Semua Bab Kesempatan Kedua: Bab 71 - Bab 80
107 Bab
Lily Putih
Setelah pria itu berkata demikian, terdengar suara tembakan... DOR Bersamaan dengan bunyi senjata api yang ditembak, bau mesiu langsung memenuhi udara. Agni memejamkan matanya, tidak lupa kedua tangannya ia gunakan sebagai penutup telinga. Dengan mata dan telinga yang tertutup rapat, Agni terpaku di tempatnya. Wanita cantik berwajah sendu itu bahkan tidak berani untuk sekedar menggerakkan kelopak matanya. Dia ketakutan setengah mati, seketika itu juga sekelabat bayangan tentang peristiwa berdarah dan saling baku tembak, berlomba-lomba muncul di ingatan Agni bagaikan kaset rusak. Agni masih terus memejamkan mata dengan keras. Keningnya terlihat mengerut, seperti tengah menahan sesuatu, benar-benar terlihat tidak nyaman dengan keadaan sekitar. Namun, kesadaran seolah menghantamnya, saat mengingat sebuah nama. “Aska....” Memikirkan nasib putranya, serta merta membuat Agni membuang perasaan takut yang sejak tadi merasukinya. Agni l
Baca selengkapnya
Mulai Dari Anak itu
Riuh tepuk tangan membuat Agni dan Samudera mengurai pelukan mereka. Saat membalikkan badannya, Agni mendapati beberapa orang yang dia kenal. Diantaranya mbok Inem dan Sherly, kedua adik Samudera, Jonatan serta Reinhart.Dan pria pria berpakaian hitam yang tadi berkelahi dengannya dan Sherly, juga ada disana.Agni mengernyit heran melihat mereka. “Uh....” Agni menoleh kearah Samudera.“Maaf, mereka orang-orang saya.”“Ta-tapi, tadi....” Agni mengarahkan telunjuknya kearah pria berbadan kekar itu dan Aska, secara bergantian.Pria yang Agni tunjuk adalah orang yang menggendong dan menodongkan pistol kepada Aska.Merasa dia perlu menjelaskan sesuatu, Pria yang Agni tunjuk tadi berjalan kearah Agni kemudian membungkuk. “Saya minta maaf, karena telah membuat anda takut, nyonya.”Agni terkejut dengan tindakan pria berbadan kekar itu. “Eh, kamu tidak perlu seperti ini. Jangan membungkuk,
Baca selengkapnya
Ayah
Teng teng tengBunyi bel sekolah membuat suasana di Taman Kanak-kanak elite yang tadinya sepi menjadi sangat ramai. Anak-anak yang sudah tidak sabar untuk kembali ke rumah, berlari keluar dengan penuh semangat.Agni yang tengah bersandar pada mobilnya, terus mengedarkan pandangan mencari keberadaan putranya. Setelah sepuluh menit terlewat, dan anak-anak yang keluar mulai berkurang, sesosok anak kecil tampan yang menggendong ransel hitam berjalan dengan pelan keluar.Hari ini putranya itu berangkat sendiri tanpa di temani oleh mbok Inem, karena wanita paruh baya itu tengah dalam kondisi tubuh yang kurang sehat. Untuk itulah Agni yang mengantar dan menjemput Aska.Agni yang melihat kehadiran Aska langsung menyunggingkan senyum lebar. “Aska....” Agni melambai agar sang putra bisa melihat dirinya.Aska yang mendengar suara Bundanya, ikut tersenyum dan bergegas ke arah sang bunda.Agni kemudian menuntun Aska untuk masuk kedalam mobil.
Baca selengkapnya
Dasar Robot
Mendengar teriakkan nyaring dari Aska, Agni dan Bryan sama-sama menoleh ke arah pintu Kafe. Dan mereka berdua dikejutkan dengan kehadiran, Samudera.Aska sudah lebih dulu menyambut kedatangan Samudera dengan menghampiri pria itu. Agni pun demikian, wanita cantik berwajah sendu itu ikut menghampiri Samudera. Sementara Bryan... Pria itu masih terpaku ditempatnya.“Samudera?” Gumam Bryan, lalu pria itu melihat ke arah Aska. “Ayah...?”Bryan tahu siapa pria didepannya ini, pria yang dipanggil Ayah oleh anaknya Agni. Dan pria yang saat ini Agni hampiri dengan wajah khawatir.Samudera Aditama. Kepala keluarga Aditama yang baru. Pria yang membuat tatanan keluarga Aditama sempat goyah karena Bimasakti menyerahkan tonggak kekuasaannya bukan pada sang putra, Lautan, melainkan pada sang cucu yang belum genap berusia 30 tahun, waktu itu.Keputusan Bimasakti sempat menjadi pembahasan serius, sampai terjadi pertikaian internal dalam kelua
Baca selengkapnya
Kebahagiaan Kedua Tetua
Kedatangan Samudera, Agni dan Aska, di sambut oleh seorang wanita paruh baya berusia pertengahan lima puluhan. Wanita paruh baya itu tersenyum cerah menyambut mereka.Samudera lebih dulu menghampiri wanita itu. “Bu Marni, perkenalkan, ini Agni calon istri saya, dan Aska putranya,” ucap Samudera pada wanita paruh baya bernama Marni itu.Marni sempat terpaku melihat Agni dan Aska. “Ini....” Marni kembali menatap Samudera, lalu kembali pada Agni dan Aska.Karena tidak mendapat respon dari Bu Marni, Samudera kembali memperkenalkan mereka. “Emm... Agni, ini bu Marni, orang yang sudah merawat saya sejak kecil.”“Halo Bu, aku Agni, dan ini Aska putraku. Senang bertemu dengan anda,” Agni menyapa Bu Marni dengan senyum cerah.Seperti dulu saat pertama kali bertemu Samudera di swalayan, kali ini pun Agni merasa sangat familiar dengan wajah Bu Marni. Namun, dimana mereka bertemu Agni tidak ingat.Marni ya
Baca selengkapnya
Informan Terpercaya
“Ekhm... Kami memiliki informan yang terpercaya,” jawab Bimasakti mencoba terdengar santai.“Baik. Apalagi yang kalian dengar dari informan terpercaya itu? Aku yakin bukan tentang keberadaan mereka berdua saja, bukan?” Sam sengaja menekan ‘informan terpercaya' untuk menyindir kedua Tetua. Entah apa yang mereka lakukan sampai bisa memperdaya si polos Reinhart.Samudera bisa langsung menebak, kalau informasi yang didapat kakek dan neneknya itu berasal dari Reinhart. Karena yang tahu tentang tentang keberadaan Agni dan Aska disini hanyalah kedua orang kepercayaannya itu, juga orang-orang di rumah ini.Namun, kakek dan neneknya tidak berhubungan dengan orang-orang di kediamannya, karena itu sudah pasti informasi itu dari Jona dan Rein. Akan tetapi, sebagai seseorang yang selalu berhati-hati, Jonatan tidak akan seceroboh itu. Jadi bisa dipastikan, semua itu ulah Reinhart.“Tentang rencana pernikahan kalian? Kami juga mendeng
Baca selengkapnya
Marcelline Adams
Agni yang tengah berkutat di dapur, mengalihkan perhatiannya saat mendengar langkah kaki. Terlihat mbok Inem berjalan dengan tergopoh-gopoh kearah Agni.“Ada apa, Mbok?”“Itu, Mbak... Ada tamu di depan.”“Tamu? Siapa?”Agni mengerutkan keningnya.“Mama nya pak Samudera, mbak,” jawab Mbok Inem.Agni terkejut mendengar ucapan mbok Inem. Ada keperluan apa, sampai calon ibu mertuanya itu datang kemari?Tidak ingin berlarut dalam dugaan, Agni bergegas mencuci tangannya, dan menghampiri Mayang.“Mama....”Mayang yang tengah melihat foto-foto masa kecil Aska, menoleh saat mendengar suara Agni.“Hai, sayang... Apa mama mengganggu?”Agni menggeleng pelan. “Sama sekali tidak, Mah... Oh iya, duduk Mah, biar aku buatkan minum.”“Tidak usaha.” Cegah Mayang, “Mama hanya sebentar di sini. Emm... Bisa kita bicara sebentar?&
Baca selengkapnya
Cerita Masa Lalu
Dan wanita itu adalah Celline, sepupu saya.” Mayang mengambil jeda, untuk menarik nafas panjang.“Celline adalah seorang yatim piatu, yang sejak kecil dirawat oleh kedua orang tua saya. Selama bertahun-tahun, ayah saya menjalankan bisnis yang ditinggalkan almarhum ayah Celline. Hingga suatu hari, perusahaan yang dipimpin oleh ayah saya mengalami kerugian besar.“Dan perusahaan ayah Celline itu, membutuhkan suntikan dana yang besar. Sementara saat itu, Lautan yang baru menjadi CEO salah satu cabang perusahaan Aditama, tidak dapat membantu.“Ditengah keputusasaan kami, Bimasakti Aditama muncul menawarkan bantuan. Dengan syarat, Celline harus menikah dengan Lautan. Singkat cerita, pernikahan mereka terlaksana. Padahal saat itu, baik Lautan maupun Celline sama-sama sudah memiliki kekasih.“Namun, Celline yang sangat menghargai ikatan suci pernikahan langsung memutuskan hubungannya dengan sang kekasih. Berbeda dengan Lautan, yang
Baca selengkapnya
Kekasih Tersayangmu
Setelah mengantar Mayang sampai ke Mobil, telepon genggam Agni berdering. Tertera nama Samudera sebagai indentitas sang penelepon. Hal itu langsung menerbitkan senyum manis di bibir Agni, saat melihat kalau kekasihnya lah yang menelepon. “Halo, Sam....” setelah menekan ikon hijau, Agni langsung menyapa sang kekasih. ‘Sedang apa?’ suara Samudera terdengar dari balik telepon. “Sedang berbicara dengan calon suami,” jawab Agni sedikit menggoda kekasihnya. Dan ucapan Agni berhasil membuat Samudera tertawa geli. ‘Sudah mulai berani menggoda rupanya.” “Salah?” Tanya Agni lagi. Lalu, mereka mulai membahas banyak hal, dari pekerjaan hingga persiapan pernikahan. Mendengar suara ceria disertai tawa dari Samudera, membuat Agni bahagia. Dia senang karena Sam mau membagi cerita tentang kegiatannya dengan dia. Saat mendengar cerita Mayang tadi, Agni jadi mengerti mengapa Samudera melamarnya dengan Lily putih, dan bukan mawar merah. Ru
Baca selengkapnya
Monster Kecil
Bryan tersenyum samar, saat melihat wajah Agni yang berubah pias.“Kamu pasti tahu, seperti apa keadaan Tony waktu itu, kan? Alat vitalnya sampai dipenggal oleh calon suami kamu itu,” Bryan dengan sekuat tenaga menyakinkan Agni.“Apa kamu masih mau, menikah dengan orang seperti itu? Menikah dengan monster mengerikan yang dengan mudahnya menyiksa orang lain? Dia bahkan tidak pandang bulu, keluarganya sekalipun tidak diberi ampun.“Apakah kamu yakin, rumah tangga kalian akan harmonis? Ini hanya tinggal menunggu waktu, sampai kamu menjadi korban selanjutnya, dari keganasan monster itu.” Brian mengambil jeda, agar Agni bisa berfikir dengan jernih.....Tanpa mereka sadari, sebuah alat penyadap tengah berkedip sejak tadi. Benda itu telah terpasang di sana, bahkan sebelum Bryan memasuki ruangan itu. Orang suruhan Rio langsung bergegas memasang penyadap, begitu Agni memutuskan sambungan telepon.Sementara tiga kepala t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status