All Chapters of Luka Cinta Aluna: Chapter 81 - Chapter 90
110 Chapters
Bab 81 Sindy bertemu Laura
***“Fian! Bunga ini mau di antar ke mana? Di sini tidak ada alamatnya, hanya nomor handphone!” teriak Sindy. Membolak-balik kertas yang ada di bunga.“Tidak perlu aku tulis Alamat di situ, Moza! Masa kamu tidak tahu di mana Hotel Sindyolan!” ucap Fian lantang. Sambil memperbaiki bunga sesuai warna.“Aku benaran tidak tahu, Fian!”ujar Sindy, sambil menggeleng pelan. Menampakan wajah penuh tanya. Berbalik melihat Sindy. “Itu hotel terbesar di kota ini. Kamu lahir di mana sih, apa selama ini kamu tidak pernah keluar rumah. Hotel besar dekat stadion itu loh, Moza! Masa kamu tidak tahu?” ucap Fian, gemas melihat Sindy yang seperti orang baru di kota itu.“Oh. Okey!” ujar Sindy, langsung meninggalkan Fian. Tidak ingin membuat Fian marah, dan banyak bertanya tentangnya, karena ia yang terlihat seperti orang baru. Sindy mulai mengendarai sepeda. “Nanti kalau aku tidak tahu, aku akan b
Read more
Bab 82 Cari Sindy Secepatnya!
Sindy sudah keluar dari gerbang. Sambil mengendarai sepeda, ia masih memikirkan kejadian di dalam hotel. Tidak terpikirkan olehnya, jika akan bertemu Laura. “Kamu harusnya tahu, Sindy. Jika kaburnya di Kendari, resikonya akan begini. Kamu akan bertemu dengan mereka, teman-teman lamamu. Bahkan kamu juga akan bertemu dengan Zolan, jika dia masih ada di kota ini," lirih Sindy menasehati diri.Sambil menggeleng, ia berpikir untuk tetap berada di Kendari. “Setidaknya kota ini yang paling aman, untuk aku bersembunyi. Kalau bukan di sini, di mana lagi aku akan melarikan diri. Aku sudah tahu lika-liku kota ini, meskipun banyak yang telah berubah. Kalau di Kota lain, aku akan menjadi orang asing. Setidaknya aku akan aman, selama tiap keluar rumah, aku selalu berpakaian seperti ini. Di sini banyak tempat untuk bersembunyi,” Sindy membatin, ia lanjut mengayunkan kaki, setelah lampu merah di jalan berganti hijau.Di tempat berbeda, seorang lelaki berbadan kekar s
Read more
Bab 83 Aluna berdamai?
*** Aluna sedang menatap langit-langit kamar, sudah dua hari ia tidak melihat Anton di kampus. Harusnya senang, aktivitasnya sekarang berkurang. Tetapi, hati tidak bisa berbohong. Aluna merasa kehilangan aktivitas yang selalu membuatnya bahagia. Jika dulu menjaga Angel menjadi pelampiasan dari kejenuhan menjalani hidup, sekarang semua itu sirna. Bahkan mungkin Anton sudah tidak mengizinkan Aluna untuk bertemu Angel. “Kalau saja aku tidak lama berpikir, kalau saja aku tidak egois, kalau saja aku lebih memikirkan Angel, pasti ini semua tidak akan terjadi. Aku yang salah! Anak itu masih terlalu dini, jika harus dibully di sekolah. Aku juga memang di bully oleh teman-teman di kampus, tetapi aku lebih bisa siap, karena aku sudah dewasa dan mentalku bisa berdamai dengan keadaan, meskipun itu sulit dan sakit. Tetapi itu tidak berlaku untuk Angel, dia masih terlalu kecil.” lirih Aluna. “Kamu harusnya lebih memikirkan perasaan anak kecil itu, Aluna. Dia hanya anak yan
Read more
Bab 84 Salah Menduga
“Yuk, tidur! Aku sudah ngantuk!” ucap Aluna, mulut terbuka berpura-pura menguap. Memperbaiki bantal yang menjadi sandaran agar kembali pada posisi awal. Aluna sudah berbaring, memiringkan badan membelakangi Zolan. “Al, kamu benaran ngantuk jam segini?” tanya Zolan, heran, sambil melirik jam yang ada di dinding. Ia mencolek-colek belakang Aluna untuk membangunkan.  Merasa terganggu dengan tingkah Zolan, Aluna berucap, “Aku besok bangun subuh, jadi harus tidur cepat!” “Tapi aku belum bisa tidur, Aluna! Masa iya, tidur jam segini. Ini masih jam setengah sembilan!” Zolan berhenti mencolek belakang Aluna. Mengambil beberapa bantal untuk di jadikan pemisah. Zolan pun ikut membaringkan badan. “Kamu tidak bangun cuci muka dulu, baru tidur? Bukankah semua perempuan kalau mau tidur pasti bersih-bersih dulu? Nanti kamu jerawatan loo, Al,” Zolan masih mengajak Aluna berbicara, mencari cara agar Aluna bangun. “Masa iya sih, Al, jam segini kamu sudah n
Read more
Bab 85 Fatma Merajuk
*** “Kabar Aluna bagaimana, Fatma?” tanya Fahmi. Mereka sedang makan mie goreng ayam, pesanan Fahmi. “Baik!” ujar Fatma, singkat. Mendengar nama Aluna, selera makan Fatma hilang. “Aku sudah selesai makan, mienya nggak enak!” ia langsung berdiri meninggalkan meja makan. “Fatmaaa! Mau ke mana? Ini mie nya di habiskan dulu!” teriak Fahmi dari meja makan. “Anak itu kenapa sih? Ini ‘kan mie kesukaannya, tumben tidak mau di habiskan.” Fahmi menggeleng heran melihat mie di atas meja. Fatma baru memakan tiga sendok. “Apa mungkin dia lagi ada masalah?” batin Fahmi, sambil masukan makanan ke dalam mulut. "Atau mungkin mie nya memang kurang enak!" Ia membawa mangkok mie goreng ayam Fatma ke hadapannya, menyicip sedikit seujung sendok. "Enak!" berucap dengan pelan. Fahmi mempercepat gerakan makan, agar segera ke kamar Fatma. Kurang lebih lima menit. Mangkok Fahmi sudah bersih, ia membawa ke dapur, menaruh begitu saja ke westafel. Mie milik Fatma, ia tutup
Read more
Bab 86 Zolan Meminta Pendapat
Setelah empat kali panggilan, akhirnya orang itu mengangkat telepon. “Informasi ini benar?” Fahmi langsung berucap, ketika orang dari balik telepon terdengar mengucap hallo.‘iya benar, Pak! Aku baru saja mendapat datanya langsung dari bandara!’"Sudah berapa hari dia di sini?" tanya Fahmi, tegas.'Dua minggu, Pak!'“Jaga informasi ini, jangan sampai Zolan tahu!” ucap Fahmi. Tangan kiri bertolak pinggang. Sesekali ia mengusap kepala, pusing memikirkan kedepannya jika Zolan mengetahui informasi itu.‘baik, Pak! Pak Zolan tidak akan tahu tentang ini! Aku akan pastikan data perjalanannya akan terhapus!’“Aku percayakan semuanya ke kamu! Cari tahu secepatnya sekarang dia tinggal di mana! Cari tahu juga sebelumnya dia berada di mana? Kenapa kabarnya baru terdengar setelah sepuluh tahun lebih? Sekarang kita sudah mendapat satu informasi tentang Sindy, kita akan lebih
Read more
Bab 87 Pertemuan
“WHAT! Gila kamu, Zolan! Punya nafsu nggak sih? Lihat perempuan secantik Aluna, masa kamu sama sekali belum menyentuhnya?” tutur Fahmi dengan nada suara tinggi. Ada jeda dalam ucapan. “Kamu sudah tidak waras Zolan!” lanjutnya, sambil menggeleng. “Tidak mungkin aku bisa menyentuh, sampai sekarang aku belum mencintainya," ucap Zolan, sambil menatap kosong ke depan. “Hingga kapan kamu menunggu Sindy? Apa kamu yakin jika dia akan kembali ke sini? Tidak ada yang menjamin, Bro! Bisa jadi sekarang Sindy sudah menikah, punya anak, dan bahagia dengan rumah tangganya. Sedangkan kamu di sini, masih terpuruk menunggunya! Belajarlah untuk mencintai Aluna! Aku tidak akan pernah berhenti mengingatkan kamu untuk berusaha mencintai istrimu, Zolan! Kalau yang kamu pikir itu tentang fisik, Aluna tidak kalah cantik dari Sindy, dia hanya terlalu sederhana.” Beberapa kali Fahmi menaikan nada suara, marah pada Zolan. “Tetapi aku dan Aluna sekarang sudah bahagia hidup seperti ini. K
Read more
Bab 88 Ulang Tahun Aluna
Sindy masih tidak percaya dengan apa yang barusan saja terjadi. Ia membatin, “ternyata Zolan masih ada di sini! Aku pikir Zolan akan berkarir ke luar kota atau keluar negeri. Kenapa jadi begini? Kenapa aku bisa bertemu dengan Zolan? Apa dia masih mengingatku? Tadi aku tidak tahu akan merespon seperti apa, itu pertemuan yang tidak aku duga. Akhirnya aku memilih cepat pergi, sebelum Zolan menyadari jika orang yang ia tabrak itu aku.” Kaki mengayunkan sepeda dengan lambat. Lama berdiri, Zolan kembali masuk ke dalam mobil. Ia mulai menyalakan mesin setelah perasaan membaik. “Hampir saja aku mencelakai anak orang. Untung dia tidak kenapa-napa!" Zolan terdiam, saat mengingat moment ketika perempuan itu bicara. "Suaranya!" ucap Zolan, dan terdiam beberapa saat. "Suara yang mirip dengan Sindy itu banyak, Zolan! Tidak usah baper, hanya karena mendengar perempuan itu bicara. Tetapi, dia sudah mengingatkan aku dengan sosok yang aku rindukan!” Zolan membatin. “Sudah! Sudah! Aku
Read more
Bab 89 Fahmi Percaya Aluna
Di tempat berbeda, Fatma terduduk di sofa yang ada di kamar. Sebelumnya ia ingin menemui Fahmi, berniat mengajak untuk jalan-jalan. Tetapi, Fatma mendapatkan Fahmi sedang bercerita dengan Zolan. Fatma mendengar semua, sesuatu yang membuatnya berdiri terpaku.“Jadi Kak Zolan masih mencintai mantan kekasihnya. Berarti Aluna dulu berbohong padaku, katanya Kak Zolan mencintainya. Katanya juga, Zolan dan dia sudah menjadi pasangan yang bahagia. Atau mungkin Aluna mendekati Pak Dokter karena tahu, jika Kak Zolan tidak pernah mencintainya,” lirih Fatma. “Tetapi, aku harus memastikan dulu! Yang aku dengar tadi belum tentu benar! Aku masih tidak percaya!” lanjutnya sambil menggeleng. Beberapa menit kemudian, Fatma berdiri, melangkah keluar menuju kamar Fahmi.Setibanya depan pintu kamar, Fatma langsung membuka. Mengeluarkan suara untuk memanggil. “Fahmiii!” berteriak.Fahmi yang sedang menatap keluar jendela, terkejut mendengar suara c
Read more
Bab 90 Tidak Jadi Dinner
"Ihhh, Kakak! Kenapa tidak percaya dengan adik sendiri?" ucap Fatma dengan nada manja dan raut wajah ngambek."Mie tadi sudah di habis 'kan? Nanti nggak usah lagi pesan-pesan!" Fahmi sengaja menjahili Fatma dan mengalihkan pembicaraan.Fatma menggeleng sambil memonyongkan bibir. Tanpa menjawab pertanyaan Fahmi, ia langsung berdiri untuk kembali ke kamar. Selama berjalan, ia terus saja membatin, “apa yang di ucap Kak Fahmi ada benarnya juga. Tidak mungkin Aluna menikah dengan Pak Anton sedangkan dia itu istri sah dari Kak Zolan. Aku harus cari tahu yang sebenarnya terjadi."“Tapi bagaimana caranya aku cari tahu? Atau aku tanya langsung ke Aluna! Tetapi kalau berita itu benar, bagaimana? Terlalu sakit jika aku mendengar langsung dari mulut Aluna,” Fatma berkata lirih. Ia sudah berada di kamar. Tidak mau duduk, ia terus saja mondar-mandir.Berhenti melangkah, Fatma berucap, “Lilis! Iya, Lilis! Aku bisa cari tahu kebenarannya lewat Lil
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status