Semua Bab A girl is a gun: Bab 51 - Bab 60
76 Bab
Chapter 51
    "Sulit dipercaya bahwa ada wanita yang sikapnya seperti itu. Bisa berubah dengan cepat, seperti ada dua orang dalam satu tubuh," ujar kaki tangan Mr. X tersebut. Akan tetapi dia juga bingung. Apa alasan sebenarnya dari tuannya? mengapa ia mengutusnya untuk melakukan hal tersebut?     Gladis memutar arah laju motornya. Dia kembali ke parkiran kantornya dengan kecepatan penuh. Tapi, kali ini motor sport yang ia kendarai diparkirkan agak jauh dari basement. Dirinya berjalan mengendap-endap.    Benar dugaan Gladis sejak awal. Dia sudah menaruh curiga kepada pria yang baru saja ditemuinya,yang tiba-tiba menginginkan dirinya. "Cukup patuh juga anak itu," ucap Mr. X yang masih berdiri di sana.    Sebelum masuk ke dalam mobilnya, dia kembali berucap, "Kau boleh memiliki isi koper itu!" Dengan wajah kegirangan, pria yang tadi sempat ambruk digampar Gladis, berkali-kali menciumi koper dipelukannya.  &nb
Baca selengkapnya
Chapter 52
    "Apa kamu marah? ya kan? kamu seperti menghindar jika denganku. Tidak seperti sepasang kekasih yang aku lihat di film. Maafkan aku jika aku terus merepotkanmu!" Arsen mulai merancau tak karuan.     "Dasar payah! Aku saja tidak bisa mencium bau alkohol darimu, tapi kamu sudah oleng kayak gini?" Gladis tertawa dengan tingkah kekonyolan Arsen.    "Berjanjilah satu hal kepadaku!" Arsen yang duduk bersama Gladis, dia terus memepet tubuh gadis cantik di sampingnya. Sampai posisi Gladis berada di bawah tubuh Arsen.     "Apa itu?"    "Setelah kau berjanji padaku ...."    "Katakan dulu apa itu!"    "Aah .... Kamu pasti tidak mau memaafkanku kan?"    Arsen kembali merengek. Dia memposisikan dirinya duduk dengan memeluk lutut yang ditekuk. Pria itu memasang muka bersedih agar Gladis dapat bersimpati kepadanya. "B-baiklah, aku berjanji! apa itu?"
Baca selengkapnya
Chapter 53
    Pagi hari setelah menyiapkan sarapan untuk Arsen. Gladis pergi berangkat kekantor. Beberapa menit kemudian, Kevin dengan motor maticnya menuju ke rumah Gladis. Sesampainya di depan pagar, dia turun dan menelpon Lexi.    "Halo tuan Lexi. Iya, saya sudah berada di depan rumah Nona Gladis," lapornya kepada Lexi.    Ternyata dia dan Lexi berencana untuk mencari keberadaan Arsen ke orang-orang yang ikut dalam kegiatan proyek di Bali. Ia mulai menelusuri semua itu dari Gladis. Hampir saja dia masuk ke rumah itu, sudah ingin memencet tombol bel di gerbang. Tetapi tiba-tiba aksinya dihentikan oleh kedua pria.     "Mas ... maaf tidak boleh parkir di lingkungan ini! apa kamu sudah lapor ke pos jaga di depan tadi?"    Kevin terlihat bingung. bagaimana tidak? di lingkungan perumahan biasa ada tukang parkir. Bukankah hal aneh, jika itu satpam jaga mungkin hal wajar. kedua pria itu adalah kaki tangan ayah G
Baca selengkapnya
Chapter 54
    "Lagi ngetik apaan sih?" tanya Gladis yang tiba-tiba masuk ke kamar Arsen tanpa ketuk pintu ataupun permisi. Arsen terkejut dan reflek dia melipat laptopnya begitu saja. Kemudian dia berbalik dan mempertontonkan senyum manisnya kepada Gladis.    "Ada apa? apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Gladis.    "K-kamu kok udah pulang? nggak kerja?" Arsen mencoba mengalihkan perhatian Gladis. Entah apa yang sebenarnya Arsen ketik di mesin pintar tersebut, dia tak ingin ambil pusing dengan aktivitas pria yang dicintainya.    "Mau makan siang sama kamu. Masa iya? punya cowok tampan gini dianggurin aja."    Ucapan gadis cantik itu membuat Arsen merona. Arsen mengangkat sebelah alisnya, memperlihatkan ekspresi bingung. Namun dalam hati, dia sangat kegirangan. Padahal sebelumnya, dia merasa malu saat bangun tidur karena tanpa sengaja mempertontonkan tingkah konyolnya di hadapan sang kekasih.
Baca selengkapnya
Chapter 55
    Jenni kembali berbisik kepada Gladis, "Wah, gawat! perang dunia ketiga nih." Mereka bertiga akhirnya masuk ke dalam rumah.     Arsen dan Reska duduk di meja makan dengan kopi yang sudah tersedia di depan Reska. Arsen duduk dengan tenang sementara Reska selalu memandang pria dihadapannya dengan sinis. Saat Reska meminum kopi buatan Arsen, matanya terbelalak ingin memuntahkan kembali kopi yang sudah sampai di tenggorokannya. Namun dirinya merasa tindakannya kurang sopan.     "Gila! ini kopi apaan? nggak kayak buatan Gladis yang tiap hari aku minum!"     lagi, Reska hanya memancing emosi Arsen. Semua yang dia lakukan bersama Gladis selalu dibesar-besarkan. Pria manja itu ingin membuat Arsen cemburu. "Karena Gladis tahu cara membuatkan minuman untuk anak kecil. Sementara aku mengajarkanmu cara meminum kopi untuk pria dewasa! kemarin kepanasan. Sekarang pahit. Besok apa lagi?"     Gladis yang mendengark
Baca selengkapnya
Chapter 56
      "Temam satu kelas? berarti mereka semua muridku dulu?"     Jenni disenggol teman wanita yang berada di sampingnya. Bertanya sebenarnya ada apa dan kenapa Gladis bisa diperlakukan seperti itu. Jika Arsen adalah Reska mungkin itu hal yang wajar. Mereka sudah tahu sejak dulu pria manja tersebut memang menyukai Gladis.     Tetapi ini berbeda dengan pemandangan yang sedang mereka saksikan. Jenni memberi tau kepada temannya. "S-sebenarnya pak Arsen hilang ingatan ... tapi jangan bilang-bilang sama orang lain!" Gadis itu memperingatkannya.     Dia juga takut jika keberadaan Arsen diketahui oleh orang lain. Terutama tunangan yang baru ia bicarakan. "Bagaimana? apa kamu mengingat sesuatu .... Pak Arsen?" Gladis sampai bingung menempatkan posisinya saat ini.     Arsen mencoba menelusuri setiap wajah yang ada. Namun, dia tetap tidak mengingat apapun. Reska tiba-tiba menggandeng Gladis. Akan tet
Baca selengkapnya
Chapter 57
    "I-izin? tentang apa itu?" Gladis duduk dengan tenang dipangkuan pria tampan itu sambil melingkarkan tangannya di leher arsen.    "Bolehkah aku menciummu?"    Spontan Gladis menundukkan wajahnya. Dia menahan tawa sekaligus menyembunyikan pipi yang tambah memerah. Baru kali ini ada seorang pria dengan sopan meminta izin untuk menciumnya. Biasanya dia akan menampar pria yang mendekatinya yang mencoba berbuat tak senonoh.     Ia juga sering mematahkan jari ataupun pergelangan tangan pria mesum yang sering dijumpainya di bar. "Boleh, silakan." Gladis menatap dalam mata Arsen dan mengangkat kedua sudut bibirnya.     Dengan perlahan, Arsen mendekatkan wajahnya. Refleks Gladis menutup kedua kelopak matanya pelan-pelan. Bibir beradu bibir. Dengan lembut dia mengecup bibir indah merah jambu milik Gladis.    Gadis cantik itu seakan tak sabar. Dia melumat bibir Arsen dan dibalas ol
Baca selengkapnya
Chapter 58
    "Tapi, saat aku menciummu tadi, aku bisa mengingat masa laluku dengan jelas."    "Benarkah?!"    Gladis semakin terkejut mendengar pengakuan Arsen. Ia menganggap kata-kata Arsen hanya candaan karena kekasihnya itu ingin mencium dirinya lagi. Gladis mencoba berfikir logis. Dia menanyakan apa saja yang Arsen ingat.    "Semua seperti fragmen yang terpecah-pecah, masa lalu saat aku kecil. Tentang orang tua dan kejadian yang tidak menyenangkan. Tapi aku tidak bisa merasakan perasaan apa itu, hanya saja saat aku bersamamu, aku tau ini perasaan suka."     Gadis cantik itu tersenyum mendengar pengakuan dari kekasihnya. Sebelumnya, dia sempat takut jika Arsen mengingat semuanya. Akan tetapi setelah mendengarkan Arsen, dia jadi mengerti dan memahaminya. "Jika itu masalahnya. Nah, kamu akan sangat bahagia selama kamu menyukaiku kan?" tanya Gladis.    "Itu benar, tetapi logikamu selalu a
Baca selengkapnya
Chapter 59
     Gadis cerewet itu tiba-tiba terdiam. Menikmati kecupan yang Arsen berikan. Baru beberapa detik bercumbu mesra, Arsen langsung mendorong pelan tubuh Gladis. Dia kembali teringat tentang masa lalunnya.    Kali ini tentang kakek dan Lexi yang sedang bersamanya. Namun semua ingatan itu hanya terbatas, seperti pecahan puzzle. Gladis mengambil sisa minuman di botol. Arsen ingin menghentikannya karena dia tidak ingin gadis mabuk sampai teler parah.     Sayangnya belum sempat ia merebut botol itu, Gladis sudah menghabiskan air beralkohol tersebut. Arsen mencubit pipi Gladis. "Bisa ya, kamu minum alkohol tapi kaya minum air putih?"    "Bisa lah! Makanya ini minum sedikit aja ... sedikit, nih, segini!"    Lagi, Gladis memaksa Arsen untuk meminumnya. Pria tampan itu masih berfikir ulang kali. "Nanti kalo aku ikut mabuk gimana?" tanyanya.    Gladis malah tertawa cengengesan
Baca selengkapnya
Chapter 60
    Saat mereka terbuai dengan gejolak asmara. Tanpa disadari Melinda telah mendapatkan foto dari Arsen dan Gladis saat di halte tadi. Dia menelfon seseorang yang membantunya mencari informasi tentang Arsen. Dengan senyum sinisnya, ia memperhatikan potret di ponselnya.    Dia menanyakan kebenaran kabar tersebut. Diam-diam di belakang Lexi dan yang lainnya, Melinda mencari tahu keberadaan mantan tunangannya. Perempuan licik itu berani membayar mahal demi bisa menemukan Arsen. "Akhirnya aku mendapatkanmu lagi!" ucap Melinda.    Sekali lagi dia melihat foto di chat room sosial medianya. Senyuman yang mengambang kini berubah menjadi kecut. Dirinya sampai memakai kaca mata demi bisa melihat dengan jelas, siapa wanita dengan tinggi sebahu Arsen yang menggandeng tangan pria tampan itu? Foto yang diambil saat Gladis menghadap kesamping, ke arah Arsen.    "Kenapa dia seperti tak asing? tapi siapa?"    Keteganga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status