Semua Bab If I Could Not Have You No One Could: Bab 61 - Bab 70
72 Bab
Anwar dan Rencana Bodohnya
Malu, hanya satu kata itu yang bisa melukiskan perasaan Anwar sekarang. Karena terlalu malunya, Anwar tidak keluar dari ruang gimnastiknya. Selama hampir satu jam, dia memukuli samsak itu untuk melampiaskan emosi dan rasa malunya.“Dasar tukang pelet! Berani-beraninya dia memecatku.”Dianggapnya samsak itu adalah Celo, si tukang pelet. Dia pukuli dan tendang samsak itu. Dia tumpahkan semua emosinya.“Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus menuntut balas terhadap semua perlakuan yang membuatku malu ini. Si tukang pelet itu beserta gundiknya harus mendapatkan balasan yang setimpal.” Kata Anwar pada dirinya sendiri saat dia berhenti sebentar memukuli samsak itu karena kehabisan nafas.  “Bagaimana si tukang pelet itu tahu kalau aku mendompleng penggelapan uang Gun, orang bodoh kepala gudang itu? Hanya aku dan Toni yang tahu soal itu. Dan enggak mungkin Toni. Dia terlalu setia sama aku. Enggak mungkin Toni melapor pada si tukan
Baca selengkapnya
The Table Has Turned
Semua sudah siap. Anwar melihat jam tangannya, jam dua siang. Hatinya senang bukan kepalang. Kalau urusan ini lancar dan sukses, malam nanti dialah yang menjadi pemilik sah bengkel besar itu. Dia berhasil menyingkirkan semuanya.Toni memang bisa diandalkan untuk hal semacam ini. Toni memang menjadi bawahannya di bengkel tapi kesetiaan kepadanya melebihi seekor anjing pada tuannya. Toni ini merupakan anak dari tetangganya di daerah sana. Namun, dia berhasil menguasai Toni ini karena dialah yang berjasa memasukkan Toni untuk bekerja di bengkel. Oleh sebab itu, kesetiaan Toni hanya ada padanya.Sesuai ide Toni juga bahwa lebih baik menggunakan tiga mobil. Dua mobil berada di rumah sakit internasional. Satu mobil bertugas mengambil dan memasukkan paksa anak istri si tukang pelet, sedangkan yang satunya bertugas mengalihkan perhatian. Toni dan satu orang lagi membawa satu mobil yang lain bertugas untuk mengambil paksa si tukang pelet. Toni juga menyarankan untuk menutup waj
Baca selengkapnya
A Dire Past
Gadis kecil itu berdiri di tengah halaman yang luas. Sejauh mata gadis itu memandang, hanya tumpukan putih salju tebal di atas tanah. Tidak ada rumah lain selain rumah yang berada di belakangnya, rumah Dad. Demikian pula di sekeliling gadis itu, badai salju yang turun sangatlah ekstrim. Bajunya yang tipis dan transparan tidak membuatnya surut untuk tetap berdiri di tempatnya dengan sikap sempurna.Gadis kecil itu sadar, ada sepasang mata yang mengawasi dirinya melalui jendela besar di belakangnya. Jangankan untuk menggigil kedinginan, bergerak sedikit saja bisa mengakibatkan hukuman yang lebih kejam daripada ini. Oleh sebab itu, dia harus kuat. Wajahnya kaku dan serius, terlalu kaku dan serius untuk gadis berusia tujuh tahun seperti dirinya.Hukuman seperti ini sudah menjadi santapan sehari-hari baginya. Ini juga bukan pertama kalinya dia dihukum dengan cara seperti ini. Ini adalah hukuman paling ringan. Biasanya hukuman seperti ini akan berlangsung selama min
Baca selengkapnya
The Death of the Loved One
Di ulang tahun perempuan remaja itu yang ke lima belas, Dad menghadiahi seorang pengawal. Seorang pengawal laki laki dengan tubuh sebesar dan setinggi Dad. Dad bilang bahwa perempuan remaja itu perlu diawasi agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Pengawal itu harus selalu mengikuti kemanapun si perempuan remaja itu pergi. Dad membayar pengawal itu untuk bekerja selama dua puluh empat jam sehari tujuh hari seminggu.Sesaat perempuan remaja itu melihat kepada si pengawal, ini semua hanya akal-akalan Dad. Pengawal ini hanyalah kepanjangan tangan dari Dad. Pengawal ini hanyalah bentuk baru dari penjara yang selama ini mengungkungnya. Dari pengawal ini, semua gerak-geriknya akan semakin terpantau dan Dad akan tahu semua tingkah lakunya.Perempuan remaja itu hanya pasrah menerima hadiah dari Dad. Dengan cepat perempuan remaja itu memeluk Dad dan mengucapkan terima kasih dengan berurai a
Baca selengkapnya
Tipu Muslihat Celo
Nuraga memacu motornya dengan cepat ke rumah Celo. Dia khawatir dengan nasib anak isrinya dan juga penasaran apa yang dimaksud Celo dengan kata-katanya di telefon tadi. “Bagaimana bisa Celo tahu tentang Wahid dan Dara disaat aku saja tidak tahu dimana mereka berdua?”“Apakah mungkin Celo berbuat yang tidak-tidak dan di luar nalar?”“Apa yang telah dilakukan Celo terhadap Wahid dan Dara?”“Tidak, Celo tidak mungkin berbuat yang tidak-tidak terhadap Wahid dan Dara. Celo bukan orang yang kejam. Celo bukan orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang dia mau.”“Kata Dara, Celo menunjukkan kedekatan yang luar biasa terhadap Wahid selama ini.”“Celo tidak ungkin berbuat kejam pada Wahid dan Dara.”Deggg…Jantung Nur berdegup kencang. Nur menyadari sesuatu.Ingatan Nur melayang pada si kurus yang dihajar Celo sampai babak belur se
Baca selengkapnya
Nyawa Nuraga
“Kalau aku tidak bisa memilikimu Nur, maka Dara dan Wahid pun tidak.” kata Celo menyeringai.Nur merasakan kengerian. Dengan cepat dia bangkit sambil mengelus pipi kanannya. Sakit.Celo memainkan pisaunya, melemparkannya ke tangan kanan dan kiri bergantian. Seolah-olah Nur adalah binatang buruan yang terperangkap dan pasti mati.“Aku mencintaimu Nur. Aku ingin memilikimu sepenuhnya. Aku tidak ingin berbagi dengan Dara ataupun Wahid.”“Tunggu dulu, aku tidak mengerti. Bagaimana bisa kamu membuat gosip di bengkel?”“Toni. Toni adalah anak buahku yang setia. Dia memang aku tugaskan untuk menjadi bawahan Anwar. Dengan bantuan Toni, aku bisa membisikkan apapun ke tua bangka serakah itu, termasuk gosip kita yang selingkuh, kita yang sekamar di Jakarta, dan laporan keuanganmu. Invoice itu gampang didapatkan. Aku yang punya hotel itu dan aku juga sudah mengatur agar kita sekamar. Ban yang meletus dan syok
Baca selengkapnya
Nasib Wahid dan Dara
Nur membawa Celo ke rumah sakit internasional. Nur tadi dengan sigap memasukkan Celo ke mobil Aston Martin dan membawanya ke rumah sakit. Nur khawatir dengan Celo. Sementara itu, dirinya juga khawatir dengan nasib anak dan istrinya. Dia hanya menuruti instingnya. Dia hanya menyelamatkan Celo dan dirinya yakin Wahid dan Dara tidak ada di rumah yang meledak itu. Nur yakin kalau Celo tidak sejahat itu. Sesampainya di rumah sakit, dirinya dan Celo langsung dibawa ke instalasi gawat darurat. Celo mengalami syok dan luka pukulan dan bantingan. Sedangkan Nur mengalami luka sayatan. Nur mengatakan bahwa Celo dan dirinya adalah korban perampokan. Nur tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Dia tidak mau berurusan dengan polisi dan membuat semuanya semakin kacau. Ini hanyalah masalah kecil yang seharusnya bisa diselesaikan dengan mudah dan dengan cara damai. Luka yang dialami Nur tidak parah. Benar dugaan Nur, luka sayatan yang dangkal dan sama sekali tidak berba
Baca selengkapnya
Penyesalan Nur
Nur benar-benar berusaha untuk bisa bangkit dari posisi rebahannya. Kalau saja dia benar-benar kangen dan ingin bertemu Wahid dan Dara, di pasti mengalah dengan rasa sakit yang mendera itu. Dia mungkin lebih memilih untuk menyerah pada sakit di sisi kiri perutnya daripada harus berusaha agar bangkit.Setelah sekitar tiga puluh menit berusaha, usaha Nur membuahkan hasil. Dia bisa bangkit dari rebahan. Kakinya sekarang sudah menggantung di pinggir ranjang. Kini tinggal berusaha unutuk berjalan ke kamar mandi. Dia juga baru sadar kalau dia tidak dipasang kateter untuk buang air kecil.Tiba-tiba juga dia merasa ingin buang air kecil. Dorongan yang kuat untuk buang air kecil.Dalam waktu satu jam, dia telah berhasil menjalankan misi yang diberikan oleh dokter Mus. Kini tinggal memanggil meminta tolong perawat untuk mengantarnya ke kamar Wahid. Tapi buat apa Nur meminta bantuan perawat? Dia bisa sendiri. Bukankah tadi dokter Mus bilang bahwa kamar Wahid ada di depan k
Baca selengkapnya
Kekecewaan Dara
Dara masih melihat Mas Nur dengan kemarahan yang memuncak. Dia benar-benar ingin meluapkan segala kemarahan kepada Mas Nur saat itu juga. Kalau saja tidak ada Papa dan Wahid di kamar itu. Dia pasti sudah melempar Mas Nur keluar jendela dan membiarkannya terjatuh dari lantai lima dan remuk di bawah sana.“Bagaimana keadaanmu Nur?” tanya Papa kepada Mas Nur yang terlihat masih menahan sakit karena luka di perutnya. Kepalanya juga di perban.Dara mengetahui sebab Mas Nur menderita itu semua. Dokter Mus tadi pagi datang dan menjelaskan semuanya kepada dirinya dan Papa. Ketika dokter Mus menceritakan cerita kepahlawanan Mas Nur yang membantu Bu Celo lepas dari para perampok yang menyatroni rumah Bu Celo, Dara merasakan sebersit kekhawatiran atas keselamatan Mas Nur. Ingin dia segera berlari dan melihat keadaan Mas Nur yang ada di seberang ruangannya.Niat itu diurungkannya.Dara masih marah kepada Mas Nur. Dara merasa jijik dengan Mas Nur. Entah me
Baca selengkapnya
All Mysteries Are Gone
“Aku sebenarnya menerima pekerjaan lepas waktu sebagai penerjemah sejak setahun yang lalu. Aku enggak pernah bilang soalnya aku takut Mas Nur tersinggung. Aku takut kalau Mas Nur merasa kecil karena berpikir uang yang diberikan Mas Nur kurang. Oleh sebab itu, aku tidak pernah bilang soal ini. Oleh sebab itu pula, pekerjaan rumah banyak yang terbengkalai. Aku minta maaf soal itu.”Dara melihat Mas Nur menutupi mukanya denga kedua telapak tangannya. Mas Nur sepertinya menangis. Dara tadi sebenarnya melihat ada bekas-bekas tangisan di wajah Mas Nur, namun Dara diam saja. Dara tidak pernah tahu dan tidak mau tahu alasan Mas Nur menangis.“Aku minta maaf juga Sayang, gara-gara itu, aku menyangka Sayang berselingkuh. Aku berpikiran buruk ketika laptop Sayang itu menyala dan setiap kali laptop itu menyala, semua pekerjaan rumah terbengkalai.”“Aku minta maaf Mas, aku sudah menyimpan rahasia di hubungan kita.”“Sayang, ak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status