Semua Bab Once then Forever: Bab 41 - Bab 50
70 Bab
Bab 41
  Duduk bersisian di sofa ruang tamu rumah Maudi, Mirna dan Dimitri menampakkan dua ekspresi yang bertolak belakang. Satunya menegakkan punggung dengan dagu terangkat dan raut wajah tenang. Sementara si ibu terlihat beberapa kal membasahi bibir dan menautkan kesepuluh jemari. Ketegangan milik Mirna juga terpancar dari wajah kedua orang tua Maudi. Tiba-tiba dikunjungi calon besan dan menantu, sudah pasti ada hal penting.  Mereka menanti pembicaraan dibuka, lalu saat Dimitri buka mulut, mengutarakan sebagian maksud,  hening sesudahnya terasa mencekam dan menusuk. "Maaf karena tidak mengatakan hal ini dari awal. Saya bersalah karena sudah mempermainkan perasaan Maudi demi menghindari omelan dan paksaan Mama. Saya tidak bersedia menerima perjodohan ini, Om, Tante, Maudi." Wajah keluarga Maudi serempak memucat dengan sorot kecewa di mata. Tegas, Dimitri melanjutkan. "Saya da
Baca selengkapnya
Bab 42
"Saya ... saya mau resign, Pak. Saya akan berhenti kerja, hari ini."Di tengah kebingungannya, Dimitri mengurai pelukan. "Kamu dapat pekerjaan baru di mana? Kenapa tiba-tiba?" Pria itu semakin tak paham ketika Sera tak sudi menatap wajahnya."Apa hubungannya uang ini sama kamu resign?"Dimitri berusaha berpikiran jernih. Mungkin, Sera memang sudah mendapat pekerjaan baru. Tidak masalah bila perempuan itu tak bekerja di rumah Mirna lagi. Toh, nanti, setelah mereka menikah, mereka akan tinggal di rumah Dimitri.Tidak menjawab, Sera mengusapi wajah yang basah. "Saya pamit, Pak." Perempuan itu meninggalkan ruang tamu, hendak mengumpulkan barang-barang.Ditinggal begitu saja, jelas Dimitri semakin kebingungan. Ada apa sebenarnya? Mengapa tiba-tiba sekali Sera melakukan ini semua?Tak lama, Mirna mendatangi. Sama seperti dirinya, si ibu juga kebingungan akan pe
Baca selengkapnya
Bab 43
Sudah lewat tengah malam, di kamarnya, Sera yang duduk memeluk lutut di salah satu sudut masih betah memperdengarkan isakan, meski bulir air mata tak lagi turun.Habis sudah air mata perempuan itu menangisi semua kesedihan yang ada. Tak ada eskpresi di wajah lelahnya. Mata yang bengkak itu menyiratkan kekosongan juga luka yang mendera.Jelas, kilasan peristiwa beberapa hari lalu menari-nari di pelupuk mata. Lengkap dengan semua makian dan hinaan yang kembali menyayat sanubari.Hari itu sekitar pukul sepuluh pagi, Sera baru tiba di rumah sang ibu, karena diminta Tina untuk segera pulang. Suatu keadaan yang belum apa-apa sudah membuat ia panik.Sera diminta duduk oleh Tina yang wajahnya sudah berderai air mata. Tak ada Theo atau Hares yang bisa ditanyai perihal apa yang sudah terjadi, si ibu sempat hanya menangis selama setengah jam, tak mau menjelaskan apa-apa.Barulah ketika sebuah kotak p
Baca selengkapnya
Bab 44
Semua terulang lagi. Dimitri yang sempat uring-uringan karena Sera yang berhenti bekerja, kembali menjadi pemandangan lagi hari ini. Bedanya, kali ini lebih parah.Sepi yang menyesakkan menghuni tiap sudut di rumah besar Mirna. Mengusik setiap penghuninya dengan sesak yang terlukiskan. Bukan hanya kehilangan asisten rumah tangga yang kompeten, tetapi sekaligus calon menantu yang selama ini diidam-idamkan.Patah hatinya Dimitri menjadi patah hari seluruh penghuni rumah. Mirna yang harapnya nyaris jadi kenyataan, Dante yang tersadar pada perasaan bertepuk sebelah tangannya, bahkan Bu Tesa dan Sania yang sempat ikut merasakan kebahagiaan.Semua ikut merasa sedih, tetapi tetap saja luka Dimitri yang paling parah. Jatuh cinta yang pertama, belum dimulai, sudah harus diakhiri. Parahnya, ia tak bisa berjuang, sebab diberi ancaman paling mengerikan.Setiap hari, setelah Sera pergi, pria itu akan menghuni kamar di
Baca selengkapnya
Bab 45
Sera menatapi gedung rumah sakit yang menjulang di depannya. Gagang rantang berisi bubur dan ikan goreng dipegang kuat. Sudah berada di sana, tetapi masih ragu haruskah masuk atau tidak. Tiga hari lalu Dante datang ke resto tempatnya bekerja. Kedatangan yang kedua pria itu bertujuan untuk memberi suatu informasi. Katanya, Dimitri menagih utang. Biaya rumah sakit Sera yang dibayarkan tempo hari, belum dilunasi. Uang enam puluh juta di rekening katanya adalah uang yang berbeda. Sera tahu jika itu hanya alasan. Meski mengiyakan pada Dante, ia tak terpikirkan untuk datang ke sini. Namun, setelah bicara dengan Tina, keputusan untuk menemui Dimitri pun dibuat. Tina yang sebelumnya mendiamkan, akhirnya sudi mengajak Sera bicara lagi. Wanita itu meminta maaf dan berkata sudah memaafkan anaknya. Mereka juga membahas soal Dimitri, karena itulah Sera bersedia menjenguk hari ini. "Hubungan kalian itu cukup rumit.  Jika
Baca selengkapnya
Bab 46
Usai kunjungan ke tiga toko sekaligus, sore harinya Dimitri melajukan mobil ke arah rumah Sera. Pria itu resmi pulang dari rumah sakit kemarin, tepat dua hari setelah dijenguk si pujaan hati.Benar kata orang-orang. Selain obat, hati yang gembira diperlukan agar sakit tak betah di tubuh.Di kursi penumpang mobil, sepaket bingkisan berisi kue kering dan roti tampak. Buah tangan si lelaki untuk calon mertua.Biarlah ini disebut nekat. Sera belum memberi kepastian apa-apa, ia yakin menginjak rumah Tina demi membicarakan pernikahan. Dimitri tak mau menunda dan memang merasa sudah tak punya alasan untuk memundurkan rencana meresmikan hubungan bersama Sera.Sudah melihat warung milik keluarga perempuan itu, ia melambatkan laju kendaraan. Sepenuhnya memarkirkan si roda empat. Sebelum turun, Dimitri menarik napas dalam-dalam.kehadiran Dimitri disambut raut terkejut dari Tina. Sedikit bingu
Baca selengkapnya
Bab 47
Usai kunjungan ke tiga toko sekaligus, sore harinya Dimitri melajukan mobil ke arah rumah Sera. Pria itu resmi pulang dari rumah sakit kemarin, tepat dua hari setelah dijenguk si pujaan hati.Benar kata orang-orang. Selain obat, hati yang gembira diperlukan agar sakit tak betah di tubuh.Di kursi penumpang mobil, sepaket bingkisan berisi kue kering dan roti tampak. Buah tangan si lelaki untuk calon mertua.Biarlah ini disebut nekat. Sera belum memberi kepastian apa-apa, ia yakin menginjak rumah Tina demi membicarakan pernikahan. Dimitri tak mau menunda dan memang merasa sudah tak punya alasan untuk memundurkan rencana meresmikan hubungan bersama Sera.Sudah melihat warung milik keluarga perempuan itu, ia melambatkan laju kendaraan. Sepenuhnya memarkirkan si roda empat. Sebelum turun, Dimitri menarik napas dalam-dalam.kehadiran Dimitri disambut raut terkejut dari Tina. Sedikit bingu
Baca selengkapnya
Bab 48
Menepi dari ruang makan dan ruang tamu rumah Mirna yang ramai, Sera memutuskan untuk pergi ke kamar Dimitri, suaminya. Masih menggunakan gaun pernikahan simpel selutut, perempuan itu mendudukkan diri di lantai kamar, bersandar pada kaki ranjang. Meraba dada, debar di sana masih cepat lajunya. Hari ini akhirnya datang juga. Semesta memang punya cara tersendiri untuk mengatur nasib  seseorang. Siapa sangka, mimpi sederhananya--bisa menikah dengan pria yang dicinta--bisa terwujud. Resmi, sekarang perempuan itu sah secara hukum dan agama sebagai istri dari Dimitri Adinata. Pernikahan sederhana itu dilaksanakan tadi pagi. Sesuai keinginan Sera, berjalan khidmat dan terasa sakral. Apalagi, saat Dimitri mengucapkan janji pernikahan. Sampai saat ini, ketika mengingatnya sekalipun, hati Sera masih bergetar dan merasa haru. Yang hadir di acara itu adalah keluarga inti dan kerabat dekat. Menambah kesan han
Baca selengkapnya
Bab 49
Hari ini sedikit aneh. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Dimitri terus memikirkan maksud ucapan beberapa karyawan di dua toko yang ia kontrol. Tidak sesuai tebakan, dua toko itu menunjukkan kinerja baik setelah libur serempak karena acara pernikahan dan resepsi kemarin. Pikir Dimitri akan ada kekacauan di sana-sini, tetapi ternyata tidak. Marvelous Dimt ramai, pegawainya bekerja sesuai instruksi dan pedoman, juga tampak menebar senyum, terutama padanya. Saat iseng bertanya mengapa wajah mereka berseri-seri, jawaban yang diperoleh semakin membuat bingung. "Kami ikut senang, Pak. Bapak jauh lebih ramah dan terlihat baik setelah menikah." Di salah satu perhentian lampu merah, lelaki itu bahkan sampai menilik wajah di kaca spion. Mencari tahu di mana ia menaruh ekspresi ramah yang para karyawannya sebutkan tadi. "Biasa saja," komentarnya saat tak menemukan sesuatu yang lain di raut muka. Membiarkan hal itu ka
Baca selengkapnya
Bab 50
Sera tampak melambaikan tangan pada mobil Mirna yang mulai menjauh. Senyum bahagianya setia terpasang di wajah.Hari ini, sejak pagi hingga sore, perempuan itu menghabiskan waktu bersama sang mertua. Menemani berbelanja sekaligus dibelanjai, menemani ke salon dan bertemu beberapa teman. Seperti yang Dimitri pernah ceritakan, salah satu alasan ibunya gigih menikahkan kedua putra adalah karena ingin merasakan memiliki anak perempuan.Mereka melakukan banyak hal tadi. Juga membicarakan beberapa topik. Sera senang sebab sepengamatan tadi, si ibu mertua terus menebar senyum dan tawa.Tidak langsung pulang, Sera minta diturunkan di Marvelous Dimt yang terdekat dari rumah. Sempat membicarakan Dimitri, mendadak jadi ingin makan roti dengan selai srikaya dari toko suaminya.Mendorong pintu masuk, perempuan itu disambut senyum hangat salah satu pegawai di sana."Saya mau beli roti taw
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status