All Chapters of Dilema: Chapter 21 - Chapter 30
46 Chapters
19
Dicky kembali bersekolah setelah kemarin meliburkan diri. Pasti banyak yang mencarinya setelah sehari kemarin ia libur. Dan benar saja, banyak pesan masuk dan panggilan tak terjawab setelah seharian kemarin ia mematikan handphonenya. Sesampainya di sekolah, Ia tak langsung menuju kelasnya. Masih ada lima belas menit lagi sebelum bel berbunyi. Dicky menuju kantin untuk menikmati batagor Mbok Surti.  "Mas Dicky kemarin kenapa gak masuk? sakit ya?" tanya Mbok Surti. "Enggak kok mbok, kemarin saya ada urusan ke Bandung, emang kenapa mbok? kengen ama saya ya?" canda Dicky. "Bukan mas, kemarin mbak Thania nyariin,"  "Thania? Nyariin saya?" "Iya mas, Mbak Thania keliatan khawatir banget gitu mas," jelas Mbok Surti. Dicky merasa sedikit bersalah pada Thania setelah mendengar apa yang dikatakan Mbok Surti. Tapi apa boleh buat? Ia benar benar harus ke Bandung kemarin.  "Dicky," panggil seseorang yang baru dibicarakan. 
Read more
20
Malam itu Dicky tak ada niat untuk kemana-mana. Tamparan Thania masih membekas di hatinya. Sakit? mungkin itu pantas ia dapatkan. Ia juga sudah menceritakan apa yang terjadi siang tadi pada ibunya. Ibu Dicky hanya mengatakan, ini pasti akan berlalu. Ibu Dicky dan Nisa malam itu sedang pergi keluar untuk membeli keperluan. Bel rumah Dicky tiba-tiba berbunyi. Membuat Dicky heran. Baru saja ibunya pergi. Kenapa kembali secepat ini? Namun tiba tiba saat Dicky membuka pintu rumahnya, "Dicky, Maafin aku," ujar seorang gadis memeluk Dicky. "Thania?"  Thania tiba-tiba datang dan langsung memeluk Dicky. Dari mana Thania tau rumah Dicky? Itulah yang sempat diherankan oleh Dicky. Namun ia tak terlalu memikirkan hal itu.  "Ajak aku jalan malam ini, please," minta Thania. Dicky hanya menuruti permintaan Thania. Tak ingin melihat Thania semakin kecewa karena menolak permintaannya itu. Tak lupa juga ia mengabari ibunya bahwa ia akan keluar bersama
Read more
21
Pagi itu kala istirahat, Dicky masih berada di kelasnya. Ia tak berniat untuk ke kantin. Ada sesuatu yang menganggu pikirannya. Sebelum ia berangkat tadi, Vina tiba-tiba mengirimkan pesan kepada Dicky. Kembali meminta agar membawa Putri atau Thania ke acara lamaran Arkan minggu depan. Itulah yang membuatnya bingung. Siapa yang harus ia ajak? "Woi! Lo ngapain bengong? Kesambet ya?" kejut Ryan. "Ngagetin aja lo, gue lagi bingun aja," jawab Dicky. "Lo bingung kenapa?" tanya Rey. Belum Dicky menjawab, bel masuk kelas berbunyi. Membuat Rey dan Ryan mau tidak mau harus kembali ke kelas mereka.  "Masuk dulu deh, ntar pulang sekolah kalian kesini gue bakal cerita," perintah Dicky yang diangguki oleh dua temannya itu.  Saat pelajaranpun Dicky tak bisa fokus. Yang ada dipikirannya hanyalah siapa yang akan ia ajak ke lamarannya Arkan. Dia juga harus memikirkan perasaan Putri dan Thania. Pesan dari Vina tiba-tiba kembali masuk. Huhhh, se
Read more
22
Dicky dan Thania pagi itu sudah berada di perjalanan menuju Bandung. Jangan tanya batapa senangnya Thania saat itu. Pergi bersama orang yang dicintainya. Ditambah lagi ia akan menghadiri acara salah satu keluarga orang yang dicintainya itu. Membuat rasa senang di hati Thania semakin tak karuan. Thania tak henti-hentinya senyum sepanjang perjalanan. Namun dibalik senyum Thania itu, ada rasa bersalah di hati Dicky pada Putri. Mungkin kalau Putri tau ia pergi bersama Thania, Putri akan sedih dan menangis. Hanya satu kata yang yang bisa Dicky ucapkan pada Putri. Maaf. "Hei kamu kenapa?" tanya Thania. "Gakpapa kok, aku senang liat kamu senyum," jawab Dicky.  Jawaban Dicky itu membuat pipi Thania memerah. Dicky selalu bisa membuat pipinya merah karena malu. Hal itu membuat Thania kesal dan akhirnya mencubit Dicky.  "Awww, sakit Thania,"  "Abis nyebelin, ngegombal mulu," kesal Thania. "Emang aku gak boleh gombal?" tanya
Read more
23
"Vina aku mau ngomong ama kamu, kamu harus dengerin penjelasan aku dulu," *** Vina terus menghindari pria itu saat pria itu terus saja memaksa Vina untuk berbicara dengannya. Vina juga terlihat sangat ketakutan. Tangan Vina juga sampai gemetar. Membuat Thania yang melihat hal itu prihatin sekaligus bertanya, apa urusan Vina dengan lelaki ini. Dicky kelihatannya juga tak bisa menahan emosinya lagi.  "Heh! Lo gak liat apa dia gak mau ngomong ama lo, pergi lo! Jangan deketin Vina lagi," perintah Dicky mendorong lelaki itu.  "Tapi gue harus ngomong ama dia Dicky, please," mohon lelaki itu.  Satu pukulan akhirnya mendarat di wajah lelaki itu. Lelaki itu bahkan sampai terjatuh dibuat oleh Dicky. Dari yang Thania lihat, Dicky dan lelaki itu saling kenal. Namun Dicky terlihat sangat membenci lelaki itu. Thania dengan cepat menahan Dicky yang akan kembali memukul lelaki itu. Lelaki itu bisa tak bernyawa dibuat oleh Dicky.  "
Read more
24
Sejak tadi tak ada percakapan yang terjadi antara Thania dan Dicky. Padahal mereka sudah tiba di Jakarta. Thania masih sama, masih berasa bersalah dan tidak enak pada Dicky. Membuat Thania tak berani mengajak Dicky untuk berbicara. Sedangkan Dicky tak tau harus berbicara apa karena Thania diam. Biasanya Thania akan mengoceh panjang. Tapi tak tau kenapa kali ini Thania hanya diam sepanjang perjalanan.  Perut Dicky tiba-tiba berbunyi. Membuat Dicky merasa malu pada Thania. Mengapa perutnya ini tak bisa diajak kompromi. Thania yang mendengar bunyi perut Dicky itu tersenyum geli. Dicky juga tampak menahan laparnya. Sangat lucu menurut Thania.  "Kita makan dulu," ujar Thania. "Kamu laper?"  "Kamu yang laper Dicky, itu perut udah bunyi, kita mampir ke restoran dulu ya," ajak Thania. "Tapi--" "Heh, aku gak nerima penolakan," ujar Thania. Dicky akhirnya menurut. Thania sedikit beruntung karena bunyi perut Dicky itu. Memb
Read more
Thania Side
Hai, aku Thania. Lahir tanggal 1 Februari di Jakarta. Aku adalah anak tunggal dari seorang pemilik restoran terkenal di Jakarta. Ayahku bilang suatu saat nanti aku yang akan melanjutkan bisnis restoran itu. Aku tentunya tak menolak permintaan ayahku itu. Sejak kecil aku selalu dimanja oleh ayah dan ibuku. Apa saja yang kuinginkan pasti akan aku dapatkan. Mereka selalu ada di sisiku saat aku sedih maupun senang. Membuat aku merasa ayah dan ibuku adalah orang tua terbaik di dunia.  Sama dengan Putri, aku juga dijuluki primadona di JIS. Banyak yang memuji kecantikanku. Namun sayang aku berbeda dengan Putri yang lebih pendiam. Aku lebih terbuka dan lebih berbaur dengan teman temanku. Mungkin karena aku anak tunggal yang mungkin sering kesepian dirumah.  Banyak lelaki yang mencoba mendekatiku di sekolah. Mungkin karena kecantikanku. Tapi aku tak peduli. Karena jika mereka menyukaiku karena kecantikanku, itu hanya perasaan kagum. Bukan cinta. Aku butuh orang yang
Read more
25
Pagi itu Ibu Dicky dan Nisa sudah kembali ke Jakarta. Nisa pagi itu bersikeras untuk sekolah. Padahal ia dan Ibu Dicky baru saja tiba dari Bandung. Dicky yang masih terlelap pagi itu dibangunkan oleh Nisa. Nisa sangat ingin diantarkan sekolah oleh Dicky pagi ini. Mau tak mau Dicky akhirnya bangun dan juga bersiap siap ke sekolahnya. "Ma, Nisa kenapa sekolah hari ini? Kan baru nyampe dari Bandung," tanya Dicky pada ibunya saat sarapan bersama. "Gak tau, dari tadi dia ngotot banget mau sekolah," jawab Ibu Dicky.  Nisa saat itu hanya tersenyum pada Dicky yang menatapnya. Ada yang aneh pada Nisa hari ini. Namun ia tak terlalu memikirkan hal itu. Setelah sarapan Dicky akhirnya berangkat untuk mengantarkan Nisa terlebih dahulu. Nisa terlihat lebih ceria hari ini. Nisa banyak bercerita pada Dicky saat itu. Sampai akhirnya motor Dicky berhenti di depan sekoah Nisa.  "Kamu yang rajin ya belajarnya, jangan berantem sama teman kamu," ujar Dicky pada Ni
Read more
Brayn Side
Gue Brayn. Lahir tanggal 3 Januari di Kota Bandung. Gue tinggal ama nyokap sejak kecil. Nyokap gue adalah seorang pemilik hotel mewah di Jakarta. Sejak kecil, gue gak pernah liat sosok bokap di idup gue. Siapa bokap gue, bagaimana bokap gue, gue gak pernah tau. Nyokap bilang, bokap ninggalin dia waktu gue masih di dalam kandungan. Hidup sebagai orang kaya menurut gue sangat tidak menyenangkan. Kalau gue boleh memilih, gue lebih memilih hidup sederhana namun bisa selalu bersama dengan keluarga. Gue bahkan iri sama orang-orang yang bisa hidup bahagia dengan keluarganya. Yang mana anak dan orang tua selalu memiliki waktu untuk berkumpul bersama. Tidak seperti gue yang selalu kesepian karena kesibukan nyokap. Ya, memiliki sebuah hotel mewah di Jakarta membuat nyokap sibuk sampai ia melupakan anaknya. Mungkin aja, nyokap gak pernah tau apa makanan kesukaan gue. Bahkan gue lebih sering curhat ke pembantu gue di rumah dari pada nyokap. Saat makan bersamapun tak ad
Read more
26
Dicky mempercepat laju motornya saat itu menuju sekolah Nisa. Sekali lagi dengan harapan adiknya itu akan baik-baik saja. Dan berharap adiknya tidak menjadi korban karena permusuhannya dengan Levin. Ia tak akan memaafkan dirinya kalau itu sampai terjadi. Tentunya ia juga akan menghabisi Levin. Setibanya di sekolah Nisa, Dicky langsung mencari keberadaan adiknya itu. Namun ia tak menemukan keberadaan adiknya itu di sekolah. Ia juga sudah menghubungi ibunya. Namun ibunya bilang, ia belum menjemput Nisa. Hal itu membuat Dicky semakin khawatir. Dimana keberadaan adiknya sekarang? Padahal sekarang sudah waktunya jam pulang sekolah untuk Nisa.Namun tiba-tiba Dicky melihat sebuah kerumunan di tengah jalan. Seperti habis terjadi kecelakaan. Dicky mencoba bertanya kepada seseorang yang akan menghampiri kerumunan itu. Dan ternyata benar, habis terjadi kecelakaan kala itu. Orang itu bilang korbannya seorang anak kecil yang ditabrak lari. Membuat Dicky khawatir. Dicky menco
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status