Semua Bab Kinanti Bukan Wanita Malam: Bab 81 - Bab 90
93 Bab
Kekecewaan Hasnan
"Apa kamu masih ingat wanita itu?" Salim terhenyak seketika mendengar siapa yang dimaksud oleh sang Chairman. "Wanita yang mana, Chairman?"  Salim pura-pura tidak tahu meski dirinya tahu siapa yang dimaksud. "Kinanti!" Benar sudah apa yang menjadi dugaan Salim, bahwa cerita dari masa lalu akan kembali hadir. "Apa Chairman tahu wanita itu kini bersama Hasnan?" Batin Salim mengamati mimik muka sang cahairman dengan tenang. "Iya saya masih ingat Nona itu, Chairman. Lalu apa hubungannya dengan wanita itu lagi? Bukankah dia sudah tidak lagi terdengar kabarnya?" Kini berganti sang Chairman yang melihat Salim dengan seksama. "Iya benar, kabarnya sudah tidak lagi terdengar. Namun aku ingin kamu cari tahu keberadaan dia saat ini!" "Jleb....!"  "Ini pasti benar, Chairman pasti sudah tahu Nona Kinanti ada bersama Hasnan. Aku harus pura-pura tidak tahu, sampai Chairman cerita semua. Aku yakin belia
Baca selengkapnya
Syoknya Zain Abraham
"Assalamualaikum, halo Kak!"Sebuah suara dari benda pipih milik Kinanti yang baru saja keluar dari lift."Waalaikumussalam, iya Fan, ada apa?" Sahut Kinanti."Maaf mengganggu waktu nya Mbak!""Gak kok Fan, kebetulan Mbak lagi free.""Emmm...!"Irfan terdengar bingung harus berkata apa kepada sang kakak."Katanya mau ngomong, ada apa Fan?" Desak Kinanti."Kata Ibu tadi pagi, semalam Kak Zain menginap lagi di rumah!"Jantung Kinanti berdegup kencang mendengar nama sang kekasih yang sudah lama tidak dilihatnya."Ke rumah? Untuk apa?" Timpal Kinanti."Nyonya Retno masuk rumah sakit, Mbak. Terkena serangan jantung.""Astaghfirullah!" Kinanti menyumpal mulutnya.dengan telapak tangan kirinya."Bukankah dia ada di sini, kata Tuan Hasnan," celetuk Kinanti.Irfan sang adik lalu menceritakan semua kabar yang disampaikan oleh Bu Asri tadi pagi selepas kepergian Zain Abraham beserta Al
Baca selengkapnya
Terungkapnya Rahasia
Setelah berdiri lama dalam kebisuan, Kinanti akhirnya unjuk suara dan mendekati Hasnan."Bagaimana luka anda?""Lupakanlah soal lukaku, aku hanya ingin meminta maaf atas keegoisanku tadi."Kinanti tersenyum menatap pria yang kini berdiri sejajar dengan dirinya."Kamu tidak bersalah, di sini akulah yang bersalah karena tidak menepati janji. Jadi wajar saja jika Tuan marah."Hasnan menoleh ke arah Raihan yang masih berdiri di sudut ruangan, paham akan maksud tatapan sang CEO, maka Raihan pun segera keluar meninggalkan mereka untuk berbicara. Dan pintu pun ditutup."Aku tahu dalam hati kamu masih tersimpan cintamu untuk dia, dan aku sangat menghargai itu. Dan aku tidak bisa memaksa kamu untuk berhenti mencintainya. Tapi tidak bisa kah sekali saja beri aku kesempatan untuk membuktikan besar cintaku padamu?"Ucap Hasnan menghiba, menggenggam tangan Kinanti. Tampak kebimbangan pada wajah wanita tersebut."Tadi aku mendengar suaranya,
Baca selengkapnya
Suasana Bahagia
Siang berganti sore, hampir dua jam berada di kediaman Bu Asri. Ketiganya kemudian berpamit kembali pulang ke kota. Sebab masih banyak urusan yang harus Zain Abraham kerjakan, selain urusan pekerjaan. Termasuk salah satunya mengenai donor ginjal sang ibunda. Dan kini bertambah satu lagi yaitu menjemput kebahagiaannya yang sudah sangat ia rindukan lima tahun terakhir."Tunggu aku datang menjemput kamu, sayang!" Gumam Zain yang didengar oleh kedua pria di dalam mobil sembari tersenyum."Ehem...! Sebentar lagi keponakan lucu kita akan datang, siap-siap nambah pekerjaan kita pastinya ya Fan. Jadi Babysitter, supaya Mommy Daddy nya bisa honey moon," kelakar Alex.Zain meninju lengan Alex sambil terkekeh lepas. Sebuah tawa yang sangat jarang sekali terdengar kini terdengar riuh bak gemericik rinai hujan, menari di permukaan bumi. Ketiga pria di dalam mobil itu tertawa bersama. ***Jam kerja di perusahaan Hasnan telah berakhir. Setelah menghabiskan
Baca selengkapnya
Pengakuan Chairman Yazid
"Halo, Assalamualaikum, Nak!" Sapa seorang wanita paruh baya dari balik benda pipih. Rupanya sedang menelepon putri sulungnya yang baru saja menidurkan putranya, Abrizam."Waalaikumussalam, iya, Bu. Ada apa?" Sahut Kinanti."Begini, Nak. Sebelumnya Ibu minta maaf ya, sudah ingkar akan janji ibu sama kamu," tutur Bu Asri sedikit ketakutan."Kenapa harus minta maaf, Bu. Janji apa yang Ibu maksud?" Timpal Kinanti.Bu Asri mulai bercerita kejadian tadi siang saat Zain Abraham beserta Irfan dan Alex kembali mengunjungi kediamannya. Kedatangan mereka dikarenakan telepon Irfan yang tanpa sengaja didengar oleh Zain.Kinanti tidak bisa menyalahkan siapa pun atas kejadian itu. Mungkin memang Tuhan sudah menghendaki dia untuk bertemu dengan Zain Abraham. Entah kapan itu yang jelas, jika Allah sudah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bagi kita."Oh masalah itu Bu. Ya sudah nggak papa, Bu. In Shaa Allah Kinanti sudah siap menghadapi ma
Baca selengkapnya
Bermalam Di Rumah Sakit
Selepas mengakui semua kepada Zain Abraham di taman rumah sakit, Alex mengantar Chairman Yazid pulang ke mansion. Gantian Zain yang menjaga mamanya. Untuk menghilangkan rasa suntuk sang CEO, selepas mengantar Chairman pulang, Alex sengaja menjemput Irfan di kantor agar ikut menginap di rumah sakit. Beberapa makanan ringan serta minuman pengahangat pun dibeli oleh Alex."Selamat malam, Kak!"Sapa Irfan menyalami Zain saat baru saja tiba di ruang tunggu. Sebuah ruangan yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk keluarga pasien kelas VVIP."Eh kamu, Fan. Malam juga!" Balas Zain."Kalian yakin mau menginap di sini?" Tanya Zain saat melihat kedua pria yang baru datang membawa dua kresek berisi makanan, sedang Irfan membawa sebuah kasur lipat beserta bantal."Iya Kak, kita mau menginap di sini. Nih Kak Zain lihat saja Tuan Alex membeli camilan untuk teman begadang kita, iya kan Tuan?"Jawab Irfan tersenyum ke arah Alex.Tawa kecil pu
Baca selengkapnya
Dokter Andika Kaget
"Yaa Allah kepalaku kenapa berat sekali!" Keluh Kinanti memijat pelipisnya.Wanita yang datang ke kantor terlambat itu sepertinya sedang kurang enak badan karena semalaman begadang dan terlalu lama berpikir. Setelah Kinanti masuk ruang kerjanya, Hasnan menyusul untuk melihat keadaan wanita tersebut."Kamu demam?" Hasnan menempelkan telapak tangannya di kening Kinanti. Wanita yang tampak lesu itu tidak menjawab, hanya menidurkan kepalanya di meja. Sedang matanya telah terpejam."Benar-benar memang dia. Keras kepala! Sudah tahu sedang tidak enak badan masih saja memaksa kerja!" Gumam Hasnan menggerutu menyelimutkan jas yang ia kenakan di tubuh Kinanti. Cemas takut terjadi sesuatu, maka Hasnan menelepon dokter pribadinya."Selamat pagi dokter, tolong datang ke kantor sekarang juga. Sekertaris saya sepertinya sedang demam," ucap Hasnan saat berbincang dengan dokter pribadinya di telepon. Tak lama berselang dokter pun datang dan masuk ke ruan
Baca selengkapnya
Bahagianya Hasnan
"Menangis? Apa yang sedang ia pikirkan? Pasti dia benar-benar dalam tekanan," batin Hasnan.Hasnan kemudian duduk di tepi ranjang Kinanti bersama Brizam. Menunggui Kinanti sambil mengusap keringat yang mulai bercucuran setelah demamnya turun. Pengasuh Brizam berpamit ke dapur untuk memasak.Benar seperti yang telah dituturkan oleh pengasuh Brizam. Dalam tidurnya Kinanti mengeluarkan air mata. Hal itu semakin membuat Hasnan khawatir untuk beranjak pulang, sebelum wanita itu kembali membaik."Uncle, Mommy kenapa?" Tanya Brizam mendongakkan wajahnya pada Hasnan yang sedang memangku bocah tersebut."Mommy sedang sakit sayang. Coba sekarang Brizam cium Mommy supaya Mom cepat sembuh!" Dengan patuhnya bocah kecil yang sedang dipangku Hasnan, mendekati Kinanti dan mencium kening wanita tersebut. Hampir setengah jam keduanya menunggui dan setelah demam benar-benar turun barulah Kinanti bangun."Sudah lama kah kamu di sini?" Tanya Kinanti beranj
Baca selengkapnya
Perintah Makan Malam
"Bagaimana misal saat ini dia telah bersama pria lain dan melupakan mu?"Zain terhenyak seketika mendengar ucapan sahabatnya. Kedua matanya pun membola."Aku percaya Honey ku tidak akan melakukan hal itu. Dia tahu benar aku sangat mencintainya," tandas Zain Abraham."Ayolah kawan, kamu bukan lah orang dari jaman kuno yang berpikiran kolot. Ini tuh realita, real! Tidak ada yang tidak mungkin, secara kalian tidak bertemu lima tahun, apa lagi seperti yang kamu bilang tadi orang tua kamu turut andil di balik peristiwa yang menimpanya. Sangat besar kemungkinan dia dendam kepada kalian!"Dokter Andika berusaha menyadarkan sahabatnya untuk sadar dari mimpinya."Tidak! Aku yakin Honey ku masih orang yang sama. Sangat mencintaiku dan tidak akan mengkhianati ku. Aku di sini juga masih setia terhadap nya," sahut Zain Abraham tidak terima."Oke, semoga saja apa yang kamu pikirkan benar. Semoga keyakinan mu juga tidak salah!"Sebenarnya dokter And
Baca selengkapnya
Makan Malam Menyebalkan Alex Dan Lala
"Kamu!" Dua insan yang tiap bertemu tidak pernah akur, malam itu keduanya sama-sama dibuat kaget oleh keadaan.Rupanya klien yang Zain maksud adalah Lala, wanita yang pernah menyelamatkan dirinya dari godaan wanita malam saat dirinya tiap kali mabuk berat hampir tiap malam di Klub tempatnya bekerja bersama Kinanti. "Kenapa kamu yang datang? Tuan Zain bilang aku harus menggantikan beliau meeting dengan klien di sini. Lalu kenapa kamu yang muncul?" Tanya Lala masih tidak percaya."Oh jadi kamu orangnya, yang Tuan Zain bilang seorang klien yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Memang sejak kapan kamu jadi penjilat kepada tuan Zain?" Sindir Alex dengan ketus.Lala mulai naik pitam dituduh sebagai penjilat oleh Alex.  Dan gadis yang tengah duduk itu segera berdiri, "Tolong anda dengar baik-baik! Meski saya seorang gadis miskin rendahan, tapi saya masih punya harga diri. Jika saya mau menjadi penjilat itu sudah saya lakukan jauh saat atasan an
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status