Semua Bab Bukan Pilihan: Bab 61 - Bab 70
149 Bab
Chapter 61 : Ijinkan Aku Merawatnya
    "Kapan pulang??" tanya Benyamin dengan galak.    "Pa, aku janji akan pulang kalau Alex sudah pulih. Sekarang biarkan aku merawatnya. Dia terluka karena menghadapi orang-orang yang meneror rumah Papa," bujuk Diana.    Benyamin terdiam sesaat, "Baiklah! Tapi hanya kali ini saja Papa ijinkan kamu berdekatan dengannya!"    "Iya Pa." Diana tersenyum.    "Ehm, bagaimana Nona? Pak Ben mengijinkan?" tanya Jack penasaran.    "Iya. Sampai Alex pulih." Diana meletakkan handphone di meja.    "Hah! Kamu beruntung, Vorst." Jack tertawa.    "Aku bersyukur." Alex tersenyum senang.    Jack meninggalkan kamar untuk cari angin. Alex tahu Jack sengaja keluar untuk memberi privasi padanya dan Diana.    "Sakit banget ya?" tanya Diana dengan wajah sedih.    "Masih bisa ditahan. Aku pernah beberapa kali mengalaminya meskipun tidak sepa
Baca selengkapnya
Chapter 62 : Pemulihan
    "Temani aku tidur," bujuk Alex.    "Kamu bisa manja juga ya?"    "Hmmm... Kapan lagi? Mumpung ada kesempatan."    Diana memanjat ke tempat tidur dan rebah di sisi kiri Alex, "Begini cukup, Kakak?" Dia menahan tawa.    Alex mengerang, "Aku benar-benar disiksa. Kamu tahu kan aku sulit tertawa?"    "Iya, maaf. Habisnya kamu manja sih. Ini sudah hari ke berapa sih kamu istirahat?"    "Baru satu minggu, Princess. Aku butuh waktu sekurangnya satu bulan untuk pulih seratus persen."    "Satu bulan ya. Setelah itu aku harus pulang." Diana bersandar di dada Alex.    Alex melingkarkan lengan di punggung Diana. Dia menahan nyeri untuk menarik Diana mendekat.    "Sakit ya?" tanya Diana.    "Masih bisa ditahan. Aku sudah terbiasa."    "Kamu tidak mau minum obat dokter?"    "Obat pereda nyeri me
Baca selengkapnya
Chapter 63 : Saatnya Pulang
    Benyamin menelepon Diana setiap hari untuk memastikan keadaan. Keinginannya adalah supaya Diana cepat pulang ke rumah. Sebagai ayah dia sangat mengkhawatirkan putrinya yang berada jauh.    Kondisi tubuh Alex yang kuat membuatnya pulih lebih cepat. Tidak sampai satu bulan dia sudah dapat bergerak normal. Diana tahu waktu perpisahan sudah ada di depan mata.    "Kenapa tidak sakit lebih lama sih...," rajuk Diana.    "Apa? Kamu senang kalau aku sakit?" Alex tertawa.    "Biar aku tidak usah pulang..." Mata Diana berkaca-kaca.    "Princess, jangan berkata begitu," Alex mengusap airmata yang jatuh di pipi Diana, "Aku juga tidak ingin berpisah, tapi kita harus menunjukkan pada ayahmu bahwa kita dapat menepati janji."    "Aku tahu..." Diana terisak.    "Aku akan mengantarmu pulang."    "Kapan? Sekarang?"    Alex mengangguk. 
Baca selengkapnya
Chapter 64 : Negosiasi
    "Terima kasih sudah mengijinkan Diana merawat saya selama beberapa minggu. Saya tidak akan melupakannya," kata Alex.    Ben mendengus, "Sekarang kita impas. Tidak ada beban sama sekali jika kita berpisah jalan. Hidup putri kami masih panjang dan kami sebagai orangtua tidak ingin Diana berada di tengah pertikaian antara dirimu dan lawan-lawanmu di dunia hitam."    "Benar. Maafkan saya atas keresahan yang ditimbulkan, tapi saya akan berusaha supaya tidak ada lagi yang akan mengganggu Diana," tutur Alex dengan wajah datar.    "Aku juga tidak keberatan kok, Pa," timpal Diana.    Ben mendelik, "Kamu jangan ikut campur! Masuk ke kamarmu!"    "Papa kan sedang membicarakan hidupku? Ya tentu aku ikut bicara dong?" balas Diana.    "Benar-benar...." Ben menggertakkan gigi.    Mikaela meletakkan tangan di lengan suaminya. Sejak awal pembicaraan wajahnya sangat tenang.   
Baca selengkapnya
Chapter 65 : Emosi Terpendam
    Jauh malam ketika semua orang sudah tidur...    Diana berbaring miring dengan handphone di tangan. Wajah Alex tampak melalui video call. Mereka tengah mengobrol ringan.    "Aku sudah emailkan kembali file yang terbaru. Ada lagi yang kamu butuhkan?" tanya Diana.    "Kamu," goda Alex.    "Ih, sebal," gerutu Diana. "Sedang jauh begini jangan bicara yang aneh-aneh deh...."    "Hmmm.... Jadi bicara apa dong?"    "Bagaimana harimu? Atau sudah makan atau belum? Atau basa-basi manis tapi aman lainnya."    "Takut kangen ya?"    "Alex! Tiga hari itu lama loh...," keluh Diana.    "Tidak, Princess. Tiga hari tidaklah lama. Jalani harimu dengan sepenuh hati, waktu akan cepat berlalu."    "Masuk akal sih..."    "Bagaimana harimu?" tanya Alex dengan senyum menawan.    "Mama membuatku tetap sibuk. Aku tahu dia tidak ing
Baca selengkapnya
Chapter 66 : Kunjungan Sang Kekasih
    Akhirnya hari ini pun tiba. Semalam Alex sudah memastikan bahwa pagi-pagi sekali dia akan datang. Diana tidak dapat tidur sampai pagi. Ketika matahari keluar dari peraduan, Diana pun keluar dari kamar. Dia berderap menuju dapur untuk mencari makan.    "Ada yang bahagia hari ini," goda Mikaela.    "Ih, Mama." Diana tersipu.    "Mau buat sarapan untuk Alex?"    "Iya, tapi belum tahu mau buat apa." Diana melihat isi kulkas dan lemari.    "Mama tahu apa aja yang kamu buat pasti dia suka. Selamat bekerja, Sayang." Mikaela mengecup pipi Diana dan meninggalkannya.    Diana memutuskan untuk membuat roti isi. Dia mengeluarkan sekantong roti tawar, telur, mentega, selada, tomat. Harusnya cukup. Diana mulai mengiris tomat dan mencuci daun selada.    "Wah, pagi-pagi sudah sibuk. Perlu bantuanku?" Jack menyeringai.    "Oh, Jack. Boleh. Aku mau bikin roti isi seperti buata
Baca selengkapnya
Chapter 67 : Pembicaraan Serius
    Diana mengajak Alex menikmati kesejukan sore hari di balkon. Mereka duduk berdampingan tanpa jarak. Roti isi buatan Jack sudah habis tak bersisa. Alex menahan diri untuk tidak bermesraan di tempat terbuka. Dia tidak ingin Ben melihat dan mengusirnya pergi.    "Ngomong-ngomong aku tidak pernah melihat kakakmu?" tanya Alex.    "Dia kerja di luar kota dan jarang pulang."    "Oh. Seperti apa dia?"    "Aku kurang akur dengannya. Sejak kecil dia selalu menindasku, jadi lama-lama aku menganggapnya tidak ada."    "Kamu benar-benar terluka ya?"    Diana tersenyum tipis.    "Baiklah. Lupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Mari berbicara tentang kita."    "Oke. Apa yang mau dibicarakan?"    "Jika kita menikah nanti...," kata Alex.    Diana mendekap mulut.    "Pada akhirnya kita akan menikah, bukan?" Alex memindahkan tangan Dia
Baca selengkapnya
Chapter 68 : Hari Telah Berakhir
    Alex benci perpisahan. Dia yang pernah merasakan sakit karena perpisahan sangat membencinya. Keinginannya untuk membawa Diana serta sangatlah besar, namun belum dapat diwujudkan. Mereka harus berusaha meluluhkan hati Benyamin.    Malam telah tiba dan tidak lama lagi Alex harus pulang. Rasanya tidak ingin melepas tubuh mungil ini dari pelukannya. Alex menikmati aroma tubuh Diana. Dia punya ide.    "Berikan baju ini untukku," kata Alex.    "Sekarang?"    "Kubantu melepasnya...." Alex tersenyum nakal.    "Eh, tunggu...." Diana menahan tangan Alex yang hendak menyingkap baju tidurnya. "Aku bisa sendiri, kamu nih ya...."    "Kutunggu."    Diana ragu. Apa maksud Alex?    "Ada aroma tubuhmu di baju ini. Aku akan membawanya tidur."    "Oh, baiklah." Diana mendorong Alex. "Kamu menepi sedikit, aku ke kamar mandi."    "Ke
Baca selengkapnya
Chapter 69 : Perjodohan Sepihak
    Beberapa hari ini Diana heran melihat Benyamin kedatangan banyak tamu. Tidak biasanya. Tamu-tamu itu selalu pasangan suami isteri paruh baya. Sesekali Ben akan memanggil Diana dan menyuruhnya menyalami mereka. Diana merasa orang-orang itu mengamatinya dari ujung rambut hingga ujung kaki.    Aneh sekali.    Pagi ini pun aneh. Seisi rumah tampak sibuk. Pelayan-pelayan bekerja maksimal mempercantik rumah. Juru masak juga menyiapkan bahan makanan dalam jumlah banyak. Diana termenung, apakah akan ada pesta? Kok dia tidak diberitahu?    "Sssttt... Jack, kamu tahu apa yang sedang terjadi?" Diana mencolek Jack yang sedang ikut memotong bawang merah.    "Aku juga tidak terlalu tahu, Nona. Coba tanyakan Pak Ben langsung. Sepertinya ini acara dia." Jack mengusap matanya yang merah.    "Ada pesta ya?"    "Mungkin." Jack melanjutkan mengiris.    "Kamu harus pakai kacamata
Baca selengkapnya
Chapter 70 : Melarikan Diri
    Proses seleksi yang dilakukan Benyamin berlangsung secepat kilat. Dia tahu semuanya harus beres sebelum hari Sabtu, hari di mana Alex berkunjung. Pilihan Benyamin jatuh pada seorang putra konglomerat pemilik grup garmen dan tekstil. Wajahnya cukup tampan, pembawaannya pun tenang. Dia memperkenalkan diri sebagai Budiman Sanjaya.    Benyamin mengatur sebuah makan malam romantis untuk Diana dan Budiman di sebuah restoran bintang lima. Benyamin berharap Budiman dapat menunjukkan kepribadiannya yang terpuji kepada Diana.    Diana mondar-mandir gelisah di dalam kamar. Benyamin menguncinya sejak semalam. Handphonenya juga disita. Kini kemungkinan untuk kabur nyaris nol besar. Diana tahu kesempatan satu-satunya yang dapat dimanfaatkan adalah saat berada di restoran. Untung dompet dan kartu identitas Diana tidak disita. Cukup uang untuk membeli tiket kereta malam.    Pintu dibuka dan seorang pelayan wanita mengantarkan makan siang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status