Semua Bab Kebangkitan Sang Naga Emas: Bab 81 - Bab 90
217 Bab
Episode 81. Kelas Pertama
Pagi ini akan dimulai kelas pertama Yuasa di akademi, dia sudah siap dengan seragamnya. "Rasanya aku sudah sangat merindukan Rosaline. Biasanya dia yang menyiapkan semuanya." Yuasa harus melakukan semuanya sendiri, tidak ada satu pelayan pun yang diperbolehkan membantu para pangeran maupun putri. Dia sudah diajarkan Rosaline mengikat rambutnya sendiri dan juga menyiapkan keperluan pribadinya. Selama ini dia tidak pernah melakukannya karena selalu ada pelayan yang menyiapkan semuanya.“Kau sudah siap juga,” sapa Recca yang berdiri di depan pintu kamarnya dan sedang mengunci pintu kamarnya.“Ya,” jawab Yuasa ikut mengunci pintu kamarnya dan memasukkan kuncinya ke dalam tas.“Mana dia, belum keluar juga,” gerutu Recca menatap pintu kamar nomor 25 yang belum juga terbuka.“Apa Rainsword belum siap?” tanya Yuasa ikut melirik ke arah pintu kamar 25.“Woi, ayo berangkat!” teriak Recca yang sudah tidak sabar dan mengetuk pintu dengan kasar.“Tunggu!” balasa
Baca selengkapnya
Episode 82. Kelas Pengawal Elite
Rosaline baru pertama kali mengikuti pembelajaran formal sebagai pengawal. Dia memang belajar di sekolah petarung saat masih di Red Ruby tapi itu tidak dikhususkan untuk pengawal."Perhatian! Bagi seorang pengawal, orang yang menjadi prioritas utama kita adalah master kita, majikan kita, junjungan kita, jangan sampai dia celaka. Lebih baik kita yang terluka dibandingkan mereka karena itu adalah harga diri seorang pengawal. Mengorbankan diri demi melindunginya adalah kebanggaan. Akan tetapi, semua itu jika memang tidak ada jalan lain. Ingat, mereka juga menginginkan kita tetap hidup." Pelatih memberikan pesannya kepada seluruh pengawal yang siap berjuang hingga titik akhir hidupnya. Kelas pengawal hanya terdiri dari lima belas orang, tidak banyak karena mereka menargetkan standar tinggi. Mereka adalah orang-orang terpilih."Hai, Rosaline siapa majikanmu?" tanya Serafina, seorang gadis berambut biru kemerahan mendekati warna ungu gelap. "Seorang pangeran, dia cukup m
Baca selengkapnya
Episode 83. Spirit Alam (1)
Yuasa berjalan bersama Recca dan Rainsword. Tak hanya mereka tapi satu kelas semua bersama-sama menuju tempat yang disebut hutan. "Dari kemarin aku ingin bertanya, kenapa seragam kita berbeda? Kemudian tempat duduk juga khusus," tanya Yuasa kepada Recca yang ada di sebelahnya."Karena kita tiga peringkat tertinggi. Seragam ini adalah penghargaan supaya mereka tahu siapa saja yang telah mendapatkan peringkat itu." Recca menjelaskan sambil terus berjalan mengikuti pengajar hari ini."Tapi kenapa aku juga terpilih? Aku hanya manusia biasa," imbuh Rainsword. Dia merasa kemampuannya tidak setara dengan kedua teman barunya ini."Mana ku tahu, tanya saja panitia," sahut Recca mengerucutkan bibirnya.Yuasa memperhatikan Rainsword, dia terlihat biasa saja. "Aneh, dia seharusnya memiliki kemampuan khusus. Permaisuri Erina adalah seorang penjaga," batin Yuasa."Kekuatannya belum bangkit, karena dia setengah manusia," jawab Aurum yang terdengar malas dalam benaknya.
Baca selengkapnya
Episode 84. Spirit Alam (2)
Suara teriakan Recca membuat semua pengawal mencabut senjata dari sarungnya. Mereka waspada dengan segala kemungkinan. Mata elang terlihat waspada, melihat ke segala penjuru bahkan suara semilir angin pun menjadi tersangka yang dicurigai.“Recca, ada apa?” bisik Rainsword yang kebingungan melihat situasi tiba-tiba berubah.Tanpa menjawab pertanyaan Rainsword, Recca justru memberikan komando kepada semua pengawal.“Perhatian! bawa semua siswa ke tempat yang aman,” teriaknya.“Tempat yang aman, apa maksudmu?” tanya Rainsword yang sudah ditarik pengawalnya untuk meninggalkan tempat ini. Ada getaran yang terasa dari bawah tanah, seperti gempa dan ada sesuatu yang bergerak di bawah rumput-rumput.“Spirit tanah,"gumam Recca. "Bersiap!” teriak Recca.Rainsword tidak mengerti kenapa temannya itu menjadi pemimpin dan mengatur para pengawal sementara dirinya ditarik bersama dengan pangeran dan bangsawan lainnya.“Cepat kembali ke akademi,” bisik Yuasa yang sam
Baca selengkapnya
Episode 85. Kelas Menunggang
Yuasa membuka matanya perlahan. Cat warna putih langit-langit yang begitu familiar, warna putih khas rumah sakit.“Lagi-lagi masuk rumah sakit. Kembali lagi ke sini di hari kedua, entah apa yang akan dikatakan paman jika dia tahu,” batin Yuasa menghela napasnya sesaat sebelum menoleh ke arah Rainsword yang menunggunya dengan cemas.“Yuasa, kau sudah siuman. Apa ada yang sakit?” tanya Rainsword membantu Yuasa untuk duduk.“Tidak ada, hanya seperti biasanya, pingsan. Tubuhku lemah, jadi aku sering pingsan,” jawab Yuasa yang tersenyum dipaksakan.“Pasti sulit bagimu,” balas Rainsword, dia bersimpati dengan kondisi Yuasa yang memang terlihat lemah. “Di mana Recca?” tanya Yuasa menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak menemukan sosok temannya yang berambut jingga.“Entahlah, tadi setelah menyerahkan dirimu untuk dirawat, dia pergi bersama para pengawal,” jawab Rainsword. Meskipun ingin tahu apa yang terjadi, Rainsword mengurungkan niatnya.“Lebih baik kau i
Baca selengkapnya
Episode 86. Bertemu Ratu di Istana Awan
Yuasa berlari sekencang yang dia bisa, tetapi kepakan sayap pegasus terdengar semakin dekat. “Aurum, apa kau tidak bisa memberiku sedikit tambahan energi?” teriak Yuasa yang mulai panik mendengar kepakan sayap para kuda terbang yang mengarah ke arahnya.“Untuk apa, santai saja. Mereka tidak akan melukaimu, itu hanya kumpulan kuda terbang, mereka hanyalah tunggangan,” jawab Aurum yang terdengar malas-malasan.“Apanya yang santai? kalau terinjak pasti sakit ‘kan,” protes Yuasa dan dia akhirnya berhenti berlari saat kawanan pegasus itu mengepungnya.“Mereka mau apa, Aurum,” batin Yuasa. Dia mundur satu langkah dan mengawasi kawanan pegasus yang mengelilinginya. Recca mengacak rambutnya, dia tidak tahu lagi harus bagaimana. Yuasa selalu saja terlibat masalah, kemarin bermasalah dengan spirit alam dan hari ini jadi incaran kawanan pegasus.“Tuan Muda recca, apa yang harus kita lakukan?” tanya petugas yang berada di dekat Recca.“Hubungi ayahku, aku tidak tah
Baca selengkapnya
Episode 87. Serangan Panah Hitam
Yuasa kembali mengudara di atas kuda terbang yang mengaraknya kembali ke akademi. Pemandangan di udara begitu indah, semua yang ada di bawah nampak kecil. Pangeran dengan rambut keemasan masih menggunakan jubahnya sehingga hawa dingin tak lagi mengganggunya."Aurum, kau tahu gunanya mutiara mimpi?" tanya Tiasa kepada sang naga. Ratu dari Istana Awan mengatakan dia mengetahui bagaimana mutiara itu bekerja. Akan tetapi, naga itu tidak menjawab hingga membuat Yuasa kecewa.Tempat menunggang akademi sudah terlihat, mereka yang berada di bawah terlihat bersiap-siap menyambut kedatangan kawanan pegasus. "Yuasa awas!" Suara Aurum menggema dengan keras di kepalanya. Pegasus yang dinaiki tiba-tiba di serang. "Aurum!" seru Yuasa saat mendengar sang naga berteriak dan kini dirinya mengenakan baju zirah keemasan dari sisik naga."Bertahan, Pangeran!" suara sang kuda terbang ikut menggema di kepala.Panah-panah hitam meluncur dan menjadikan mereka sebagai sasarannya. Kawanan pegasus menggunakan b
Baca selengkapnya
Episode 88. Kembar
Malam semakin larut, Rainsword sudah berada dalam tidur lelapnya. Tidurnya mulai terganggu saat sebuah mimpi mulai terbentuk di alam bawah sadarnya.“Yuan!” Teriak Rainsword memanggil adiknya yang terus berlari. Dia mengejarnya hingga jalan buntu, sebuah tebing terjal.“Tidak mungkin dia melompat,” gumam Rainsword melihat ke bawah tebing yang begitu curam.Rainsword mengalihkan pandangannya karena mendengar suara tawa. Suara tawa yang asing, dia berbalik dan mencari sumber suara itu.“Yuan!” teriaknya lagi. Namun, saat sosok yang dia panggil itu menoleh dia merasa asing dengan sosok itu. Wajahnya sama dengan adiknya tapi dia bukanlah adiknya.“Bukan Yuan, tapi mirip. Mereka seperti kembar,” gumam Rainsword. Pijakan kakinya tiba-tiba retak, Rainsword mundur untuk menghindari retakan tersebut. Dia melihat sosok yang seperti adiknya itu terbang dengan sayap merah yang menyala. Rainsword yakin dia perempuan meskipun Yuan sama cantiknya dengannya tapi yang dia lihat kali ini pastilah perem
Baca selengkapnya
Episode 89. Menjaga dari Jauh
Rosaline yang melihat Pangeran Yuasa kembali ke asramanya merasa senang. Akhirnya sang pangeran telah siuman dan bisa beraktivitas kembali."Lagi-lagi di sini," ucap Serafina menyindir Rosaline yang duduk di atas atap. Dia melihat Rosaline memperhatikan ketiga pemuda yang ada di bawah sana."Yang mana pangeran pujaanmu?" Serafina menggoda Rosaline dan mendapat cubitan kecil di lengannya."Kau ini!" balas Rosaline yang masih memperhatikan ketiganya yang sedang berjalan di koridor."Ketiganya tampan, kalau aku boleh memilih, aku pilih yang rambutnya perak. Tampan, tinggi dan juga gagah," ucap Serafina memandang pemuda yang ada di bawah sana."Itu Pangeran Rainsword, pilihan ya
Baca selengkapnya
Episode 90. Dia Adikku
Rainsword keluar dari kamar Yuasa dengan kondisi kesal dan marah. Dia tidak terima jika adiknya, Yuan, diakui sebagai adik Yuasa. Bagaimanapun Yuan adalah adiknya. Tanpa mendengar penjelasan dia langsung pergi dari kamar itu dan tidak peduli dengan panggilan Yuasa. Yuasa tidak mengejar dan Rainsword pun tidak mau mendengar.“Kau kenapa?” Recca yang berdiri di depan pintu kamarnya melihat Rainsword yang sedang kesal.Pemuda berambut perak itu berhenti dan melirik sebentar lalu mendengus kesal. Tanpa kata dia hanya memberi isyarat untuk mengikutinya. mereka mencari tempat yang nyaman untuk berbicara, sebuah taman yang ada di asrama pangeran. Tempat itu sepi karena jarang ada pangeran yang bersantai di waktu seperti ini.“Kalau kau jadi aku, kau juga akan kesal,” ucap Rainsword membuka pembicaraan mereka.“Kau bertengkar dengan Yuasa? Rasanya mustahil anak seperti dia membuatmu marah,” balas Recca. Dilihat dari segi manapun Yuasa terlihat kalem dan lebih akan mengalah d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
22
DMCA.com Protection Status