menangis di kamarnya.  Dia membuka galeri ponsel dan melihat foto-foto saat bersama dengan Zefa.  Senyumnya begitu lepas setiap kali bersama dengan laki-laki itu.  Bibirnya tersenyum, namun hati berusaha menahan sakit yang dalam.“Maafkan aku, Zef.  Aku nggak punya pilihan lain.  Aku harus melakukan ini.” Suara Ziona teredam dalam isak tangisnya. Entah sudah berapa lama dia menangis.  Kedua mata bengkak dan wajahnya sembab.  Kamar pun dia kunci agar tak seorang pun bisa masuk.“Non!” suara Bibi memanggil.  Sejak pagi majikannya tidak makan.  Asisten rumah tangga tersebut menjadi khawatir.“Iya Bi,”  sahut Ziona membuka pintu.“Bibi masak mie instan untuk Nona.  Tenang saja! Nyonya tidak tahu kalau Bibi menyiapkan ini untuk Non.” Apa pun Bibi lakukan yang paling penting majikan yang sudah dia asuh dari kecil mau makan.  Termasuk memasak mie ins
Read more
UCAPAN SELAMAT TINGGAL
Ziona sudah berdiri di ambang pintu apartemen Riko.  Dia ingin menghabiskan malam bersama dengan Zefa.  Hendak mengulangi masa-masa di saat mereka menikmati kuliner di malam hari, melihat merlion, dan menginap di capsule hostel yang sempit.“Zi?!” seru Zefa terkejut saat membuka pintu.  “Ini sudah malam banget, sayang.  Kapan kamu datang?” Zefanya masih berpikir jika wanitanya masih ada di Jakarta.  Dia tidak mendapatkan kabar apa pun dari Ziona.“Aku ingin kita berkencan sekarang,” pinta Ziona.  Tidak mau basa-basi lagi karena waktu yang dia miliki sangat terbatas.“Berkencan?” Zefa reflek melihat penunjuk waktu yang menghiasi pergelangan tangannya.  “Ini sudah malam, sayang.  Kita masih bisa melakukannya besok.  Sekarang kita istirahat saja ya! kamu juga pasti lelah.” Zefa berusaha membujuk, namun wanitanya hanya bergeming.  Tidak mau berpindah walau h
Read more
PERPISAHAN
Sejak sampai di kantor, Zefa sangat serius bekerja.  Ponsel pun diabaikan karena Dion memercayakan satu proyek baru untuk dia kerjakan.“Sudah waktunya makan siang,” ucap Dion.  Meski laki-laki itu CEO, tetapi tak jarang dia mengajak bawahan untuk makan bersama.  Apalagi sang kekasih sudah memintanya untuk membimbing Zefa hingga naik jabatan.“Eh iya,” sahut Zefa yang merasa dikagetkan karena ucapan atasannya. “Ya sudah kita makan saja.  Aku sudah lapar.  Sekalian aku mau ngajak kamu lihat pabrik,” ajak Dion membuat Zefa menunjuk diri sendiri karena heran.“Aku?” tanya Zefa.  Belum genap dua minggu bekerja di sana.  Rasanya terlalu cepat jika Dion memberikan banyak kepercayaan.“Iya.  Asistenku juga ikut.  Nanti kamu bisa belajar banyak dari dia.  Manfaatkan kesempatan selagi ada, Zef.”“Tetapi aku masih karyawan baru.&rd
Read more
PENGORBANAN ZIONA
Tidak mudah untuk Zefanya.  Ziona adalah wanita pertama yang berhasil merebut hatinya.  Selama ini dia selalu menutup diri dari hubungan romansa karena berpikir itu hanya akan merusak semua rencana yang sudah disusun.  Tetapi dia tidak bisa menolak Ziona saat wanita itu masuk dan memenuhi hatinya.“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Zefa.  Pria itu sedang menyendiri di sebuah bar.  Sudah seminggu dia memiliki kebiasaan baru.  Habis bekerja akan mampir ke bar untuk menghabiskan satu botol bir.  Selama ini Zefanya tidak pernah memboroskan uang untuk sesuatu yang tidak penting.  Tetapi kali ini, dia merelakan sepuluh dollar hanya untuk membeli satu botol minuman beralkohol.“Zefa, stop!” Saskia merampas gelas dari tangan Zefa.  Sudah seminggu setelah kepergian Ziona yang tak ada kabar, Saskia mengawasi temannya itu kejauhan.“Berikan padaku, Sas! Minuman itu bisa membantuku melupaka
Read more
TUNGGU AKU
Tiga hari yang lalu, Ziona dikejutkan dengan kedatangan Novi yang mendadak tanpa pemberitahuan.  Sahabatnya itu menggedor pintu kamar membuat Ziona yang sedang menangis harus membukakan pintu.“Novi?!” seru Ziona.  Wajah sembabnya terkejut melihat gadis seumuran dengannya berdiri di depan pintu kamar. Tidak menjawab, Novi justru memukul lengan Ziona beberapa kali.  Sangat kesal karena sahabatnya itu pergi tanpa berpamitan secara langsung.“Kamu anggab aku apa, hah?” teriak Novi.Takut menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di rumah, Ziona menarik pergelangan tangan Novi.  “Ayo masuk! kalau mau teriak di dalam saja,” tukas Ziona sambil mengunci pintu. “Ayo duduk!” ajaknya kemudian.“Kenapa dengan wajahmu?” Novi meneliti lingkaran hitam di kantung mata Ziona.  Wajah temannya itu juga bengkak.  Sangat jelas jika Ziona habis menangis.“A-a
Read more
PERTEMUAN ZEFA DAN ABIRA
Alex mengantar Ziona pulang.  Semenjak menjadi CEO di perusahaan keluarga, wanita itu semakin dingin.  Kesehariannya hanya dihabiskan untuk bekerja.  Baru saja sampai di rumah, Ziona melihat kedua orangtuanya sedang heboh memberi penilaian pada gaun yang dipakai oleh Abira.  Satu minggu lagi sang Kakak akan mengadakan konser piano perdana.“Kamu sudah pulang, Nak?” tanya Alana saat menyadari kehadiran anak keduanya.“Hmmm,” hanya dehaman yang dijadikan Ziona sebagai jawaban. “Bagaimana penampilan kakakmu? Dia sangat cantik, bukan?” Mor meminta pendapat pada Ziona.  Kebahagiaan sangat terlihat dari raut wajah pria tersebut.“Dia selalu cantik di mata Mami dan Papi. Kalau begitu aku ke atas dulu.  Capek bekerja seharian,” sahut Ziona.  Tidak memberikan pendapat apa pun tentang penampilan Abira.  Hal seperti itu sudah biasa dia saksikan.Ziona menaiki anak ta
Read more
SANGAT TAHU DIRI
“Papi tahu panti asuhan Abba Love?” pertanyaan muncul saat Abira dan keluarganya menikmati makan malam bersama.  Tentu saja nama panti asuhan tersebut terdengar jelas di telinga Ziona.  Sambil menikmati makanan, Ziona mendengar pembicaraan orangtua dan kakaknya.“Iya, Papi tahu.  Selama ini kita yang jadi donatur paling besar untuk tempat itu.” Sekilas melirik pada Ziona.  Seandainya Ziona tidak setuju dengan kesepakatan enam tahun lalu, maka Mor sudah menarik semua dana yang diberikan ke sana.“Memangnya ada apa?” tanya Mor melanjutkan jawabannya tadi.“Aku akan meminta panitia untuk mengundang mereka di acara konser piano aku.”“Kenapa bisa? itu konser diperuntukkan untuk kalangan atas, bukan?” Mor menambahkan pertanyaan.“Ketua panitia sudah memberitahu.  Mereka akan mengundang beberapa panti anak dan jompo.  Katanya sekalian untuk kegiatan amal. 
Read more
TIDAK MAU KETAHUAN
Hari yang ditunggu-tunggu oleh keluarga Mordekhai pun tiba.  Prestasi Ziona selama menjabat sebagai CEO bukan hal yang asing lagi.  Namun melihat penampilan Abira di konser piano akan menjadi kenangan bersejarah.  Untuk pertama kalinya wanita itu akan tampil di depan ribuan orang.Ziona masuk ke dalam kamar Abira.  Sang kakak baru saja mandi.  Dia akan berangkat terlebih dahulu untuk melakuan gladiresik.“Kak,” panggil Ziona mendekat.  Dia mengambil hair dryer di tangan Abira.  Kakaknya itu hendak mengeringkan rambut.  “Biar aku yang melakukannya,” ujar Ziona. Dia ingin sekali mengikuti acara penting sang kakak sampai selesai, namun Ziona tidak akan tahan melihat sikap kedua orangtuanya yang berlebihan.  Apalagi Mor sudah merencanakan akan membuat pesta sebagai perayaan.“Aku ingin sekali kamu ada di acaraku,” rengek Abira.  Dia melihat pantulan wajah adiknya dari cermin.
Read more
SIAPA SEBENARNYA DIA?
“Nona!” Alex memanggil, namun Ziona tidak berpaling.  Dia lebih memilih kembali masuk ke dalam toilet.  Rupanya wajah Alex tidak terlalu diingat oleh Zefa, meskipun pernah melihatnya di coffee shop.“Sepertinya atasan saya belum selesai.  Jika ada kesempatan, saya akan mengajaknya untuk mengunjungi panti asuhan tempat kalian,” ucap Alex pada Zefa. “Nggak apa-apa.  Kami harus kembali melihat pertunjukannya,” pamit Zefa dan Alex membiarkan mereka pergi.  “Sepertinya aku pernah melihat wajah laki-laki itu.  Tapi di mana ya?” batin Zefa sembari memegang tangan adik asuhnya.Ziona mengintip.  Memastikan apakah masih ada Zefanya atau tidak.  “Sepertinya dia sudah pergi,” gumam Ziona.  Dia keluar dan menemui Alex yang setia berdiri sembari menunggunya.“Sudah selesai, Nona?” tanya Alex.  Dia takut masih ada yang belum beres.&ldq
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status